Rina: Relawan Tzu Chi Jakarta
Bertumbuh dan Berkembang di Tzu Chi


“Karena rasa syukur hanya bisa ditumbuhkan dengan terjun langsung melihat dan merasakan penderitaan yang ada. "

*****

Tahun 2008, pas akhir-akhir SMA di Bagan Siapiapi saya itu les bahasa Mandarin dengan guru les dari Tiongkok. Waktu itu di tahun yang sama kalau nggak salah ada bencana gempa di Tiongkok dan guru les itu begitu peduli dengan bencana gempa tersebut. Kita sebagai murid-muridnya mikir waktu itu untuk galang dana, kita ke rumah-rumah ketok pintu. Dana ini rencananya mau kita donasikan atas nama guru les kita karena beliau itu baik banget.

Ketika dana sudah terkumpul, kita mikir lagi ini dana mau disampaikan lewat siapa hingga sampai ke tempat bencana? Waktu itu ada Ai Ai (bibi/tante) yang kasih tau coba lewat Tzu Chi, akhirnya teman-teman mempercayakan dana itu ke saya. Lalu saya ke Pekanbaru, ke Kantor Tzu Chi Pekanbaru saya serahkan dana dan saya tanya-tanya tentang Tzu Chi ada dimana saja.

Ternyata di Medan ada dan saya catat alamatnya karena setelah lulus SMA, saya berencana merantau ke Medan. Setelah di Medan saya coba cari-cari kantornya dan ketemu di Cemara. Setelah itu saya ikut bergabung dan ikut Tzu Ching Angkatan pertama di Tzu Chi Medan. Dari situ jalinan jodoh sama Tzu Chi.

Selama bergabung dengan Tzu Chi, semua kegiatan rata-rata saya ikuti. Mulai dari pelestarian lingkungan, kelas budi pekerti, isyarat tangan, amal, bedah buku, dan lain-lainnya. Jadi bisa dibilang waktu itu setiap sabtu dan minggu full ikut kegiatan Tzu Chi.

Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang saya pelajari di Tzu Chi. Yahh, bisa dibilang setengah umur saya ya di Tzu Chi. Saya awalnya nggak terlalu bisa bersosialisasi, tapi di Tzu Chi kan harus bersosialisasi dengan banyak orang, jadi perlahan-lahan saya belajar. Intinya di Tzu Chi saya mendapatkan pengembangan diri.

Dari kecil sampai dewasa, saya hidup dalam keluarga single parent. Jadi saya melihat mama bekerja keras banget. Tapi disisi lain ada juga uluran tangan dari tetangga atau vihara yang membantu jadi terbersit aja kalau nanti saya ada kemampuan, saya pengen juga bisa menjadi yang membantu orang lain. Sampai di buku perpisahan SMA, saya tulis cita-cita pengen kerja di organisasi sosial hahaha. Dan akhirnya beneran bekerja di organisasi amal dan sosial.

Mungkin ya sebersit niat itu seperti yang sering Master Cheng Yen bilang, tangannya itu nggak menghadap ke atas terus, tapi menghadap ke bawah untuk membantu orang lain. Karena bagi saya sosok Master Cheng Yen itu adalah mentor kehidupan, guru, yang penuh welas asih dan bijaksana. Apa yang beliau sampaikan, itu yang dilakukan begitu pula sebaliknya.

Banyak sekali hal yang sudah saya lewati, ada tangis, tawa, macem-macem, pokoknya semuanya penuh makna. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen. “Dengan memiliki keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada hal yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.” Ini yang saya rasakan sekarang, bisa bekerja di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di bagian Bakti Amal dan akhirnya dilantik juga menjadi relawan Komite Tzu Chi di tahun 2025 ini.

Di Tzu Chi itu kalau kita mau belajar, banyak sekali yang bisa kita pelajari. Contohnya bersosialisasi, belajar merangkul teman-teman berjalan ke arah yang sama, dan tentunya bersyukur. Karena rasa syukur hanya bisa ditumbuhkan dengan terjun langsung melihat dan merasakan penderitaan yang ada. Dengan adanya rasa syukur maka hidup akan lebih bahagia dan berpuas diri.

Menurut saya menjadi relawan Tzu Chi itu tidak sesulit yang dibayangkan. Asalkan ada niat dan bersedia meluangkan waktu maka semua proses akan dilancarkan. Semoga semakin banyak generasi muda yang ikut terjun dalam ladang kebajikan ini.

Seperti yang dituturkan kepada Arimami Suryo A.
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -