Sufei Tan: Relawan Tzu Chi Jakarta
Mengendalikan Diri Lewat Dharma Master Cheng Yen


“Selamanya saya mau jadi relawan Tzu Chi, karena saya merasa apa yang dikerjakan di Tzu Chi itu benar.”

Saya dulu kan tinggal di Surabaya, jadi awal kenal Tzu Chi itu waktu diundang ke rumah teman yang baru pindahan, waktu itu sekitaran tahun 2004-2005. Dia cerita ‘ini ada DaAi TV Taiwan, ada satu Shifu nih kalau ceramah lembut banget’. Kemudian saya menyaksikan Ceramah Master Cheng Yen di sana. Lalu pas pulang saya langsung setting parabola saya untuk dapat channel DaAi TV Taiwan.

Ada satu waktu saya melihat salah satu tayangan di Lentera Kehidupan. Saat itu Master Cheng Yen menceritakan tentang kegiatan relawan Tzu Chi. Dari situ saya mulai pengen ikut, trus coba cari-cari informasi menjadi relawan dan cari alamat Tzu Chi yang ada di Surabaya. Hampir setahun mencari Tzu Chi akhirnya ketemu juga. Awalnya berniat mendaftar untuk menjadi donatur saja.

Dalam sebuah kesempatan, saya ditelepon relawan Tzu Chi Surabaya untuk diajak ikut berkegiatan waktu itu tahun 2006 mulainya. Dulu pertama kali berkegiatan, saya diajak kunjungan kasih ke panti kusta di Kecamatan Benowo, Kota Surabaya. Dari situ mulai tertarik dan aktif berkegiatan.

Singkat cerita saya sejak saat itu menjadi bagian dari relawan Tzu Chi Surabaya hingga dilantik menjadi relawan Komite Tzu Chi tahun 2009 di Hualien, Taiwan.

Setelah menjadi relawan Tzu Chi banyak perubahan dalam diri saya. Perubahan paling besar itu emosi saya bisa terkontrol. Saya paling ingat betul dengan Kata Perenungan Master Cheng Yen “Jangan mengambil kesalahan orang untuk menghukum diri sendiri.”

Awalnya saya seperti itu, sering marah karena saya merasa benar. Dari kata perenungan itulah saya menyadari buat apa menyalahkan orang lain sampai marah-marah kaya orang gila. Berarti kalau kita marah ya sama saja menghukum diri kita sendiri.

Dari awal saya melihat Master Cheng Yen itu sangat bijaksana dan begitu menghargai insan Tzu Chi. Sedikit-sedikit gan en, itu kan sangat welas asih. Step by step saya merasa bahwa Master Cheng Yen itu seperti orang tua, seperti ibu dan juga seorang ayah dalam membimbing kita.

Tahun 2019 saya memutuskan pindah ke Jakarta bersama keluarga dan bergabung dengan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1. Ketika awalawal bergabung, pandemi Covid-19 mulai meluas dan beberapa kegiatan Tzu Chi dihentikan atau diadakan secara online.

Tapi disini saya justru merasa bahwa saat beberapa kegiatan dihentikan dan diadakan secara online, saya jadi lebih fokus untuk memahami Dharma-Dharma Master Cheng Yen melalui kegiatan bedah buku, training relawan, ataupun Xun Fa Xiang yang diadakan secara online.

Keluarga juga sangat mendukung saya berkegiatan dan menjadi relawan Tzu Chi, suami dan anak-anak pun tidak komplain. Paling kita harus pintar-pintar membagi waktu dengan keluarga.

Di komunitas, saya ikut berkegiatan bersama relawan dan yang belum lama ini pas Bulan Tujuh Penuh Berkah juga ikut pembagian paket makanan vegetaris di beberapa wilayah juga. Selain itu saya juga aktif menjadi relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital bersama relawan lainnya.

Di komunitas He Qi Utara 1 ini relawannya sangat bersemangat dan harmonis. Saya berharap bisa terus memperpanjang barisan Bodhisatwa dan semakin giat menyerap Dharma bersama mereka. Selamanya saya juga mau jadi relawan Tzu Chi, karena saya merasa apa yang dikerjakan di Tzu Chi itu benar. Dalam membantu mereka yang membutuhkan itu sepenuh hati.

Seperti yang dituturkan kepada Arimami Suryo. A
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -