Sani Husiana: Relawan Tzu Chi Medan
Mengenggam Waktu dan Jodoh Baik di Tzu Chi



“Karena setiap mitra bajik yang kita temui memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.”

Pertama kali mengenal Tzu Chi itu tahun 2009. Awalnya saya melihat salah satu artikel di surat kabar tentang kegiatan amal relawan Tzu Chi. kemudian ada beberapa foto kegiatan dan relawan yang berseragam juga dalam artikel tersebut. Saya pun langsung tergerak dan tertarik untuk ikut dalam komunitas seperti ini. Kemudian saya mencari-cari informasi tentang keberadaan Tzu Chi di Kota Medan.

Setelah itu kebetulan saya ada kenalan yang ternyata sudah menjadi relawan Komite Tzu Chi. Dari relawan ini saya mulai diberikan informasi tentang sosialisasi dan kegiatan Tzu Chi. Lalu saya mulai ikut sosialisasi dan mulai berseragam abu putih di tahun yang sama (2009). Kegiatan yang pertama saya ikuti itu misi amal. Karena dari awal mau begabung saya mau ikut berkegiatan amal sosial. Dari ikut survei pasien kasus, kemudian ada pendampingan ke RS.

Sebenarnya awal-awal survei saya agak takut juga, saya seperti ada trauma pascakerusuhan tahun 1998. Apalagi kita survei kan masuk-masuk ke pelosok. Tapi ternyata di sini saya juga belajar mengatasi trauma saya tersebut. Ternyata ketakutan saya itu tidak seperti yang saya bayangkan. Pelan-pelan akhirnya bisa membaur juga.

Dengan berkunjung ke rumah Gan En Hu (penermima bantuan Tzu Chi) dan melihat kondisi mereka, kita jadi lebih banyak bersyukur dan menghargai berkah yang ada di diri kita. Semenjak menjadi relawan Tzu Chi, saya juga lebih bisa menghargai perbedaan ya. Karena setiap mitra bajik yang kita temui, yang kita hadapi masing-masing memiliki sifat dan karakter yang berbedabeda walaupun kita sudah berada di lingkungan yang penuh kebajikan seperti ini.

Master Cheng Yen juga selalu mengingatkan kita untuk menggenggam waktu dengan baik. Dalam salah satu kata perenungannya, beliau mengatakan. “Gunakan kebijaksanaan untuk menyelami makna sejati kehidupan, dengan tekad yang kokoh mengatur waktu dalam kehidupan.” Kata-kata inilah yang terus menyemangati saya untuk terus berjalan di jalan Bodhisatwa Tzu Chi.

Dan tentunya bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, saya merasa telah melakukan seperti yang Master Cheng Yen sampaikan. Saya benar-benar berusaha memanfaatkan waktu yang ada. Walaupun ditengah kesibukan pekerjaan saya, tetap saya sisihkan waktu untuk kegiatan Tzu Chi. Bagi saya Master Cheng Yen adalah seorang guru yang penuh welas asih, guru yang selalu memegang teguh semangat dan tekadnya untuk menebarkan cinta kasih yang universal. Benar-benar seorang sosok teladan.

Keluarga juga mendukung saya berkegiatan di Tzu Chi. Kalau saya lebih ke time management, bisa membagi waktu dengan keluarga. Karena anakanak juga sudah dewasa dan punya kehidupan masing-masing. Jadi kalau kegiatan kita positif, tentu tidak masalah.

Sampai sekarang saya masih aktif di misi amal. Selain itu saya juga dipercaya menjadi Wakil Ketua He Qi Bidang Pelestarian Lingkungan di He Qi Mandala dan salah satu tim Xun Fa Xiang.

Ditengah kesibukan bekerja, saya nggak pernah merasa sebagai beban (menjadi relawan Tzu Chi). Karena saya selalu merasa setelah melakukan ini semua (kegiatan relawan) ya sukacita, saya merasa bahagia. Jika diberikan tanggung jawab baru dari kegiatan Tzu Chi saya jarang menolak. Sejauh saya merasa sanggup, saya merasa bahagia kenapa tidak saya menggenggam momen baik ini.

Selama menjadi relawan Tzu Chi tentunya perjalanan juga tidak selalu mulus. Terkadang juga ada gesekan antar relawan bahkan awal-awal saya juga sempat maju mundur. Jadi ketika muncul gesekan, saya mencoba kembali merenungi Kata-kata Master Cheng Yen. Banyak sekali pelajaran hidup yang saya petik hikmahnya di Tzu Chi. Saya berharap semoga jalinan jodoh baik saya dengan Tzu Chi bisa seterusnya terjalin dengan baik.

Seperti yang dituturkan kepada Arimami Suryo A.
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -