Bagaikan Hujan di Padang Pasir
Jurnalis : Cory Corleny (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Fedrick Liatandra(Tzu Chi Pekanbaru)
|
| ||
Para relawan telah berkumpul di Kantor Tzu Chi Pekanbaru pada pukul 15.00 WIB, meskipun saudara-saudara gan en hu baru mulai berdatangan pada pukul 16.00 WIB. Mereka disambut dengan tepuk tangan dan senyum ramah beberapa teman-teman Tzu Shao (murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi) dan relawan Tzu Chi yang menyanyikan lagu “Selamat Datang” khas Tzu Chi. Tepat pukul 17.00 WIB, acara dibuka oleh Mimi She Jie selaku pembawa acara, yang kemudian mempersilahkan Honggara Shixiong untuk menyampaikan kata sambutannya. Honggara Shixiong mengungkapkan rasa bahagianya atas kehadiran saudara-saudara gan en hu di rumah insan Tzu Chi Pekanbaru ini. Setelah itu, acara kemudian dilanjutkan dengan pengembalian celengan bambu oleh para gan en hu. Beberapa gan en hu yang telah mengisi penuh celengan bambunya menuangkan isinya ke kendi yang telah disediakan. Terpancar sinar kebahagiaan dari wajah mereka karena dapat berbagi dengan saudara-saudara lain yang juga membutuhkan bantuan. Acara berikutnya diisi oleh beberapa Shijie yang menampilkan isyarat tangan “Menyingsing Fajar Utama” yang diiringi dengan tepuk tangan para hadirin. Setelah penampilan isyarat tangan selesai, Tishe Shijie berbagi pengetahuan mengenai vegetarian dan pelestarian lingkungan. Tishe Shijie menyampaikan bahwa dengan bervegetarian berarti kita melestarikan bumi, menyehatkan badan, dan menyucikan hati sendiri. Karena keadaan bumi ”rumah seluruh makhluk hidup” semakin memprihatinkan, Tishe mengajak para hadirin untuk melakukan langkah tepat untuk mengatasinya, yaitu dengan mengurangi konsumsi daging. Ajakan ini kemudian mendapat respon baik dari para hadirin yang mengatakan mereka akan mencoba mengurangi mengonsumsi daging.
Keterangan :
Selanjutnya, relawan Tzu Chi menyerahkan bingkisan angpao dan parsel sebagai ungkapan selamat kepada para hadirin yang akan menyambut Hari Raya Idul Fitri dalam waktu dekat ini. Suasana haru menyelimuti ruangan Lantai 3 Kantor Tzu Chi Pekanbaru tatkala pembagian bingkisan tersebut berlangsung. Saudara-Saudara gan en hu merasa sangat bersyukur memiliki Keluarga Tzu Chi yang peduli dan memerhatikan mereka dengan penuh cinta kasih meskipun berbeda agama. Ibu Nuri
Keterangan :
Kemudian, ibu dari seorang anak bernama Jessica juga menyampaikan perasaan syukurnya menjalin jodoh dengan Tzu Chi. Sama halnya dengan Ibu Nuri yang awalnya ragu-ragu untuk mendatangi Tzu Chi karena hal-hal tertentu, beliau sangat bahagia karena menyadari bahwa masih banyak yang peduli terhadap sesama. Tzu Chi bukan hanya memberikan bantuan materil, melainkan juga bantuan moril yang sangat membantu keluarganya dalam menghadapi keadaan Jessica yang kurang pendengaran. Beliau juga menyalurkan rasa syukurnya dengan melakukan pelestarian lingkungan melalui pengumpulan barang daur ulang. Kata Perenungan Master Cheng Yen yang selalu diingatnya adalah, “Mengubah sampah menjadi emas dan mengubah emas menjadi cinta kasih.” Jessica juga semakin menyadari pentingnya menghargai setiap sumber daya, terutama air, karena banyak saudara kita di Afrika yang kekurangan air bersih. Acara sharing tersebut ditutup dengan lagu nyanyian “Satu Keluarga”. Para hadirin dengan bersemangat menyanyikan lagu ini sambil memeragakan isyarat tangan. Selesai menyanyikan lagu “Satu Keluarga”, waktu berbuka puasa pun tiba. Para hadirin menikmati makanan dan minuman yang disediakan, seperti bolu kukus, brownies, kue wajik, pisang goreng, pastel, bakwan, jelly, kolak, es campur, dan sirup. Selama waktu berbuka puasa, beberapa gan en hu berbagi kesan-kesannya mengenai Tzu Chi. Mereka merasa bahagia dan sangat bersyukur dapat mengenal Tzu Chi karena Tzu Chi seperti sebuah keluarga besar yang saling berbagi cinta kasih. Tidak ada halangan karena perbedaan agama, tidak ada perbedaan perlakuan antara yang mampu dan yang kurang mampu. Bahkan seorang ibu bernama Mardianti mengumpamakan Tzu Chi seperti “hujan di padang pasir”. Perumpamaan yang sungguh luar biasa karena Tzu Chi memberikan secercah harapan bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan cinta kasih. Acara berbuka puasa ini singkat namun bermakna. Setiap orang yang hadir belajar satu sama lain. Mereka yang merupakan penerima bantuan ternyata juga bersedia membantu saudara lainnya yang membutuhkan. Ada yang berdana melalui pengumpulan barang daur ulang, ada yang menjadi donatur tetap setelah menjalani hidup yang lebih baik, dan ada yang berdana melalui celengan bambu, menyalurkan cinta kasihnya melalui koin-koin yang disisihkan. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Berdana bukan hak monopoli orang kaya, namun merupakan wujud persembahan kasih sayang yang tulus.” | |||
Artikel Terkait

Tak Merasa Sendirian Karena Mendapat Perhatian Relawan Tzu Chi
16 Agustus 2022Bantuan dari Tzu Chi juga perhatian para relawan membuat Wahyudianto (28) tak merasa sendirian. Yudi, begitu ia disapa sudah 17 tahun ini didera rasa sakit yang luar biasa karena penyakit TBC Tulang. Akibat penyakit ini, ia lumpuh. Dan untuk tetap bisa beraktifitas, Yudi pun mesti merangkak.
Memperkenalkan Tzu Chi Melalui Bandung Innovation Expo
25 Januari 2019Ada beragam cara untuk memperkenalkan visi misi Tzu Chi kepada khalayak luas. Seperti pada 19 Januari 2019, Tzu Chi Bandung ikut berpartisipasi pada pagelaran Bandung Innovation Expo. Di pameran itu, sebanyak 39 perusahaan menawarkan produk inovasi serta jasa mereka. Tzu Chi Bandung pun turut hadir menawarkan produk makanan vegetaris seperti mi instan, sereal, serta berbagai produk Jing Si.

ZSM Day, Menampilkan Kebenaran, Kebajikan, dan Keindahan
30 November 2023Budaya humanis sangat luas cakupannya, tidak hanya Zhen Shan Mei, dalam bentuk tulisan, foto ataupun video. Terdapat juga shou yu (isyarat tangan), cha dao (seni meracik teh), cha hua (merangkai bunga). Semua ini memiliki nilai filosofi.