Lauw Diana Yanti: Relawan Tzu Chi Jakarta
Bersemangat Kembali Setelah Ikut Xun Fa Xiang


Menjadi relawan Tzu Chi itu jangan dijadikan beban, jalani saja semuanya dengan senang hati, yang penting happy.

***

Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi bermula ketika saya mendaftarkan anak saya ke SD Tzu Chi Indonesia (Tzu Chi School) yang ketika itu baru dibuka. Saat itu saya benar-benar tidak tahu Tzu Chi itu apa, kemudian pada tahun 2013 dibentuklah DAAI Mama yang berjumlah 30 orang dan saya ikut di dalamnya. Saat itu ya belum tahu apaapa, taunya ya kita membantu kegiatankegiatan di sekolah. Tidak tahu relawan itu apa, dan tidak tahu Master Cheng Yen itu siapa.

Karena ketidaktahuan itu saya sekadar ikut berkegiatan saja sebagai salah satu anggota DAAI Mama. Sampai pada akhirnya di tahun 2014, saya mulai jenuh berkegiatan DAAI Mama. Dari situ saya hanya mengantar anak saja setiap pagi tanpa ikut berkegiatan DAAI Mama. Hingga pada suatu hari saya bertemu dengan Tina Shijie, anggota DAAI Mama lainnya saat mengantar dan menunggu anak saya. “Sudah dari pada dudukduduk saja mendingan ikut Xun Fa Xiang (menghirup keharuman Dharma di pagi hari) yuk?” ajak Tina saat itu.

Saya duduk ikut mendengarkan Xun Fa Xiang mendengarkan sharing dari para relawan Tzu Chi yang hadir tentang apa yang diucapkan oleh Master Cheng Yen. Mulai sejak itulah saya mulai mengenal Master Cheng Yen dan dunia kerelawanan Tzu Chi. Setiap ikut Xun Fa Xiang, apa yang dibicarakan Master Cheng Yen itu hampir sama denganmasalah-masalah yang saya alami. Dari Xun Fa Xiang inilah saya mendapat pencerahan untuk masalah-masalah dalam kehidupan saya.

Kemudian pada tahun 2015 saya sudah mulai menggunakan seragam Abu Putih, mengikuti serangkaian pelatihan-pelatihan relawan Tzu Chi, dan ikut kunjungan kasih ke rumah para gan en hu (penerima bantuan Tzu Chi). Selain itu saya juga aktif dan berkegiatan pelestarian lingkungan di depo pelestarian lingkungan PIK bersama para DAAI Mama.

Saya sangat bersyukur dapat di terima dengan baik menjadi murid Master Cheng Yen menjadi Relawan Komite Tzu Chi pada tahun 2018. Ketika pelantikan Komite Tzu Chi saya dapat melihat langsung Master Cheng Yen. Beliau berjalan di dekat saya dan saya sangat terharu hingga menangis karena saat itu saya berpikir Master Cheng Yen yang sudah berusia lanjut masih mau memikirkan manusia di seluruh dunia. Ketika itu hati saya begitu senang bercampur haru.

Bagi saya, sosok Master Cheng Yen itu seperti orang tua saya sendiri. Sepertinya beliau itu tahu saya punya perasaan seperti apa, pokoknya tahu segala hal. Dan salah satu kata perenungan beliau yang begitu berkesan buat saya adalah “Jangan meremehkan diri sendiri, setiap orang punya potensi yang tidak terhingga.” Kata-kata tersebut yang selalu saya ingat karena semua orang pasti bisa melakukan banyak hal kalau mau dan ada niat.

Sebelum mengenal Tzu Chi saya itu orang yang galak, namun setelah bergabung menjadi relawan Tzu Chi perlahan sifat-sifat buruk saya berkurang. Hal tersebut juga tidak terlepas dari peran keluarga yang selalu mendukung saya berkegiatan Tzu Chi. Selalu saja ada jalan untuk berkegiatan Tzu Chi. Intinya saya harus bisa membagi waktu antara keluarga dan Tzu Chi.

Di komunitas relawan, banyak dinamika yang saya hadapi. Setiap kegiatan pasti ada perselisihan, tetapi selalu introspeksi diri di akhir kegiatan. Kalau berkegiatan Tzu Chi saya tidak berpikiran harus berapa jam dan berapa lama, tetapi kalau berkegiatan saya jalani saja dengan baik. Selain di komunitas, hampir setiap hari saya juga ikut membantu di kantin Tzu Chi Center sekaligus menunggu anak saya selesai bersekolah.

Menjadi relawan Tzu Chi itu jangan dijadikan beban, jalani saja semuanya dengan senang hati, yang penting happy. Jadi mumpung masih ada kesempatan, mumpung masih sehat, setiap hari ya harus menggenggam jodoh baik.

Seperti dituturkan kepada: Arimami Suryo A.

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -