“Hi Guys, Rumah Aku Baru Nih!” - Cerita Bahagia Sholeh di Rumah Barunya

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, Arimami Suryo A

Hasnawati bersama dua putranya yaitu Ahmad dan Sholeh berfoto di depan rumah baru mereka. Penantian panjang itu akhirnya terbayar dengan senyum dan syukur yang tulus.

“Hi guys, rumah aku baru nih!! Sini masuk ke dalem!”

Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut Sholeh, anak kedua Hasnawati berusia enam tahun, begitu kami datang untuk meliput rumah barunya hasil dari Progran Bebenah Kampung Tzu Chi tahap 6 di Kamal Muara. Dengan senyum lebar dan tawa yang seolah tak ada habisnya, Sholeh langsung jadi tour guide kecil yang dengan bangga memperlihatkan isi rumah barunya setelah serah terima kunci program Bebenah Kampung Kamal Muara tahap 6. Pada Kamis, 10 Juli 2025.

“Ini kamar aku baru… sekarang ada ranjang susun. Oh iya, aku tidur di atas, Aak Ahmad (kakaknya) di bawah. Kasurnya empuk banget, guys! Udah nggak bau lagi, udah bagus, aku seneng banget!” kata anak yang baru akan masuk kelas 1 SD itu, sambil berguling-guling di ranjang tingkatnya yang baru.

Kebahagiaan Sholeh begitu lugu, tulus, dan menular. Kami ikut menahan senyum melihat tingkah lucunya. Ia juga seolah sudah lupa kalau dulu ia pernah pulang menangis karena diejek teman-temannya.

Ahmad dan Sholeh, kakak beradik yang tak henti-hentinya bermain dan tertawa riang di kamar baru mereka. Ranjang susun ini jadi pengalaman pertama yang begitu membahagiakan untuk mereka.

Beginilah tampak depan kondisi rumah lama Hasnawati dan suaminya yang sudah tak layak huni dan membahayakan keselamatan penghuni di dalamnya.

“Mak, kita ini orang miskin ya? Kata temen Sholeh, rumah kita udah mau rubuh, Mak,” ucap Sholeh pada ibunya waktu itu, setelah mendengar ejekan tentang rumahnya yang sudah tak layak huni.

Kalimat itu membuat Hasnawati, sang ibu, terdiam lama. “Kata siapa kita miskin? Kita kaya Sholeh…, kita punya mata, telinga, tangan, kaki, semua lengkap. Artinya kita kaya,” jawab Hasna menghibur Sholeh dan menenangkannya.

Hasna yang tampak tegar di hadapan putra keduanya itu, ternyata juga menyimpan kesedihan yang mendalam. Rumah kayu tua mereka memang sudah lama rusak, dinding miring, atap bocor, dan setiap musim hujan jadi mimpi buruk. Tapi saat itu, mereka belum punya pilihan lain.

Penghasilan suaminya yang bekerja sebagai nelayan tak menentu. Kadang hasil tangkap banyak, kadang pulang tanpa hasil karena cuaca buruk. Kalau perahu rusak, uang yang tadinya disisihkan untuk perbaikan rumah, terpaksa dialihkan untuk membiayai perbaikan perahu tuanya. Hasnawati sendiri berjualan donat dan kue apem di rumah, untuk sekadar membantu penghasilan keluarga.

Hasnawati menunjukkan kondisi rumah lamanya yang tak layak huni. Kasur keluarga yang keras dan usang, dinding dari bilik bambu yang rapuh, serta atap bocor yang tak lagi mampu melindungi dari angin dan hujan.

Mendaftar ke Program Bebenah Kampung pun sudah tiga kali. Baru di tahap ke-6 ini rumah mereka akhirnya dipilih untuk dibangun ulang karena antrean. “Kami juga paham karena banyak rumah keluarga lain yang kondisinya lebih parah. Syukur Alhamdulillah karena akhirnya waktunya datang tepat,” kata Hasna.

Kini kesabarannya berbuah sangat manis, rumah panggung itu sudah berdiri kokoh, kamar anak-anak jadi layak, nyaman dan bersih. Terdapat juga tempat tidur baru, kondisi lantai kering, atap yang tak lagi bocor. Terpenting lagi, ada rasa bahagia tak terbendung dan kebanggaan di mata seorang anak kecil.

Sholeh tersenyum sepanjang hari. Wajah polosnya berbinar setiap kali menunjukkan sudut rumah barunya.
“Seneng banget, Mak,” katanya berulang-ulang sambil melompat tak henti.

Melihat itu, Hasnawati tak bisa menahan haru. “Semoga nanti Ahmad dan Sholeh semakin betah di rumah, bisa belajar enak jadi semakin pintar, bisa berprestasi dan jadi anak-anak membanggakan,” doa Hasna dengan suara bergetar.

Rumah baru mereka kini terasa bagaikan dunia yang berbeda dilengkapi ranjang tingkat, meja makan, dan perabotan sederhana yang menambah rasa nyaman dan bahagia.

Kini, di balik tawa dan vlog-vlogan ala Sholeh, ada harapan baru yang tumbuh. Ada semangat untuk hidup lebih baik. Karena di rumah itu, cinta kasih telah tumbuh. Dan dari rumah baru mereka, mimpi-mimpi anak-anak pun mulai dibangun. Bahkan, Hasnawati sudah bersiap menjadi relawan, ingin membalas kebaikan yang ia terima. “Di Kamal kan sering ada kegiatan, jadi saya nanti pengen ikut-ikut bantu,” tuturnya sumringah.

Editor: Fikhri Fathoni

Artikel Terkait

Bedah Rumah di Kamal Muara: Dari Rumah Panggung Menjadi Rumah yang Kokoh dan Layak Huni

Bedah Rumah di Kamal Muara: Dari Rumah Panggung Menjadi Rumah yang Kokoh dan Layak Huni

02 April 2024

Program Bedah rumah Tzu Chi di Kamal Muara ini sudah berjalan hingga tahap ke-4, dan sudah terbangun 30 unit rumah layak huni. Kebahagiaan dirasakan oleh Ade dan Minarni, dua orang yang rumahnya selesai dibangun hari itu.

Penyuluhan Kesehatan di SDI Nurul Iman Kamal Muara

Penyuluhan Kesehatan di SDI Nurul Iman Kamal Muara

06 Oktober 2023

Sebanyak tujuh relawan komunitas He Qi Utara 2 berkunjung ke SDI Nurul Iman di Kamal Muara, Jakarta Utara, guna penyuluhan kesehatan. Secara berkala, relawan melakukan berbagai pendampingan dan pemeriksaan kesehatan di lingkungan sekolah sejak beberapa bulan sebelumnya.

Bedah Rumah Kamal Muara (Tahap 5): Hidup Lebih Tenang, Siap Hadapi Musim Hujan

Bedah Rumah Kamal Muara (Tahap 5): Hidup Lebih Tenang, Siap Hadapi Musim Hujan

24 Oktober 2024

Raut kegembiraan terpancar dari wajah Maspiah setelah menerima rumah barunya. Maspiah lega karena kini anak dan cucunya sudah punya hunian yang jauh lebih nyaman dari sebelumnya. 

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -