Anak Asuh Tzu Chi: Mendampingi Generasi Penerus Bangsa

Keterbatasan ekonomi terkadang membuat anak-anak terpaksa mengubur citacitanya hanya untuk dapat segera membantu kedua orang tua bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Padahal pendidikan dapat mengubah masa depan mereka menjadi lebih baik. Selain itu banyak di antara mereka yang memiliki prestasi yang baik dalam pendidikan. Melihat fakta tersebut, insan Tzu Chi tidak ingin melihat mereka putus sekolah, insan Tzu Chi ingin mereka tetap memiliki cita-cita, untuk itulah hingga saat ini, bantuan pendidikan selalu diberikan kepada anak-anak yang kurang mampu namun memiliki prestasi yang baik dan semangat yang besar untuk melanjutkan pendidikan. Bantuan biaya pendidikan (anak asuh) Tzu Chi pertama kali dimulai di Tangerang dan terus berkembang hingga ke beberapa wilayah lain hingga saat ini.

Di antaranya pada Januari 2009, anakanak asuh dengan bersemangat mengikuti permainan menyusun kalimat Mandarin yang diberikan para relawan Tzu Chi Tangerang. Setiap bulannya, relawan Tzu Chi di berbagai daerah rutin mengadakan gathering bersama dengan anak asuh. Pada acara tersebut, mereka diajak untuk saling belajar, saling mengenal, dan saling berbagi bersama dengan anak asuh lainnya serta relawan Tzu Chi melalui berbagai kegiatan, mulai dari membuat celengan bambu hingga melakukan pelestarian lingkungan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.


Pembagian Beras
Butiran Beras Pembuka Jalan Cinta Kasih

Bulan Mei 1998, ketidakstabilan ekonomi dan politik menyebabkan terjadinya penderitaan dan kekacauan di Indonesia khususnya Jakarta. Saat relawan Tzu Chi Indonesia menyampaikan kejadian ini kepada Master Cheng Yen di Taiwan, beliau berpesan, Tali kebencian hanya dapat diputuskan dengan cinta Kasih. Maka relawan Tzu Chi pun mulai menebar benih cinta kasih dengan memberi perhatian pada petugas keamanan yang bertugas di Jakarta, dan kemudian melakukan pembagian sembako untuk menenteramkan hati masyarakat.

Pada tanggal 30 Januari 1999, relawan Tzu Chi dari Taiwan, Malaysia, Australia, Amerika (total berjumlah 78 orang) ikut membagikan paket sembako (beras, minyak, gula) kepada warga tidak mampu, polisi, dan tentara di Jakarta. Total paket yang dibagikan berjumlah 100.535 paket. Saat itu relawan Tzu Chi Indonesia masih terbatas sehingga sejumlah karyawan dari Grup Sinar Mas ikut terjun menjadi relawan untuk membantu perencanaan dan pembagian paket.

Pada bulan Mei tahun 2003, pembagian beras dengan skala yang lebih besar lagi pun muncul karena datangnya 50.000 ton beras cinta kasih dari Taiwan. Sejak saat itu hingga Agustus 2005, bekerja sama dengan Departemen Sosial RI dan TNI, beras cinta kasih pun dibagikan ke berbagai daerah di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT Pulau Sumatera, dan Sulawesi. Setelah itu, selama kurun waktu Februari 2005-November 2007, Tzu Chi kembali membagikan beras sebanyak 30.000 ton dan selama April 2011-Maret 2012 membagikan sebanyak 5.000 ton beras cinta kasih ke berbagai pelosok di Indonesia.

Pada tahun 2011, beras cinta kasih sebanyak 5.000 ton kembali dibagikan untuk masyarakat Indonesia. Salah satunya pada tanggal 29 Oktober 2011, relawan Tzu Chi Tangerang melakukan pembagian beras Cinta Kasih di wilayah Tanjung Pasir dan Lemo, Tangerang. Di antara seorang warga yang mendapatkan beras cinta kasih di Tanjung Pasir yaitu Sainah (50). Ibu 6 anak ini masih harus bekerja keras setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan berjualan kue, dan setiap harinya ia mendapatkan penghasilan sebesar 12 ribu rupiah. Perhatian yang diberikan relawan membuatnya terharu, ia menangis karena seorang relawan yang membawakan beras dan menggandengnya. Ia merasa sangat senang karena belum pernah mendapatkan beras sebanyak 20 kg. Senang, bakal cukup untuk beberapa hari, saya jadi nggak ngutang beras, tuturnya dengan gembira.

Tergerak oleh kehangatan para relawan, warga Lemo, Tangerang, penerima bantuan beras cinta kasih turut serta bersumbangsih untuk membantu sesamanya. Dengan antusias mereka ikut bersumbangsih melalui celengan bambu. Melihat cinta kasih yang menyebar ini, Lu Lien Chu, seorang relawan Tzu Chi merasa bersyukur. Saya melihat adanya harapan di desa ini, karena hati mereka itu kaya, ucapnya.

Pembagian beras cinta kasih skala besar sampai di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2011. Keindahan alam Sumba, seolah menyembunyikan sulitnya kehidupan masyarakat setempat. Tanah tipis yang hanya selapis di atas bebatuan membuat tanaman sulit tumbuh di sana dan di musim kemarau kekeringan selalu melanda. Bantuan beras ini disambut hangat warga yang tengah menghadapi potensi gagal panen akibat panas yang berkepanjangan. Pembagian beras terbagi menjadi 3 tahap dengan total keseluruhan sebanyak 285 ton, yaitu sejak 17 Desember 2011 hingga 14 April 2012.

Sejak Mei 2011 hingga Maret 2012, Tzu Chi Indonesia telah membagikan 85.000 ton beras kepada warga di berbagai pelosok di Indonesia, mulai dari propinsi yang paling barat, yaitu Aceh hingga yang paling timur, yaitu Papua. Butiran beras cinta kasih ini juga menjadi jalan pembuka cinta kasih bagi Tzu Chi kepada masyarakat yang membutuhkan. Jalinan jodoh Tzu Chi dengan masyarakat Indonesia di beberapa kota, seperti Bandung dan Singkawang pun berawal dari kegiatan pembagian beras cinta kasih ini. Walaupun beras ini akan habis pada saatnya, namun cinta kasih dan rasa syukur yang terkandung di dalamnya akan berlangsung sepanjang masa.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -