Anak-anak di Rumah Kasih

Jurnalis : Hendra Gunawan (He Qi Barat), Fotografer : Hendra Gunawan (He Qi Barat)
 
 

fotoDua puluh lima anak diasuh oleh Oma Sie Gwik Nio di rumah asuh Rumah Kasih Filemon, Jakarta Barat. Relawan Tzu Chi rutin berkunjung untuk berbagi kasih dengan mereka.

Di Kompleks Sunrise Garden, Jakarta Barat, terdapat sebuah rumah tinggal yang cukup besar. Dari luar rumah tersebut tampak sebagai rumah biasa, hanya saja banyak anak yang tinggal di sana. Ternyata itu adalah sebuah rumah pengasuhan bagi anak-anak, dengan nama “Rumah Kasih Filemon”.

Penuh dengan Kasih
Hari itu, tanggal 4 Juli 2010 pukul 11.30 WIB, terlihat 15 relawan berkumpul di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Para relawan ini telah menjadwalkan kunjungan rutin di Rumah Kasih Filemon. Di rumah ini, tinggal 25 anak yang diasuh oleh Oma Sie Gwik Nio. Usia anak-anak berkisar dari 2 hingga 17 tahun.

“Filemon” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Penuh dengan kasih”. Ini sebabnya Oma Sie Gwik Nio memilih kata itu sebagai nama rumah asuh tersebut. Oma berharap dapat membimbing anak–anak ini supaya menjadi penuh dengan kasih, sesuai dengan nama rumah mereka.  Oma Sie Gwik Nio yang lahir 58 tahun lalu di Semarang, sudah 3 tahun belakangan ini membimbing anak-anak secara jasmani dan spiritual serta mempersiapkan segala macam kebutuhan mereka, mulai dari kebutuhan sehari–hari hingga kebutuhan sekolah. ”Dari pada saya menganggur karena anak–anak saya sudah dewasa dan ada yang sudah berkeluarga, lebih baik saya melakukan pekerjaan yang lebih bermanfaat bagi orang lain dan bisa memberikan kasih kepada orang yang lebih membutuhkan”, kata Oma Sie Gwik Nio.

foto  foto

Ket: - Sebelum berkunjung, para relawan telah menyiapkan sendiri makanan untuk dimakan bersama             anak-anak dalam suasana kekeluargaan. (kiri)
         - "Lingkaran pun dimulai dari sebuah titik awal, maka relawan Tzu Chi mengajak anak-anak untuk             menjaga kebersihan dari lingkungan sendiri, misalnya seusai makan. (kanan)

Kegiatan kunjungan di sana diawali dengan makan siang bersama. Menu makanan kali ini sangat istimewa yang dimasak oleh para relawan sendiri sebelum berkunjung. Setelah selesai, semua berkumpul kembali di ruangan utama untuk melanjutkan acara. Namun sebelumnya para relawan mengajak anak-anak untuk membersihkan sisa–sisa makanan yang tercecer di lantai oleh Linda Ong Shijie. Para relawan bermaksud mengingatkan anak-anak agar selalu menjaga kebersihan di lingkungan mereka sendiri dan pada akhirnya di lingkungan masyarakat. Master Cheng Yen pernah mengatakan, “Untuk melukis sebuah bidang, pasti dimulai dari sebuah titik, dan titik itu adalah kita sendiri,” di sini maksudnya adalah untuk menjaga kebersihan dimulai dari perilaku kita sendiri dalam kehidupan sehari–hari.

foto  foto

Ket: - Bola kertas dipindahkan dari kaki ke kaki dalam kelompok. Jangan sampai jatuh ke lantai supaya tidak             kalah. (kiri).
         - Meski tinggal dalam keluarga-keluarga kecil, namun di atas muka bumi, semua manusia adalah satu             "keluarga besar. (kanan)

Acara dilanjutkan dengan permainan yang membutuhkan kerja sama kelompok. Tiap kelompok  terdiri dari 6 - 8 orang dan bertugas memindahkan bola kertas dengan menggunakan kaki. Bola ini tidak boleh menyentuh lantai. Jika sampai bola terjatuh, maka kelompok tersebut dianggap gugur. Anak-anak terlihat sangat antusias. Gelak tawa pun memenuhi ruangan tersebut bila ada bola kertas salah satu kelompok yang jatuh. Melihat gelak tawa bahagia memberikan suatu perasaan yang mungkin dinamakan “indahnya berbagi”. Selanjutnya,  Lenny Shijie menceritakankisah perjuangan seorang anak yang membantu orangtuanya mengumpulkan botol–botol bekas minuman untuk dijual. Hasilnya untuk membiayai sekolahnya. Setelah mendengar kisah ini, diharapkan anak-anak lebih rajin belajar untuk menghargai kesempatan yang mereka miliki.

Sebagai acara penutup, Suparman Shixiong juga menyampaikan sebuah cerita juga yang berjudul “Anak Kodok dan Hujan. Inti dari cerita itu adalah bahwa untuk mencapai tujuan kita, kadangkala  jalan yang dilalui tidaklah mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan tekad dan kemauan yang cukup besar.

  
 
 

Artikel Terkait

Di Balik Hari Tzu Chi (Bagian 1)

Di Balik Hari Tzu Chi (Bagian 1)

23 Desember 2010 Masih lekat dalam ingatan, bagaimana gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang Kota Padang dan sekitarnya pada tanggal 30 September 2009 lalu. Ratusan rumah luluh lantak diguncang gempa. Belum lagi sarana dan prasarana umum seperti rumah sakit dan sekolah.
Kebersamaan dalam Keindahan

Kebersamaan dalam Keindahan

23 Februari 2012 Hari Jumat tanggal 17 Februari 2012 siswa dari SMP, SMA, dan SMK mengadakan kegiatan bersama keagamaan yaitu peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam kegiatan ini perayaan dibagi dalam dua kategori ibadah dan perayaan.
Bantuan Bagi Warga Korban Kebakaran di Tambora, Jakarta Barat

Bantuan Bagi Warga Korban Kebakaran di Tambora, Jakarta Barat

21 Oktober 2021

Relawan Tzu Chi memberikan 112 paket bantuan kepada warga korban kebakaran di Jl. Krendeng Raya, Tambora, Jakarta Barat, pada Rabu, 20 Oktober 2021. Kebakaran terjadi pada 15 Oktober 2021,menghanguskan 81 rumah.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -