Veriyanto The: Relawan Tzu Chi Cikarang
Ingin Menggalang Lebih Banyak Hati


“...Saya bertekad ingin menggalang lebih banyak orang untuk bergabung dalam barisan Tzu Chi dan membentuk satu tim yang solid...”

*****

Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi berawal ketika saya menonton tayangan DAAI TV Indonesia tentang kegiatan Tzu Chi dan juga ceramah Master Cheng Yen yang sangat menggugah hati saya tentang ketidakkekalan hidup. Bahwa kehidupan kita yang begitu singkat di dunia ini hendaknya dapat kita manfaatkan untuk berbuat baik.

Ceramah Master Cheng Yen ini yang memotivasi saya untuk mengunjungi Kantor Tzu Chi di ITC Mangga Dua, Jakarta. Di kantor Tzu Chi saya bertemu Lulu Shijie yang memperkenalkan saya tentang Tzu Chi. Sejak itu, pada tahun 2012 saya bergabung sebagai relawan Tzu Chi. Ketertarikan saya untuk bergabung karena Tzu Chi merupakan yayasan sosial kemanusiaan yang membantu masyarakat yang membutuhkan tanpa membedakan suku, agama, dan ras.

Mulanya saya bergabung di Misi Amal, aktivitasnya adalah memberi bantuan kepada orang yang tidak mampu hingga perhatian batin. Sehingga saya turut merasakan apa yang dirasakan orang yang menderita.

Pertama kali saya ikut survei, saya diberi kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan survei sehingga saya dapat merasakan penderitaan pasien. Jika ada permohonan yang diterima dalam survei kasus, saya anggap semua adalah jalinan jodoh baik (sebuah karma). Namun, jika belum ada jalinan jodoh dengan Tzu Chi tak ada kekecewaan di hati saya. Bagi saya perjuangan dan usaha adalah hal terpenting, apapun keputusannya kita harus terima dengan lapang dada.

Saya sangat terkesan dengan penyebaran cinta kasih Tzu Chi yang universal tanpa pamrih. Seperti, Budaya Humanis Tzu Chi yang mengenalkan saya tentang keindahan tata krama, dalam menjalankan kegiatan Tzu Chi. Budaya pelestarian lingkungan juga membuat saya termotivasi dan turut mengajak orang lain untuk melakukan daur ulang dengan konsep 5R yaitu Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Recycle.

Saya yakin bahwa Tzu Chi tempat berbuat kebajikan dan sarana pelatihan diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tzu Chi juga menjadi sebuah keluarga bagi saya karena saya dapat belajar banyak hal yang baik dari Tzu Chi. Saya memiliki prinsip bekerja dengan sukarela, menerima dengan suka cita.

Perubahan yang terjadi pada diri saya sejak menjadi relawan Tzu Chi, saya lebih mampu mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan dan menjadi pribadi yang sabar.

Dalam berkegiatan Tzu Chi, saya kerap mengajak keluarga, teman, di lingkungan sekitar, seperti mengajak mereka dalam kegiatan baksos kesehatan atau pelestarian lingkungan agar mereka lebih mengenal Tzu Chi.

Saya merasa senang ketika melakukan kegiatan Tzu Chi dengan kompak dan harmonis. Tidak ada rasa duka, melainkan terus berupaya memotivasi relawan lain untuk tetap aktif berkegiatan.

Saya bertekad untuk ke depannya ingin menggalang lebih banyak orang untuk bergabung ke dalam barisan Tzu Chi dan membentuk satu tim yang solid untuk menjalankan Tzu Chi, khususnya di Cikarang.

Cara saya memotivasi adalah dengan mendorong relawan untuk mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, mengikuti traning, serta bedah buku. Kegiatan ini agar para relawan bisa terisi dengan Dharma, sehingga mereka mempunyai pemahaman Dharma. Selain itu, di dalam setiap kegiatan kami suka melakukan diskusi (bertukar pikiran satu sama lain) agar relawan dapat aktif mengikuti kegiatan.

Sosok Master Cheng Yen bagi saya adalah sosok Bodhisatwa yang penuh welas asih, menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia dan rela berkorban dengan jiwa dan raga. Kata perenungan dari Master Cheng Yen yang paling mengena di hati saya adalah “Ada dua hal di dunia ini yang tidak bisa ditunda, berbakti kepada orang tua, dan berbuat kebajikan.

Seperti dituturkan kepada Lili Tedja (He Qi Pusat)

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -