Awal Perjuangan Meraih Impian

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

Sebanyak 162 murid SD Tzu Chi Indonesia mengikuti prosesi kelulusan mereka pada Sabtu pagi, 3 Juni 2017 di aula lantai 3 Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya mengawali prosesi kelulusan siswa-siswi SD Tzu Chi Indonesia tahun 2017. Mereka menjadi murid pertama yang telah berhasil mengakhiri perjalanan pendidikan di SD Tzu Chi Indonesia sejak berdirinya sekolah pada tahun 2011 silam. Ratusan orangtua murid memadati Gou Yi Ting aula lantai 3, Tzu Chi Center yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada Sabtu pagi, 3 Juni 2017.

“Tahun ini kita meluluskan sebanyak 162 anak,” ucap Caroline Widjanarko. Kepala Sekolah SD Tzu Chi Indonesia ini mengaku terharu usai melepas ratusan anak didiknya tersebut. “Senang, tapi ada terharu karena beberapa anak yang mungkin tidak sering melihat lagi,” ujarnya.

Enam tahun bersama anak didik merupakan waktu yang cukup lama untuk mengenali kebiasaan murid. Apalagi seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia membuat setiap anak memiliki perubahan diri yang berbeda-beda. Tentu hal ini membuat para guru terkesan dengan para anak didiknya.

“Waktu dulu ada yang masuk sekolah nangis, ada yang enggak mau sekolah, ada yang selalu alasan sakit perut, dan sekarang sudah menginjak usia pra-remaja,” ucap Caroline haru.

Upacara kelulusan ini dibalut dengan berbagai penampilan yang dibawakan langsung oleh anak-anak. Penampilan terdiri dari tarian kebudayaan daerah, bahasa isyarat tangan Tzu Chi, lagu-lagu, maupun drama musikal singkat. Semua penampilan memiliki makna tersendiri bagi anak-anak. Salah satunya drama yang mengusung tema tentang “Belive your dreams” (percayalah pada impianmu). Dalam drama ini menceritakan tentang keseharian anak-anak di sekolah, memperoleh kesulitan dan tantangan, dan bagaimana mereka bisa berjuang menghadapi tantangan tersebut.

Kerja Keras Demi Cita-cita

Para wisudawan, guru-guru, relawan Tzu Chi, dan orangtua murid bersama-sama menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dalam acara upacara kelulusan SD Tzu Chi Indonesia.


Kepala SD Tzu Chi Indonesia, Caroline Widjanarko mengaku terharu usai melepas anak didiknya yang telah menyelesaikan pendidikan mereka selama enam tahun.

Salah satu pemeran drama, Janice Elaine Kosasih selain memberikan yang terbaik pada penampilannya juga menyelami pesan drama yang disampaikan. “Drama memberitahu kita kalaupun nilai kita jelek kita harus memperjuangkan untuk mendapat nilai lebih bagus,” ungkap anak kedua dari 3 bersaudara ini. Salah satu scene drama juga mengisahkan adanya kegiatan bazar sekolah. “Di drama itu juga mengajarkan kita untuk tidak memaksa (orang) membeli barang-barang di bazar. Kita harus menghormati,” lanjut Janice.

Pada acara kelulusan siswa juga diberikan apresiasi terhadap siswa teladan maupun berprestasi. Dan Janice menjadi salah satu siswa berprestasi karena mendapatkan juara kelas yaitu rangking pertama. “Mendapat (prestasi) ini penuh perjuangan dan pengorbanan juga. (Penghargaan) ini saya persembahkan untuk mama,” ujar siswi P6 Kindness yang tak kuasa menahan air mata.

Meski telah ditinggalkan sang ibu setahun yang lalu, Janice tetap memiliki semangat tinggi. Janice juga menyadari prestasi yang diraihnya bukan semata-mata hanya kerja kerasnya sendiri, andil guru pun dirasakan gadis berusia 12 tahun ini. “Guru-guru di sini ramah dan sabar menghadapi kami. Terima kasih telah mengajari kita dengan tulus dan sabar,” ungkapnya.

Tidak hanya prestasi secara akademis saja yang diperoleh Janice. Ia juga mengaku mendapatkan pelajaran penting dalam kehidupan sehari-hari, budaya humanis. “Tzu Chi School mengajari kami untuk menghormati para orang tua dan harus berbuat kebajikan. Kita juga harus mengasihi semua orang tanpa membedakan,” ucapnya.

doc tzu chi

Dalam acara kelulusan SD Tzu Chi Indonesia juga memberikan apresiasi kepada murid teladan dan murid berprestasi.


Janice Elaine Kosasih memandu teman-temannya untuk bersama-sama menyerahkan hadiah kepada orang tua masing-masing.

Menerapkan Budaya Humanis Tzu Chi

Budaya humanis yang diperoleh di sekolah pun Janice terapkan dalam lingkungan keluarga. Hal ini diakui oleh sang ayah, Sulaiman (46). “Di rumah juga menerapkan dua hal yang tidak boleh ditunda yaitu bakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan,” ujar sang ayah terseyum memandang buah hatinya.

Sikap Janice dalam keluarga memberikan kesan positif Sulaiman terhadap Sekolah Tzu Chi Indonesia. “Mata pelajaran (Sekolah Tzu Chi Indonesia) beda dengan sekolah lainnya terutama ren wen (budaya humanis). Anak saya tiga orang masuk sekolah Tzu Chi karena (ada pelajaran) budi pekerti,” ungkap Sulaiman.

Sulaiman juga memuji Janice yang berjuang dan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga bisa mendapatkan prestasi dan berhasil menamatkan sekolah. “Saya bilang ini bukan after tapi awal perjuangan masih panjang, masih ada sekolah lanjutan, university,” ujar ayah tiga anak ini. Bahkan Sulaiman bangga dengan putrinya karena telah berjuang keras untuk mendapatkan beasiswa di Secondary Tzu Chi School ini.

“Banyak tugas-tugas yang dikerjakan (untuk mendapatkan beasiswa), meski begitu tetap semangat,” puji sang ayah.

Ayah Janice, Sulaiman (batik hijau) hadir bersama sang nenek untuk menyaksikan upacara kelulusan sang buah hati.

Sulaiman juga berharap kepada anaknya kelak menjadi orang yang berguna untuk keluarga, nusa, dan bangsa. “Harapan saya tentu suatu hari Janice lebih bagus dari papanya,” ujar Sulaiman tersenyum. Ia juga memberikan pesan kepada anak-anaknya agar tetap bersyukur dengan apa yang dimiliki sekarang ini.

Harapan yang sama juga disampaikan oleh Caroline kepada anak didiknya yang sudah lulus. “Apa yang sudah mereka pelajari di pendidikan dasar ini saya harap bisa menjadi bekal di masa yang akan datang,” ujar Caroline. “Bisa menjadi orang yang bermoral dan berbudi pekerti, menjadi orang yang sukses, dan yang paling penting menjadi orang yang bahagia,” tambahnya.

Caroline berpesan kepada semua muridnya agar terus bekerja keras, rajin, tidak pernah takut dan terus bangkit untuk meraih impian.


Artikel Terkait

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -