Mind Spa

Jurnalis : Juniwati Huang (He Qi Utara), Fotografer : Juniwati Huang (He Qi Utara)
 
foto

Mind spa bertujuan agar pikiran menjadi relaks sehingga bisa berpikir dengan jernih kembali. Di Tzu Chi, banyak hal yang bisa menjadi bahan untuk mind spa, misalnya kata perenungan Master Cheng Yen karena bisa memberi inspirasi.

“Setiap hari saya melakukan mind spa di Tzu Chi,” Ji Shou Shixiong, relawan Tzu Chi asal Malaysia yang selama ini aktif di Indonesia, membuka bedah buku di Jing-Si Books & Café, Pluit, Jakarta Utara, Kamis, 24 Juli 2009. Topik “Mind Spa” rupanya banyak diminati, itu terlihat dari jumlah peserta yang padat memenuhi ruangan di lantai dasar Jing-Si. Kata ‘spa’ identik dengan relaksasi dan penyegaran tubuh. Lalu apakah ‘mind spa’ yang dimaksud sesederhana untuk menyegarkan pikiran? Dan bagaimana cara ber-mind spa di Tzu Chi?

Fungsi Otak dalam Mind Spa
Sambil mereferensikan buku My Stroke of Insight yang menjadi sumber inspirasinya, Ji Shou mengawali penjelasannya mengenai kondisi fisiologis otak manusia yang terdiri dari otak kanan dan otak kiri serta proses kerja otak. Otak kiri identik dengan pengalaman yang bersifat analitis, logika, ilmu pengetahuan, bahasa, dan matematika. Sedangkan fungsi berpikir holistik, kreatif, intuitif, dan seni menjadi keunggulan otak kanan. Ji Shou memberikan ilustrasi bahwa saat kita menjalankan aktivitas kerja, otak kiri kita yang berperan. Saat kita memberikan sharing, menceritakan pengalaman dan perasaan kita, otak kanan-lah yang berperan. Otak kiri yang memproses informasi dengan logika cenderung menghasilkan analisa yang negatif. Sedangkan otak kanan memproses informasi dengan memberikan sentuhan kemanusiaan, keindahan, dan kebaikan kepada dunia ini.

Setiap saat, kita menerima rangsang dari luar melalui keenam indera kita, yaitu mata, telinga, hidung, pencerapan, sentuhan, dan pikiran. Terkadang kita tidak dapat memilih apa yang kita hadapi dan alami, namun kita dapat mengontrol cara memproses informasi yang diterima. Hal ini dapat dilatih dengan mengembangkan fokus pada masa sekarang (here and now). Kesadaran mengenai proses kerja otak yang kita alami akan membantu pengendalian tersebut. Jika kesadaran tersebut sudah terlatih, maka pilihan untuk menjadi bahagia atau sedih berada dalam genggaman kita.

”Kita dapat menciptakan kondisi yang dapat membuat kita bahagia,” tegas Ji Shou. Namun sebelumnya, kita perlu mengetahui dengan jelas hal-hal yang membuat kita bahagia dan sedih. Di abad ke-21 ini, dunia semakin terbuka lebar terhadap beragam informasi dan begitu mudah untuk saling berhubungan dan berinteraksi sehingga kita perlu lebih selektif dalam menerima informasi yang baik dan tidak menerima yang buruk.

foto  foto

Ket : - Lim Ji Shou menjelas perbedaan fungsi otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan logika, sedangkan
           otak kanan berkaitan dengan jiwa kreatif. (kiri)
         - Bedah buku yang diadakan setiap Kamis malam di Jing-Si Books & Cafe Pluit mendapat respon yang baik
          sehingga selalu dipenuhi peserta. (kanan)

Refleksi Mind Spa
Selain memberikan tes kecil bagi refleksi diri mengenai fungsi otak yang cenderung dominan, Ji Shou juga mempersiapkan cuplikan video iklan Malaysia yang kreatif dan menarik sebagai jembatan untuk menggugah kesadaran melakukan mind spa. Video pertama bercerita tentang seorang ayah yang sudah tua sedang duduk di bawah pohon. Anaknya yang sudah tumbuh menjadi pemuda dewasa menghampiri sang ayah untuk mengajaknya masuk ke dalam rumah. Sang ayah yang sedang menikmati pemandangan melihat seekor burung dan bertanya pada anaknya, ”Apa nama burung itu?” Si anak menjawab, ”Burung murai, Yah.” Sang ayah tampak kurang jelas mendengar jawabannya, sehingga bertanya lagi, ”Burung apa?” Si anak kembali menjawab, ”Burung murai, Ayah.” Dengan nada yang mulai berat, masih merasa kurang jelas, sang ayah kembali mengulangi pertanyaannya, ”Burung apa?” Si anak mulai memperlihatkan mata yang mengernyit dan menjawab dengan nada kesal, ”Burung murai!” Sang ayah pun tersenyum dan memperlihatkan buku harian yang sedang dibacanya. Buku harian yang merupakan milik mendiang ibunya menceritakan kisah ayah muda dan sang anak saat masih kecil. Sang ayah sedang bermain menggendong anaknya di atas punggungnya hendak mengajaknya pulang. Saat itu si anak melihat seekor burung dan bertanya pada ayahnya, ”Burung apa itu, Ayah?” Sang ayah pun menjawab, ”Burung murai, Nak.” Tidak cukup sekali, si anak seakan mulai menganggap itu permainan, dan bertanya berulang-ulang tanpa henti. Sang ayah pun dengan sabar menjawab pertanyaan anaknya secara berulang-ulang dengan senyum yang tak lepas di wajahnya, ”Burung murai, Nak.” Si anak mengenang kembali masa lalu tersebut dan merasa malu dan bersalah kepada sang ayah, lalu memeluk ayah untuk meminta maaf atas ketidaksabarannya.

Video kedua mengisahkan suasana pemakaman di Singapura. Sang istri yang menghadapi kematian suaminya perlu menyampaikan sambutan di akhir pemakaman tersebut. Berbeda dengan kata-kata sambutan yang umumnya sarat dengan kesedihan, sang istri menceritakan tentang kebiasaan-kebiasaan suaminya saat tidur yang cukup mengganggu, seperti mendengkur dan mengeluarkan gas. Tiruan suara mendengkur dan gas yang diperagakan sang istri dengan sangat mirip dan jenaka bahkan sempat mengundang tawa para hadirin. Suasana haru dan isak tangis kemudian menyelimuti ruangan saat sang istri menyimpulkan ceritanya. Kebiasaan-kebiasaan suami yang mengganggu tersebut, walaupun merupakan ketidaksempurnaan diri sang suami, namun hal-hal itulah yang selalu ingin didengar sang istri saat suaminya mulai mengalami sakit, karena suara-suara itu merupakan tanda bahwa suaminya masih hidup. Kekurangan suaminya menjadi suatu keindahan tersendiri yang melengkapi hidup sang istri. ”Hidup bersama membuat kita belajar melepaskan keegoisan kita, walaupun kadang membuat stress, unhappy, namun kita bisa melihat keindahan-keindahan yang ada yang membuat kita happy,” tambah Ji Shou menyimpulkan pesan moral di balik video tersebut. Kita mempunyai pilihan untuk merasa bahagia atau tidak dengan kondisi yang kita alami.

Video terakhir yang berjudul I Want More Time memberikan cuplikan kisah di Thailand mengenai seorang ayah yang berperan sebagai orangtua tunggal bagi anak satu-satunya, sejak kematian istrinya. Saat sang anak masih kecil, keakraban mereka tergambar dengan hari-hari yang mereka lalui bersama dengan hangat. Ketika anak menginjak remaja, minat sang anak di bidang musik tidak disetujui ayahnya, dan mulai memicu konflik dan merenggangkan hubungan ayah anak tersebut. Pertengkaran demi pertengkaran semakin mendinginkan hubungan ayah dan anak. Hingga anak tersebut dikisahkan menjadi musikus yang berhasil, dan sang ayah yang mendengarkan musik anaknya di radio mobilnya mulai mengenang masa lalu. Hati sang ayah mulai luluh dan raut wajahnya tampak menyesal mengingat kesalahpahaman dan perlakuan kasar kepada anaknya. Akibat tidak berkonsentrasi, sang ayah tidak menyadari bahwa mobilnya sudah di luar jalur dan berakhir mengenaskan dengan menabrak sebuah truk. Kenangan mereka di masa kecil yang indah mulai tampak seakan mencerminkan kerinduan ayah dan harapannya untuk mengulang waktu agar dapat mengungkapkan betapa ia mencintai anaknya, dan meminta maaf atas perlakuannya.

Saat melihat adegan tabrakan tersebut, banyak peserta yang menghela nafas berat ataupun teriakan kecil pertanda kaget dan menyayangkan peristiwa tersebut. ”Kita semua mungkin terpukul saat melihat ayahnya tabrakan,” ungkap Ji Shou mengakhiri pemutaran video, ”Jika kita sadar, kita tidak punya banyak waktu, kita tidak akan menggunakan waktu dengan sia-sia.” Mind spa dilakukan dengan menyadari untuk memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang membuat pikiran bahagia.

foto  

Ket : - Posan Shixiong berbagi cerita tentang temannya yang sejenak menenangkan pikirannya ketika sedang
           mengendarai motor mendengar kabar orangtuanya meninggal dunia.

Dunia Tzu Chi Sarana Mind Spa
Keuntungan bagi relawan Tzu Chi karena dunia Tzu Chi banyak menyediakan sarana bagi relawan untuk melakukan mind spa. Ji Shou menyebutkan sarana-sarana mind spa di Tzu Chi seperti membaca kata perenungan Master Cheng Yen yang dapat memberi inspirasi, semangat, dan bahkan solusi bagi permasalahan hidup sehari-hari. Ji Shou sendiri mengaku mendekor ruangan di rumahnya dengan tempelan kata-kata perenungan Master Cheng Yen. Selain memberikan kehangatan dalam ruangan, Ji Shou merasakan manfaatnya juga untuk mengingatkan kebijaksanaan yang perlu ditumbuhkan.

Menonton ceramah Master Cheng Yen melalui acara Lentera Kehidupan di DAAI TV, ataupun program Dharma as Water juga merupakan sarana mind spa yang baik. Air Dharma dapat membantu membersihkan dan menyegarkan batin yang lelah dan kotor. ”Walaupun nonton ceramah Master (Cheng Yen) belum tentu setiap saat memberikan kesan, tetapi akan menjadi kebiasaan yang baik untuk kita,” dorong Ji Shou menyemangati peserta untuk konsisten menonton program tersebut.

Posan Shixiong menutup acara bedah buku malam itu dengan sharing mengenai temannya. Saat itu temannya sedang dalam perjalanan mengendarai motor, dan mendapatkan telepon. Berita yang diterimanya melalui telepon bukanlah berita menggembirakan, dikabarkan bahwa ayahnya meninggal dunia. Apa yang dilakukan? Temannya menepi di pinggir jalan dan berhenti sejenak. Tidak hanya berhenti mengendarai motor, namun juga mendiamkan diri dan pikirannya sejenak. Mind spa tersebut membantu menenangkan pikirannya untuk menyadari situasi yang ada dan menuntunnya ke tindakan yang harus dilakukan selanjutnya.

Dengan mind spa, kita melatih diri untuk lebih memiliki kesadaran akan keberadaan kita saat ini dan tujuan kita di masa mendatang.

 

Artikel Terkait

Kisah Veky Yohanes, Hidup Sebatang Kara Dengan Sakit Jantung dan Diabetes

Kisah Veky Yohanes, Hidup Sebatang Kara Dengan Sakit Jantung dan Diabetes

25 Juni 2021

Veky bercerita sudah dibantu oleh Tzu Chi sejak 4 tahun lalu. Awalnya Veky mendapat bantuan pengobatannya namun, karena Veky terdampak pandemi ia kemudian mendapat bantuan biaya hidup dari Tzu Chi.

Terus Mengembangkan Fasilitas Kesehatan yang Optimal Untuk Kesembuhan Pasien

Terus Mengembangkan Fasilitas Kesehatan yang Optimal Untuk Kesembuhan Pasien

05 Juni 2023

Jumat, 2 Juni 2023 Perkumpulan Teknik Perumahsakitan Indonesia (PTPI) datang berkunjung ke Tzu Chi Hospital. Dalam kesempatan ini Prof. Eko Supriyanto dan ketiga rekannya berkeliling di Tzu Chi Hosital.

Bersumbangsih Sambil Menyelami Dharma

Bersumbangsih Sambil Menyelami Dharma

24 November 2011 Siapapun boleh hadir dan turut serta untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi yang memberikan nilai-nilai bajik, indah dan positif, terutama kegiatan isyarat tangan yang dilakukan tiap hari Minggu pukul 13.00 WIB.
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -