Robby Kurniawan: Relawan Tzu Chi Biak
Menanam Berkah dengan Menjadi Relawan


“Bagi saya Tzu Chi itu sebuah jalan kebaikan.”

*****

Awal mengenal Tzu Chi itu dari Susanto Pirono Shixiong (Ketua Tzu Chi Biak), jadi saat itu saya bersama beliau menjadi pengurus di salah satu wihara di Biak. Saat itu tahun 2005, Susanto shixiong datang dengan informasi akan ada pembagian bantuan beras dari Taiwan. Dari sini saya mengenal Tzu Chi dan ikut dalam kegiatan pembagian beras.

Selain pembagian beras, awal-awal berkegiatan Tzu Chi itu saya mengikuti kunjungan kasih, baksos kesehatan besar, dan lain-lainnya. Dari kegiatan-kegiatan itu saya belajar banyak sekali, apalagi baksos kesehatan. Mulai dari mengkoordinasikan dokter, mengurus pasien, dan banyak hal lainnya sudah saya kerjakan.

Dari situ ternyata bukan hanya berkegiatan saja, tetapi banyak perubahan diri setelah gabung dalam barisan relawan Tzu Chi. Contohnya dari kepribadian, emosi, semua terkendali. Ada satu yang saya senangi yaitu tadinya saya sama orang tua jauh, tetapi sekarang dekat sekali. Karena saya jadi memahami bahwa ketika masih ada orang tua, ya kita harus selalu berbakti.

Karena di Tzu Chi itu jalan kebaikan, maka saya juga mengajak teman-teman dan karyawan saya yang memang mau berkegiatan Tzu Chi. Karyawan saya ada beberapa yang ikut menjadi relawan karena kemauan mereka sendiri. Kalau mereka merasa happy ya ikut, kalau tidak ya jangan. Karena bagi saya dengan jalan ini (relawan Tzu Chi) bisa mengajak orang menjadi lebih baik.

Selama menjadi relawan Tzu Chi, ada satu pengalaman berharga bagi saya tentang berprasangka kepada orang lain. Jadi ada orang yang matanya bermasalah lalu datang ke toko saya dan bertanya. “Pak, katanya ada pengobatan gratis?” Saya bilang, “ada,” kemudian orang tersebut saya berikan uang untuk naik angkutan menuju rumah sakit untuk mendaftar.

Beberapa hari kemudian, datang lagi orang yang sama untuk kedua kalinya. Akhirnya saya berikan uang lagi dan saya suruh pulang. Beberapa hari lagi orang tersebut datang lagi untuk ketiga kalinya. Saya sudah mau emosi karena takut orang tersebut penipu. Tiba-tiba orang itu bilang. “Pak, terima kasih saya sudah bisa melihat”. Waduh, hati saya langsung tersentuh saat itu dan saya memetik pelajaran berharga dari sini.

Tentunya apa yang saya dapatkan di Tzu Chi juga tidak lepas dari peran guru kita Master Cheng Yen. Saya banyak mendengar ceramah beliau dan memang betul apa yang disampaikannya. Master Cheng Yen selalu sampaikan, jika kita berbuat sesuatu harus sungguh-sungguh, karena apa yang kita perbuat itu apa yang nanti kita tuai.

Bagi saya Master Cheng Yen sangat-sangat luar biasa, beliau selalu mengingatkan kita untuk selalu hati-hati. Beliau ini sudah seperti orang tua kita sendiri.

Saya bergabung menjadi relawan Tzu Chi juga bersama-sama dengan istri saya. Ia fokus bertugas menjadi relawan konsumsi di Tzu Chi Biak, sedangkan saya saat ini menjadi Wakil Ketua Tzu Chi Biak. Kalau dibilang berat ya memang berat menjadi relawan, tapi saya anggap harus dilewati dengan kebahagiaan.

Untungnya keluarga dan anakanak memahami apa yang dilakukan orang tuanya ini. Mereka tadinya nggak mengerti, apa ini kok buang waktu? Buang dana? Tetapi saya beserta istri perlahan-lahan menjelaskan apa yang kami lakukan di Tzu Chi. Ini semacam sedang menanam, nanti hasilnya juga untuk kita semua. Akhirnya mereka paham, kalau menjadi relawan Tzu Chi orang tuanya happy. Jadi kalau saya sudah pakai seragam, mereka sudah tahu saya dan shijie saya mau kemana.

Jadi selama saya masih sehat, saya akan tetap ada di barisan relawan Tzu Chi. Sebagai wakil, saya harus selalu siap mendukung Ketua Tzu Chi Biak. Rencana ke depan kami relawan di Tzu Chi Biak akan terus menjalankan Misi-Misi Tzu Chi untuk membantu masyarakat di Papua termasuk salah satunya adalah program desa binaan.

Seperti yang dituturkan kepada Arimami Suryo A.
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -