Yuliani Tanujaya Lim: Relawan Tzu Chi Surabaya
Bisa Memilih Keputusan Dengan Bijak

“Pengalaman bisa menjadi bahan evaluasi kedepannya supaya lebih baik."
Awal mulanya itu bulan Desember 2021, saat pandemi. Waktu itu saya iseng cari di internet tentang organisasi sosial berbasis agama Buddha. Dari pencarian itu yang muncul adalah Tzu Chi tapi yang di Jakarta. Dari situ coba lagi cari informasi ada nggak kantornya di Surabaya, ehh ternyata ada. Berbekal informasi tersebut, lalu saya kesana dan ketemu sama salah satu staf. Waktu itu kondisi Kantor Tzu Chi Surabaya tutup untuk kegiatan karena pademi, lalu disarankan untuk datang lagi di bulan Januari 2022.
Setelah mendaftar, saya mulai ikut berkegiatan walaupun masih terbatas dan masih menerapkan protokol kesehatan ketat saat itu. Pertama kali saya ikut kegiatan bersama relawan itu pembagian sembako di Koramil Tandes dan sejak itu saya rutin ikut kegiatan. Semenjak rutin berkegiatan, saya juga ikut pelatihanpelatihan karena saya tuh orangnya senang belajar dan pasti ada sesuatu hal baru yang dipelajari. Setelahnya saya pun dilantik menjadi relawan Abu Putih Logo pada tahun 2024.
Selama berkegiatan Tzu Chi banyak hal yang saya dapatkan, salah satunya adalah perubahan dalam diri. Awal-awal itu susah banget ngerubah tabiat buruk karena memang sudah dari sananya punya sifat keras. Jujur, mengubah kebiasan buruk sama menahan diri itu berat. Saya orangnya juga cepat menilai sesuatu, padahal belum tentu benar pemikiran kita. Berkat ikut Xun Fa Xiang, saya melihat dan mendengarkan Master Cheng Yen membabarkan Dharma itu seolah-olah kaya dekat dan ngasih tau langsung. Perlahan-lahan sifat dan tabiat buruk itu mulai terkikis.
Dan yang berkesan itu waktu ikut kegiatan Misi Amal Tzu Chi. Saya itu dapat tugas untuk memberikan pendampingan untuk 3 orang Lansia yang tidak memiliki anak. Setiap kunjungan kasih juga membawa sembako untuk mereka. Uniknya kalau saya datang mereka itu manja, seolah mereka ingin merasa punya anak. Mau pulang juga suka digandoli (ditahan-tahan) hahaha.
Walaupun awal-awal agak bingung karena harus lewat gang-gang sepit untuk menuju rumah mereka, tetapi sekarang malah kepingin ketemu. Karena ada nilai-nilai yang kita dapat yakni cinta kasih, care kepedulian dan perhatian), dan meluangkan waktu untuk mereka. Walaupun bukan orang tua kandung, tapi nggak tau ya kaya ada ikatan emosional gitu. Jadi kalau melihat mereka sehat-sehat rasanya senang dan kita relawan pun jadi tambah semangat.
Tentunya apa yang saya jalani dan dapatkan di Tzu Chi tak lepas dari bimbingan Master Cheng Yen sebagai guru kita. Beliau itu memberikan ajaran dengan bijaksana, saya yang punya tabiat keras ini masuk ajaranya, adem, dan merasa beliau itu seperti mamaku. Jadinya sekarang kalau ada tindakan yang tidak sesuai pasti selalu diingatkan, entah dari Xun Fa Xiang, postingan kata perenungan, pasti selalu ada yang mengingatkan agar saya selalu bisa memilih keputusan dengan bijak.
Keluarga pun oke ketika saya berkegiatan dan menjadi relawan Tzu Chi. Saya merasa suami mendukung dan nggak pernah ngomel. Saya juga selalu bercerita tentang kegiatan-kegiatan yang saya lakukan di Tzu Chi. Bahkan menariknya kadang suami juga suka cerita ke temen-temennya, hahaha. Jadi intinya harus bisa membagi waktu, kata Master Cheng Yen kan harus seimbang, keluarga dulu baru berkegiatan.
Sebelum masuk Tzu Chi saya pun sudah bervegetaris sejak 2019. Jadi begitu masuk dan menjadi relawan Tzu Chi jadi makin klop. Di Tzu Chi Surabaya, saya juga dipercaya menjadi Wakil Fungsionaris Misi Pendidikan dan Misi Kesehatan. Dan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149 di Surabaya menjadi pengalaman pertama saya menjadi PIC baksos berskala besar.
Awalnya agak bingung, down juga karena harus koordinasi sana sini. Tetapi berkat kerja sama yang baik antar sesama relawan Tzu Chi Surabaya dan Jakarta serta sharing ilmu dan pengalaman dari Tim Medis TIMA Indonesia, bersyukur kegiatan berjalan lancar. Jadi dari pengalaman di Tzu Chi ini bisa menjadi bahan evaluasi kedepannya supaya lebih baik lagi. Tentunya saya setiap hari ya minta diberikan kesehatan agar bisa berkegiatan dan intinya sampai jalinan jodoh berhenti saya ingin menjadi Bodhisatwa di Tzu Chi.
Seperti yang dituturkan kepada Arimami Suryo A.