Baca dan Tulis Buku Harian

Jurnalis : Nadya Iva Nurdiani (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Nadya Iva Nurdiani (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)
 
 

fotoPada 22 Januari 2013, Katsujiro Ueno berbagi pengalaman kepada para siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dalam Temu Wicara “Pentingnya Membaca dan Menulis Buku Harian serta Mau Menjadi Apa 10 Tahun Kemudian”.

Pada 22 Januari 2013, Katsujiro Ueno dengan peluh dan wajahnya yang memerah karena kepanasan dengan sabar berbagi pengalaman kepada para siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dalam Temu Wicara “Pentingnya Membaca dan Menulis Buku Harian serta Mau Menjadi Apa 10 Tahun Kemudian”. Kehadiran beliau di sini merupakan jodoh baik yang sudah terjalin sejak 22 tahun yang lalu dengan Bapak Agus Leman Gunawan yang merupakan relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas. Pertemuan di antara keduanya terjadi ketika Bapak Agus mengantar ibunda untuk berobat ke Jepang di mana lokasi rumah sakit dan rumah dari Ueno Sensei hanya berjarak 10 menit berjalan kaki. Karena dapat berbahasa Indonesia dengan fasih, terjalinlah persahabatan di antara keduanya.

Dalam temu wicara kali ini Ueno Sensei membagi pengalamannya dalam menjalani hidup dan meraih cita-cita. Kunci dari sebuah keberhasilan adalah dengan membaca. Tanpa membaca buku maka tak ada masa depan. Selain membaca, kita juga harus melatih diri dengan menuliskan pengalaman keseharian kita dalam sebuah buku harian dan tidak saja tentang pengalaman sehari-hari namun juga menuliskan mau jadi apa kita 10 tahun mendatang. Buatlah ikrar apa yang dicita-citakan dan rencanakan dengan seksama tahap demi tahapnya dengan rumusan 5W + 3H.
                When ( Kapan? )
                Where ( Di mana? ) 
                Who ( Siapa?)
                What ( Apa?)
                Why ( Kenapa? / Mengapa?)

                How ( Bagaimana caranya?)
                How much ( Berapa biayanya?)
                How many ( Berapa banyak?)

Menulis buku harian bagi sebagian orang masih dianggap tidak berguna, padahal menurut Ueno sensei menulis itu apalagi selama 10 tahun ke depan sangat berguna dan bermanfaat untuk mengetahui sejarah hidup bagi dirinya dan juga mengetahui bagian lain dari dirinya sendiri sekaligus untuk mewujudkan impian dan cita-cita yang ingin diwujudkan.

Memiliki tujuan dalam hidup merupakan titik awal keberhasilan. Kalau tidak menulis atau mencatat keinginannya di buku harian, tujuan semulanya cepat dilupakan atau tidak dilaksanakan. Sebaliknya kalau setiap hari menulis di buku hariannya, kehendak atau keinginannya tetap dipertahankan.

Kesuksesan dirintis melalui kebiasaan sehari-hari kita. Belajar tidak hanya di sekolah, namun harus terus diulangi agar tidak lupa. Dalam salah satu sesi temu wicaranya, Ueno sensei memberikan hadiah dalam sesi games berupa kaos merah yang bertuliskan ”Hari Ini, Besok, Hari Minggu” yang memiliki makna mengulangi pembelajaran di hari ini juga, besok sepanjang minggu. Begitu terus hingga menjadi suatu kebiasaan hidup. ”Mungkin sedikit repot, tetapi kalau mau sukses, memang harus demikian. Kalau tidak punya target dan tujuan hidup, apa bedanya dengan (maaf), kambing. Binatang itu makan, memamabiak, buang kotoran, tidur, bangun, lalu makan lagi dan kegiatan berulang lainnya sepanjang hidup,” tutur Ueno sensei ketika berbincang setelah acara selesai. Materi menurutnya tidak berpengaruh pada kesuksesan seseorang, tapi karakter pribadi yang mengantarkan seseorang menuju sukses.

foto   foto

Keterangan :

  • Dalam temu wicara kali ini Ueno Sensei membagi pengalamannya dalam menjalani hidup dan meraih cita-cita. Kunci dari sebuah keberhasilan adalah dengan membaca dan menulis (kiri).
  • Berkali-kali beliau mengulangi untuk memanfaatkan waktu dengan baik dimulai saat ini, tidak ada kata ’besok’. (kanan).

Dalam berbagai seminar yang diadakannya di berbagai kota di Indonesia, beliau prihatin dengan kondisi perpustakaan sekolah. Sebuah sekolah yang terdiri atas SD, SMP dan SMP merasa 5000 buku sudah cukup memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa. Tapi di Jepang, untuk sekolah dasar saja minimal buku yang tersedia sekitar 10.000 buku. Setiap bulannya, para siswa di Jepang rata-rata membaca 5 buku.

Ueno sensei tidak hanya memaparkan pentingnya membaca buku saja namun juga diimbangi dengan penempaan fisik. Beliau membagi kiat menjaga kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, yakni

  • 一読 Ichidoku                 : Sekali (1) membaca (Membaca keras-keras)
  • 十笑 Jussho                   : Sepuluh kali (10) ketawa
  • 百吸  Hyakukyuu             : Seratus kali (100) bernafas
  • 千字  Senji                       : Seribu huruf (1.000) menulis
  • 万歩  Manpo                    : Berjalan 10.000 langkah

Berkali-kali beliau mengulangi untuk memanfaatkan waktu dengan baik dimulai saat ini, tidak ada kata ’besok’. Beliau memaparkan mengenai siklus rata-rata hidup orang Jepang yang berusia 80 tahun dan membaginya dalam fase 10 tahunan. Dalam kurun waktu tersebut, manusia harus memiliki perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat dalam tulisan yang kita tulis dalam jurnal dan merefleksikannya apakah arah hidup kita sesuai dengan yang kita cita-citakan.

Membaca buku dan menulis buku harian tidak serta merta menjadi pribadi yang tertutup. Hendaknya kita juga dapat menjalin jodoh dengan berbagai macam orang. Dapatkan berbagai kesempatan perjumpaan dengan orang-orang di sekitar kita. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan jika kita terus berada di rumah. Keingintahuan dan sifat pandai bergaul inilah yang membawanya bertemu dengan orang-orang hebat seperti Presiden Soekarno pada tahun 1959 di KBRI Tokyo Jepang dan Perdana Menteri Jepang pada tahun 1961 di Karaachi Pakistan.

Pertemuannya dengan Presiden Soekarno tersebutlah yang menentukan arah hidupnya kini. Sebagai satu-satunya orang Jepang di KBRI dan merupakan mahasiswa Universitas Takushoku Tokyo Fakultas Perdagangan International Jurusan Bahasa Indonesia, Bung Karno menyalaminya dan berkata ” Jadilah orang yang menjembatani persahabatan Indonesia dan Jepang di masa depan”. Kata-kata dan jabatan tangan saat itu begitu meresap dalam diri Ueno dan menjadikannya sebagai amanat yang harus dijalankannya. Sepanjang hidupnya ia menjadi instruktur bahasa Jepang untuk para trainee Indonesia di Jepang baik di Perfektur Gunma maupun di Tochigi, penerjemah resmi Jepang – Indonesia dan sebaliknya, menjadi agen penyalur surat kabar Indonesia seperti Gatra , Tempo , Suara Pembaruan di Jepang dan mendirikan PPIT (Perkumpulan Persahabatan Indonesia – Tochigi) tahun 1981.

Kesibukannya kini selain menjadi motivator pendidikan adalah menyusun kamus kontemporer Indonesia – Jepang dan sebaliknya yang ditargetkan selesai pada tahun 2017. Setiap harinya Ueno sensei mengumpulkan 10 kosakata baru yang dituliskannya di mana pun beliau berada. Dimulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali.

  
 

Artikel Terkait

Suka Cita Dalam Kebersamaan

Suka Cita Dalam Kebersamaan

03 April 2017

Tahun 2017, DAAI TV Indonesia kembali mengadakan Kamp Budaya Humanis DAAI TV. Untuk menyatukan visi misi dan motto DAAI TV. Kamp kelima tahun ini berlangsung pada 24-26 Maret 2017, berlokasi di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Jakarta dengan mengusung tema “Satu Hati Satu Tindakan.” 

Perankan Drama, Relawan Dapatkan Pelajaran Berharga

Perankan Drama, Relawan Dapatkan Pelajaran Berharga

14 Februari 2017

Drama yang diadaptasi dari sutra Buddha ini diperankan dengan baik oleh insan-insan Tzu Chi. Meski banyak bertugas di lapangan, para relawan berhasil menghayati dan memainkan peran mereka dengan baik. Salah satu pemeran dalam drama ini adalah keluarga Lee Johan.

Melihat dari Dekat Kehidupan Penduduk di Asmat

Melihat dari Dekat Kehidupan Penduduk di Asmat

22 Februari 2018

Pemberian bantuan Tzu Chi ke Kabupaten Asmat, Papua sudah memasuki gelombang ke-2. Bantuan berupa sembako ini untuk menunjang pemulihan warga Asmat setelah Kejadian Luar Biasa (KLB) di kabupaten ini.

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -