“Istriku, Aku Mencintaimu”

Jurnalis : Amelia Devina (He Qi Utara), Fotografer : Sjukur Zhuang (He Qi Utara)
 
 

fotoAcara bedah buku pada Kamis, 31 Maret 2011 ini dibawakan oleh Hong Tjhin, CEO DAAI TV Indonesia.

Alkisah ada sepasang kakek-nenek yang hidup menua bersama. Namun di sepanjang perjalanan hidup pernikahannya, sesungguhnya mereka tidaklah bahagia. Nenek yang memendam kekesalan pada tingkah laku kakek yang gemar merokok dan minum arak kerap kali mengomel.  Walaupun diomeli, kelakuan kakek bukannya membaik, malahan semakin mengambil jarak terhadap istrinya.

Begitulah petikan dari tayangan “Sanubari Teduh” (disiarkan di DAAI TV setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 06.30 WIB), sebuah perenungan spiritual yang dibawakan oleh Master Cheng Yen, yang kali itu membahas tentang jalinan jodoh baik antarsesama manusia. Pada kesempatan Bedah Buku pada hari Kamis 31 Maret 2011 yang lalu, tayangan video ini diputar. Dipandu oleh CEO DAAI TV Indonesia, Hong Tjhin Shixiong, seluruh relawan dan peserta Bedah Buku di Jing Si Books & Cafe Pluit membahas tema malam hari itu, “Menjalin Jodoh Baik”.

Master Cheng Yen dalam tayangan Sanubari Teduh berkata, “Sungguh merupakan sebuah keberuntungan dapat terlahir sebagai manusia, bisa bertemu ajaran, dan tergabung bersama dalam organisasi Bodhisatwa.” Meskipun demikian, dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita masih terbentur dengan berbagai kejadian antarsesama yang kurang menyenangkan, terutama terhadap orang-orang yang sepertinya kurang cocok karakternya dengan kita. Bukankah terkadang kita bertanya dalam hati: kenapa ya, setiap kali bertemu dia rasanya ingin marah? Atau, kenapa ya, selalu saja ada masalah tiap kali berkerja sama dengan orang ini?

Memang tidak mengherankan. Dalam filosofi Buddhis dijelaskan bahwa interaksi hubungan antarmanusia saat ini bergantung pada hubungan karma mereka pada kehidupan-kehidupan sebelumnya. Ini dapat menjadi penjelasan tentang bagaimana terhadap orang-orang tertentu kita merasa mudah akrab dan langsung nyambung, sedangkan terhadap orang-orang lain lagi, sebaliknya. Mengenai kenyataan ini Master Cheng Yen berpesan, “Karma yang telah ditanam tidak dapat diubah, tetapi jalinan jodoh dapat diperbaiki kembali.” Artinya, walaupun ada hubungan-hubungan kita yang kurang harmonis dengan orang lain, karma masa lalu tidak bisa menjadi alasan bagi kita untuk tidak memperbaiki hubungan kita dengan orang tersebut di masa kini.

foto  foto

Keterangan :

  • Bedah buku sebagai tempat bagi relawan untuk memperdalam pengetahuan spiritualnya. (kiri)
  • Ceramah Master Cheng Yen di Sanubari Teduh mengundang perhatian dan antusias para relawan untuk berdiskusi. (kanan)

Mengambil contoh kakek dan nenek di atas bukankah menyedihkan, hidup bersama lebih dari setengah abad namun tiap harinya hanya diisi saling diam-diaman? Sampai suatu hari, si nenek pun mengalami sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit Tzu Chi. Seorang komite yang merupakan relawan pemerhati di rumah sakit tersebut seringkali mengamati tingkah laku sepasang suami-istri ini. Merasa prihatin dengan sikap keduanya yang sulit sekali berkomunikasi, suatu hari si relawan berinisiatif mengajak kakek berbincang-bincang.

Setelah ditelusuri, akhirnya si kakek mengaku, “Kami telah lama hidup bersama. Tapi saya selalu merasa istri orang lain lebih baik dari istri saya. Setiap kali pulang ke rumah setelah berkumpul minum arak bersama teman-teman, ia selalu saja mengomel.” Lucunya, walaupun sebal dengan sang istri, kakek ini tetap datang menjenguk dan sebenarnya khawatir dengan kesehatan istrinya. Namun rupanya, kekhawatiran ini tak dapat ia ungkapkan lewat kata-kata. “Tiap kali menghampirinya dan ingin bertanya apakah kamu mau makan, saya akhirnya selalu terdiam dan tak dapat berkata-kata,” akunya.

Mendengar cerita si kakek, relawan Tzu Chi kemudian menganjurkan sebuah kalimat ajaib yang dapat menghangatkan kembali hubungan mereka. Kalimat itu adalah: “Aku mencintaimu!” Si kakek langsung terbelalak, ia bertanya, “Apakah semanjur itu?” Akhirnya, setelah bujuk rayu sang relawan, kakek pun memberanikan diri untuk berhadapan dengan istrinya. Dengan ditemani oleh relawan tersebut, kakek masuk ke kamar rawat sang istri.

foto  foto

Keterangan :

  • Sungguh merupakan sebuah keberuntungan dapat terlahir sebagai manusia, bisa bertemu ajaran, dan tergabung bersama dalam organisasi Bodhisatwa. (kiri)
  • Kisah kakek dan nenek dalam tayangan sanubari teduh sesungguhnya adalah teguran bagi kita semua, bahwa jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan dan apa yang kita miliki. (kanan)

“Istriku, aku ingin berbicara,” kata si kakek.
“Tidak ada yang perlu dibicarakan,” sahut nenek.

Dengan segenap keberaniannya, kakek pun menjawab. “Aku ingin mengatakan bahwa sesungguhnya aku mencintaimu. Maafkan aku karena selama ini kamu harus hidup menghadapi kelakuanku yang semaunya,” ujar si kakek dengan suara kencang dan tergesa-gesa. Sementara si nenek dibuat terkaget-kaget oleh pengakuan suaminya. Relawan tersebut kemudian tertawa dan berkata, “Kek, coba pelankan dan lembutkan bicaramu supaya nenek mengerti apa maksud ucapanmu.” Maka kemudian, kakek kembali mengulangi kata-katanya dengan nada bicara yang penuh kelembutan. Perlahan-lahan ia mengatakan, “Istriku..., aku mencintaimu.” Dengan sekejap saja, beban berat yang selama ini nenek pendam dalam hatinya pun lenyaplah sudah. Bibirnya tersenyum, tidak percaya bahwa pada akhirnya di masa tua mereka, ia dapat mendengar suaminya mengatakan sebuah kalimat yang selama ini sudah sangat dinanti-nantinya. Segala keluh kesah selama berpuluh tahun pun dapat sirna karena sebuah kalimat penuh rasa cinta.

Kisah di atas adalah kisah nyata pengalaman seorang relawan pemerhati yang bertugas di Rumah Sakit Tzu Chi. Kalau mau jujur, bukan hanya kakek dan nenek tersebut, dalam banyak hal kita pun mungkin serupa dengan mereka. Master berpesan, “Terhadap keluarga sendiri, jangan terlalu banyak menuntut. Apa yang tampak baik belum tentu sesungguhnya baik bagi kita. Tapi apa yang kita miliki, itulah yang terbaik.” Seperti si kakek, kita pun seringkali tidak puas dan selalu menuntut terhadap anggota keluarga kita. Dan seperti si nenek, kita terus menerus menyimpan rasa ketidaksukaan di dalam hati. Akibatnya, cinta pun terkubur. Jodoh baik tidak dibangkitkan, malahan menimbulkan karma buruk yang baru.

Melalui kisah ini, kita kembali diingatkan oleh guru kita, Master Cheng Yen, “Apabila kita terus menunda, waktunya bisa jadi tidak akan lagi ada. Dan nantinya, hukuman terberat bagi kita adalah rasa penyesalan.” Sebelum terlanjur menyesal, tayangan video Sanubari Teduh ini barangkali adalah teguran untuk kita semua untuk membangun jalinan jodoh baik, untuk menyatakan perasaan cinta kasih kita, sebelum terlambat.

  
 

Artikel Terkait

Mendalami Budaya Humanis Tzu Chi

Mendalami Budaya Humanis Tzu Chi

29 April 2015

Pada pelatihan kali ini, tidak hanya relawan Abu Putih yang mengikuti pelatihan, namun relawan yang baru bergabung (relawan kembang) pun juga ikut. Sebanyak 67 relawan penuh semangat mengikuti pelatihan relawan untuk mengenal lebih dekat Tzu Chi.

“Yuk, Bersih-bersih”

“Yuk, Bersih-bersih”

26 Oktober 2011 Semoga dengan kerja bakti ini, para relawan, dokter, perawat dan seluruh staf RSKB Cinta Kasih Tzu Chi dapat selalu He Xin (Bersatu Hati), He Qi (Ramah Tamah), Hu Ai (Saling Menyayangi), dan Xie Li (Gotong Royong) dalam melayani pasien sehingga pasien dapat merasakan rasa cinta kasih dan rasa kekeluargaan dalam rumah sakit yang kita cintai ini.
Pemberkahan Akhir Tahun yang Mempererat Tali Silaturahmi

Pemberkahan Akhir Tahun yang Mempererat Tali Silaturahmi

19 Februari 2019

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi Padang digelar pada Minggu, 17 Februari 2019. Acara yang digelar sebagai wujud rasa syukur atas berlangsungnya semua kegiatan Tzu Chi Padang selama tahun 2018 ini bertempat di Mercure Hotel mulai pukul 14.00- 17.00 WIB.

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -