"Bener-Bener dari Hati"

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
 

foto"Kita satu keluarga, saling syukur, saling percaya" itulah lagu yang dinyanyikan dan juga bahasa isyarat tangan yang dipertunjukkan oleh relawan Tzu Chi bersama dengan relawan dari Rumah Sakit Omni International Alam Sutra dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-64

“Bener-bener pure dari hati. Itu tulus banget. Saya melihat itu dari Tzu Chi,” kata Restu Widowati, seorang staff marketing Omni International Hospitals yang baru pertama kali ikut dalam baksos kesehatan Tzu Chi. Memang Sabtu itu, tanggal 6 Maret 2010, Tzu Chi bekerja sama dengan Omni International Hospitals Alam Sutera Tangerang menyelenggarakan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi yang ke-64.

 

Katarak itu Datang
Pukul 15:00 wib, seorang laki-laki paruh baya dituntun seorang relawan Tzu Chi keluar ruangan operasi katarak. Laki-laki paruh baya ini dituntun karena mata sebelah kirinya kini tertutup kain perban usai operasi katarak, sementara yang kanan karena memang tak lagi dapat melihat. Laki-laki paruh baya bernama Sumarno ini pun lantas duduk di sebuah bangku. 

“Tapi ya itu, sampe saat ini (usai operasi) tengkuk ini pegel ya. Apa karena saya ada hipertensi ya,” jawabnya ketika saya tanya bagaimana rasanya setelah kataraknya dioperasi.  ”Sakit ga?” tanya saya lagi. ”Engga, ya agak perih aja,” jawabnya tenang. Dia pun lantas menceritakan riwayat penyakit katarak yang dialaminya.

Sumarno mulai merasakan mata kanannya tidak enak di tahun 1999. Ketika itu, dia sudah bekerja sebagai seorang hansip setelah sebelumnya bekerja di sebuah pabrik percetakan. Rasa tidak enak di matanya itu terus terasa hingga tahun 2002. Ketidakenakan itu pun makin menjadi-jadi saat dia sakit keras di tahun 2006. ”Kepala ini rasanya dua gitu loh. Saking pusingnya. Lalu mungkin putus ya (syarafnya),” katanya. Di tahun 2005, mata kirinya pun kembali terasa tidak enak, tetapi masih dapat melihat. Saat tahun 2006, begitu mata kanannya sudah tidak bisa melihat sama sekali, barulah mata kirinya mulai terasa makin tidak enak.

Saat mata sebelah kanannya terkena katarak, dia sudah sempat berobat ke puskesmas. Di sana, dia sempat ditawari untuk menjalani operasi, namun karena biaya yang tak terjangkau dan dia pun tak lagi bekerja, tawaran itu ditolaknya. Di tahun 2009 lalu, Sumarno sebenarnya sudah hendak dioperasi pada saat baksos kesehatan Tzu Chi di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Sayang, operasi itu gagal karena penyakit darah tinggi yang diidapnya. Maka, agar operasinya di baksos kesehatan kali ini sukses, oleh tim medis Tzu Chi, dia pun diberikan obat penurun tekanan darah tinggi beberapa waktu lamanya. Alhasil, berkat upaya dan kerja keras Sumarno mengobati hipertensinya, operasi pun dapat berjalan dengan baik. Meski, pada saat hendak dioperasi Sumarno awalnya juga merasa takut. ”Takut tapi sedikitlah,” katanya.

foto  foto

Ket : - Penuh kehati-hatian dan perhatian, kedua relawan Tzu Chi ini bekerja sama memotong bulu mata            kanan Murtini yang hendak dioperasi. (kiri)
       - Sebelum operasi, tim medis Tzu Chi senantiasa memeriksa kembali data-data medis yang dipegang            oleh para pasien. (kanan)

Kembali Bertanggung Jawab
Karena katarak yang dideritanya, tak banyak yang dapat dilakukann Sumarno setiap harinya. ”Diem aja, paling sambil neriakin cucu yang nakal,” kata Sumarno yang memiliki 4 anak dan 5 cucu ini. Sebatang tongkat kemudian menjadi teman sejatinya seharai-hari.  ”Ya pake tongkat dan paling jauh sampe mck doang. Ga bisa kemana-mana” tambahnya.

Maka tak heran jika dia pun sangat berharap operasi katarak yang baru saja dijalaninya sukses dan berhasil baik. ”Harapannya bisa lihat normal lagi. Ya harapannya kira-kira gitulah,” ujarnya. Sebuah harapan yang wajar karena di hati kecilnya, dia masih ingin bekerja atau pun membuat usaha kecil-kecilan yang dirasa mampu dan dia bisa lakukan. Tidak saja untuk menghidupi diri sendiri, namun juga istri serta keluarga besarnya.

”Anak-anak kerja toko paling seberapa sih, ngurusin anak dan cucunya berapa sih, cuma kasihan doang ngelihatnya. Insya Allah mudah-mudahan saya bisa menjadi orang yang bisa bertanggung jawab lagi lah,” katanya.

Duh Masya Allah, saya kok begini amat ya
Menurutnya, pelayanan relawan di saat baksos super baik. ”Masa saya itu sampe dicuciin kakinya – dicuciin tangannya. Duh Masya Allah saya kok begini amat ya (diperhatikan sekali-red),” kata Sumarno. Tak tahu jika akan diperlakukan sedemikian baik, maka dia pun awalnya merasa kaget juga.

”Masya Allah saya kok di sini kaya jadi ngerepotin orang banyak amat,” ujarnya lagi. Apalagi semua relawan Tzu Chi juga senantiasa membantu para pasien lain dan juga dirinya, dari yang mencarikan minuman, mengantarkan mencuci tangan, menyediakan makanan, dan itu dilakukan berkali-kali. ”Aduh. Aduh, saya kok gini amat sih. Belum pernah ada yang kayak gini,” kesannya. Hal yang mirip diungkapkan Nardi, salah satu anak Sumarno yang turut mendampingi ayahnya. ”Bagus ya, kendalanya cuma di transportasi karena jauh. Relawannya ramah.”  

foto  foto

Ket : - Usai Sumarno dioperasi, seorang relawan Tzu Chi lantas memberikannya segelas air putih untuk             sedikit mengurangi dahaga yang terasa. (kiri).
         - Relawan Tzu Chi dengan seksama menyampaikan beberapa hal yang harus dilakukan oleh anak             Sumarno agar sang ayah segera pulih dan dapat melihat kembali. (kanan)

Kesan Pertama
Lagi, menurut Restu Widowati, baksos ini sangat membantu para penderita katarak atau hernia dan bibir sumbing terutama. Sebagai baksos pertama, ia melihat para relawannya bekerja benar-benar dari dalam hati, untuk Tzu Chi terutama. Satu hal yang ia lihat berbeda dengan baksos kesehatan lain adalah mungkin adanya ajaran dari guru Tzu Chi sendiri (Master Cheng Yen).

”Mereka itu (para relawan-red) bener-bener tidak menerima, apa ya? Mereka itu maunya sendiri-apa-apa, mereka tidak mau merepotkan orang lain,” katanya. Ia lantas memberikan contoh, ”Mereka itu kalau makan membawa tempat sendiri, dicuci sendiri.” 

Dari baksos ini, pikirannya pun menjadi lebih terbuka, bahwa tidak semua hal dapat dinilai dengan uang. ”Kita punya hati nurani untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan balas kasihnya. Bener-bener pure dari hati. Itu tulus banget, saya melihat itu dari Tzu Chi,” ujarnya mengakhiri. 

 

 

 

 

  
 
 

Artikel Terkait

Galang Hati untuk Sumatera - Medan

Galang Hati untuk Sumatera - Medan

08 Oktober 2009
Cinta kasih tidak mengenal batas, perbuatan baik tidak membedakan suku dan agama, tak peduli orang dewasa maupun anak-anak terlihat antusias dalam menyumbangkan dana bagi saudara-saudara kita yang sedang menderita tertimpa bencana alam di Sumatera Barat.
Memilah Emas  dan  Menggalang Hati

Memilah Emas dan Menggalang Hati

22 April 2013 Seiring dengan kiprah Tzu Chi Palembang yang memasuki tahun kedua, insan Tzu Chi Palembang terus mensosialisasikan pentingnya pelestarian lingkungan melalui kegiatan daur ulang.
Belajar dari Semangat Hidup Ramlan

Belajar dari Semangat Hidup Ramlan

04 November 2009
Karena takut dan panik, Ramlan berusaha untuk memotong kakinya. “Hanya dengan cara ini saya bisa bertahan hidup,” ujar Ramlan saat relawan Tzu Chi mengunjunginya di rumahnya, Purwakarta, Jawa Barat.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -