"Kekuatan Hati"

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto

Chia Wen Yu, relawan Komite Tzu Chi berbagi kisah dan pengalamannya dalam acara peluncuran Buku The Power of The Heart (Kekuatan Hati) pada Sabtu, 5 Maret 2016 di ruang Xi She Ting, Aula Jing Si Lantai 1, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Ada pepatah yang mengatakan, “Jika ingin menjadi orang baik, berkumpulah dengan orang-orang baik.” Istilah lain yang lebih familiar, berada di tempat yang wangi, kita pun akan terasa wangi, dan berada di tempat yang bau dan pengap maka bau tak sedap itu pula yang akan melekat di tubuh kita. Gambaran sederhana inilah yang disampaikan oleh Chia Wen Yu dalam acara peluncuran Buku The Power of The Heart (Kekuatan Hati) pada Sabtu, 5 Maret 2016 di ruang Xi She Ting, Aula Jing Si Lantai 1, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. “Kata orang, buku yang bagus, walaupun tidak dibaca dan hanya ditaruh di meja saja bisa membawa energi yang positif terhadap lingkungan. Apalagi kalau buku ini kita baca,” kata Chia Wen Yu, relawan Komite Tzu Chi, “Kalau buku-buku yang mengandung kekerasan dan hal negatif lainnya maka akan membawa dampak negatif pula pada lingkungannya.” Acara yang dimulai sejak pukul 15.00–17.00 WIB ini dihadiri oleh 150 orang peserta yang terdiri dari relawan Tzu Chi maupun masyarakat umum.

Tim Paduan Suara dari DAAI TV Indonesia menjadi pembuka acara peluncuran buku The Power of The Heart (Kekuatan Hati) yang bersumber dari bahasa Inggris ini.

Penampilan isyarat tangan Xi Ying Yuan Ming Zi Ran (Sifat Hakiki Kita pada Dasarnya Suci Setara Buddha) oleh relawan komite Tzu Chi.

Wen Yu yang menjadi pembicara dalam acara ini juga berterima kasih kepada Jing Si Publications yang selalu menerbitkan buku-buku yang bagus dan berkualitas. “Tentu buku-buku ini juga harus dibaca agar dapat menambah kebijaksanaan kita,” ujarnya. Wen Yu pun memberikan gambaran kecenderungan masyarakat sekarang yang lebih akrab dengan gadget ketimbang membaca. Padahal ketimbang terlalu “eksis” di media sosial, akan lebih baik jika waktu yang ada digunakan untuk hal-hal yang positif: membaca buku salah satunya. Buku adalah jendela dunia, dan dalam dunia Tzu Chi, membaca buku-buku buah karya Master Cheng Yen merupakan sarana untuk mendalami Dharma dan memperkaya batin.

Mengapa Harus Membaca Buku Kekuatan Hati

Mungkin kita juga bisa belajar dan mendalami Dharma melalui sarana televisi, namun jika sudah terlewat maka akan sulit untuk mengulanginya. Tapi kalau melalui buku kita bisa buka kapan saja, tergantung kesiapan kita untuk membukanya. Buku adalah salah satu sarana Dharma yang terbaik, menyelami Dharma hingga bisa meresap ke dalam sanubari kita.

Buku Kekuatan Hati ini sendiri terdiri dari empat bagian, di mana bagian pertama berisikan dasar-dasar ajaran Buddha, yang dapat menjadi landasan pemahaman terhadap ajaran Master Cheng Yen yang lebih luas. Bagian kedua tentang pelatihan diri, atau metode untuk mempraktikkan ajaran agar kita dapat menjadi orang yang lebih baik. Bagian ketiga memperkenalkan Tzu Chi, semangatnya, dan bagaimana relawan Tzu Chi belajar menjadi Bodhisatwa melalui misi-misi Tzu Chi. Dan pada bagian terakhir berisi tentang praktik pertobatan dalam serangkaian artikel yang mengajak kita melihat ke dalam, untuk menemukan solusi dari banyak masalah yang kita lihat di dunia dan kita alami dalam kehidupan.

Liliawati Rahardjo, relawan Komite Tzu Chi yang menjadi penanggung jawab di PT Jing Si Mustika Abadi Indonesia berharap dengan kehadiran buku Kekuatan Hati ini bisa menginspirasi para relawan dan masyarakat luas.

“Buku ini bisa menjadi panduan, di mana saat melakukan sesuatu kita harus memiliki kompas atau penunjuk arah,” ujar Andy, salah seorang anggota tim penerbitan Jing Si yang sempat belajar di Taiwan selama 3 bulan lebih untuk mendalami filosofi dan juga metode penerbitan Buku-buku Jing Si di Taiwan.

Menurut Andy Wang, salah seorang anggota tim penerbitan Jing Si, buku ini merupakan satu-satunya buku yang diterjemahkan dari versi bahasa Inggris. Sejak diterbitkan di Taiwan pada tahun 2013, buku ini mendapat sambutan hangat dari para relawan dan masyarakat. Banyak pula yang sudah membacanya kemudian mereferensikan kepada PT Jing Si Mustika Abadi Indonesia untuk menerbitkannya ke dalam bahasa Indonesia. “Buku ini bisa menjadi panduan, di mana saat melakukan sesuatu kita harus memiliki kompas atau penunjuk arah. Kita harus punya tujuan dan kita jangan lupakan tekad awal kita,” ujar Andy yang pada tahun lalu sempat belajar di Taiwan selama 3 bulan lebih untuk mendalami filosofi dan juga metode penerbitan Buku-buku Jing Si di Taiwan.

Inspirasi dari Hati

Salah seorang peserta acara yang juga relawan Tzu Chi, Kartika, merasakan manfaat mengikuti acara ini. Terlebih juga ada sharing-sharing dari para relawan yang menggambarkan kekuatan hati dan tekad mereka dalam menjalani misi kemanusiaannya. Menurut Kartika, Dharma adalah kekuatan hati yang paling besar yang dapat membimbing manusia dalam kehidupan sehari-hari. “Setelah kita membaca dan menyerap Dharma maka kita harus mengembangkannya,” kata Kartika yang datang bersama ibu dan putrinya ini. Ia sengaja mengajak putrinya ini agar sejak dini putrinya memiliki pemahaman dan semangat untuk membaca buku.

Seusai mengikuti acara, Kartika segera membeli buku Kekuatan Hati ini.

Diana, peserta lainnya mengungkapkan bagaimana setelah mengikuti acara ini ia merasa sangat terinspirasi, terlebih ia tengah berjuang melawan penyakit yang cukup berat.

Kartika yang langsung memutuskan untuk memiliki Buku Kekuatan Hati ini juga berharap dengan banyak membaca dan mendalami Dharma dapat membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. “Kita juga harus bisa membimbing orang lain dan mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen,” tekadnya.

Sementara Diana, peserta lainnya mengungkapkan bahwa setelah mengikuti acara ini ia merasa sangat terinspirasi. Diana yang seorang Muslimah ini tak merasa canggung mengikuti acara ini. “Saya merasa nyaman di sini (Tzu Chi -red). Saya senang cinta kasihnya yang universal karena kalau bicara universal maka semua agama masuk. Cinta dan kasih sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tinggal bagaimana dia sendiri mengelolanya. Apakah hanya untuk dirinya sendiri ataupun untuk semua orang. Kalau di Tzu Chi, cinta kasihnya ini dikeluarin lewat kegiatan amal, dalam bentuk donasi, kunjungan kasih, dan pelestarian lingkungan,” ungkapnya.

Diana yang saat ini tengah berjuang melawan kanker kandung kemih ini juga mengaku mendapatkan banyak inspirasi dari tayangan-tayangan DAAI TV. “Sewaktu saya menjalani pengobatan di rumah sakit, saya selalu menonton DAAI TV Indonesia,” jelasnya. Ibu dari tiga orang anak ini juga mengaku mendapatkan banyak dorongan semangat dari Master Cheng Yen. “Saya baca acara launching buku Kekuatan Hati ini saya lagi dirawat dan saya ingin tahu, mungkin kita butuh orang lain untuk dalam hal ini Master Cheng Yen, kekuatan hati saya ini apa sih, yang mungkin selama ini saya nggak sadari. Membaca buku ini mudah-mudahan pengaruhnya lebih baik ke saya. Saya percaya kalau kita melakukan satu kebaikan pasti akan baik juga untuk diri kita,” terangnya.

Acara launching buku Kekuatan Hati ini diikuti oleh lebih dari 150 orang yang terdiri dari relawan dan  masyarakat umum.

Diana juga mengungkapkan alasannya mengikuti acara ini, “Saya harus tahu ajaran Master Cheng Yen, karena saya sayang sekali sama beliau, karena Master Cheng Yen menebar cinta kasih yang universal. Saya sayang sama Master seperti saya sayang sama suami, anak-anak dan orang tua saya. Walaupun kita berbeda keyakinan tapi cinta kasih yang ditanamkan beliau kepada para relawannya itu dimiki oleh setiap orang.” Dengan kondisi kesehatannya ini, Diana berharap dapat terus berkontribusi dan bersumbangsih bersama insan Tzu Chi. “Walaupun sebenarnya mengejar waktu karena penyakit saya, tapi saya tetap harus bisa bersumbangsih bagi orang lain, tanpa melupakan kewajiban saya sebagai ibu, istri, dan karyawan,” kata wanita yang bekerja sebagai pegawai di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini.

Sebuah Pedoman Hidup

Liliawati Rahardjo, relawan Komite Tzu Chi yang menjadi penanggung jawab di PT Jing Si Mustika Abadi Indonesia berharap dengan kehadiran buku Kekuatan Hati ini bisa menginspirasi para relawan dan masyarakat lainnya, dengan cara membaca, menyerap, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Kalau kita bisa menerapkan Dhama Master Cheng Yen, ajaran budaya humanis ini penting sekali, kita bisa menjadi lebih baik,” tegasnya. Liliawati juga berharap buku-buku terbitan Jing Si ini bukan hanya menjadi pelengkap koleksi semata, tapi harus dibaca masyarakat luas. “Semoga buku ini bisa menyebar luas, nggak hanya relawan Tzu Chi aja. Setelah kita membaca buku ini, kita referensikan ke teman-teman dan saudara kita, supaya buku ini bisa dibaca orang lebih banyak lagi.”

Bersumbangsih dan mendalami Dharma menjadi dua hal yang patut dilakukan oleh insan Tzu Chi. Dengan demikian insan Tzu Chi tidak hanya bekerja, tapi juga memiliki welas asih dan kebijaksanaan sehingga saat berkegiatan dapat memiliki kesabaran dan cinta kasih yang lebih besar. Karena itulah sosialisasi dan acara bedah buku harus dilakukan di setiap komunitas relawan. “Kata Master Cheng Yen, kalau kita melihat dunia dari sudut pandang lain yang lebih luas maka kita akan bisa melihat dunia itu lebih luas. Begitu pula saat kita berkegiatan, saat terjadi benturan dan gesekan dengan relawan lain, kita yang mungkin tadinya marah, tapi dengan kebijaksanaan yang lebih besar maka kita bisa menjadi lebih tenang dan sabar, “ kata Liliawati.


Artikel Terkait

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -