Bagi Beras di Kampung Simpak

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

MEMBAGIKAN KUPON BERAS. Sembari membagikan kupon, relawan juga memberitahukan jika Yayasan Buddha Tzu Chi akan memberikan bantuan beras 20 kg kepada warga kampung Simpak, Desa Jagabaya, Bogor, Jawa Barat

Jalan itu berkelok-kelok. Berangkal batu, tanah, dan rimbunan daun melapisi permukaannya. Pepohonan liar setinggi 3 meter di kiri dan kanan jalan melambai-lambai tertiup angin seolah menyambut kedatangan kami. Butuh 10 menit untuk menjelajah hutan. Selepas itu tampak seorang pria tua berkaos kusam dan celana panjang coklat dengan mengendarai motor menunggu di pinggir jalan. Ketika melihat kami, ia pun memberi tanda untuk mengikutinya.   

Setelah melalui tiga tikungan barulah terlihat tanda-tanda kehidupan. Mata kami pun mencari papan penunjuk jalan. Namun di depan mata hanya ada hamparan sawah yang kering akibat kemarau panjang. Tampak disetiap teras rumah, anjing-anjing berkeliaran layaknya penjaga rumah. Memasuki  kampung, kemiskinan menyapa akrab. Rumah berdinding semen jarang ditemui yang ada rumah-rumah kecil berdinding gedhek dan bertiang bambu.  Itu adalah gambaran Kampung Simpak, Desa Jagabaya, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Letaknya di antara perbatasan Kota Bogor dan Kota Tangerang yang cukup jauh dari hingar-bingar kota. Kampung Simpak adalah kampung Tionghoa. Mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha. 

Survei bagi Kupon

Tepatnya Jumat, 3 Oktober 2014, pukul 11.30 WIB, 35 orang relawan Tzu Chi Tangerang tiba di Kampung Simpak untuk melakukan survei dan pembagian kupon beras Cinta Kasih Tzu Chi. Untuk melakukan survei, Kami ditemani oleh pria tua yang menuntun kami tadi. Ternyata ia adalah Jemmy, ketua RT setempat. Relawan dibagi menjadi 2 kelompok, tiap kelompok beranggotakan 8 orang. “Di kampung ini ada 90 kepala keluarga. Rata–rata kerjanya bertani. Tapi 3 bulan terakhir, hujan tidak turun-turun jadinya gagal panen,”tutur Jemmy, Ketua RT 03 Kampung Simpak. Jemmy pun menerangkan jika dengan adanya bantuan beras dari Tzu Chi, warga memiliki cadangan bahan makan untuk beberapa hari ke depan hingga musim hujan tiba. “Untung ada bantuan beras, sehingga warga bisa bertahan hingga musim hujan tiba,” kata Jemmy.

SALING MENGENAL SATU SAMA LAIN. Sambil menunggu warga yang lain datang, relawan mengajak para tamu untuk bermain  dan bernyanyi bersama

Pukul 18.00 WIB di hari yang sama, seusai membagikan kupon, sebanyak 100 orang warga Kampung Simpak datang mengikuti sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) di ruang dharmasala Vihara Dharma Mulia, Kampung Simpak. Di acara tersebut, 200 buah celengan dibagikan kepada warga. “Merasa senang dengan kegiatan ini, karena dengan ini (celengan), kita bisa bantu orang yang membutuhkan,”ucap Diana, ibu dari 2 anak ini.

Selepas acara, para tamu undangan dijamu masakan vegetaris yang dibuat oleh relawan.  Lu Lian Zhu ketua Tzu Chi Tangerang turut merasa gembira karena acara yang dipersiapkan mendapat sambutan hangat dari para warga. Tidak hanya sambutan, warga juga meminta Tzu Chi untuk memberikan pengajaran  dari kata perenungan untuk anak-anak, mengingat pendidikan untuk usia dini belum ada di Kampung Simpak. “Di sini (Kampung Simpak) jalinan jodohnya sangat berbeda. Di sini banyak umat Buddha, mereka berharap kita tidak hanya mengadakan SMAT tetapi juga bisa untuk mengajarkan Kata Perenungan Master Cheng Yen. Saya jawab kalau tidak macet saya akan datang dengan senang hati. Kami berharap dari jalinan jodoh ini kita bisa membina persahabatan dan melatih diri bersama-sama,” tutur Lu lian Zhu penuh semangat.

SEMANGAT BERSUMBANGSIH. Relawan juga mengadakan sosialisasi misi amal Tzu Chi (SMAT) pada malam harinya. Tercatat sebanyak 200 orang yang bersedia untuk menyisihkan uang kecilnya untuk membantu warga yang membutuhkan

Lu Lian Zhu pun merasa tersentuh dengan perhatian warga yang tulus. Menjelang malam hari seusai acara makan bersama, persediaan air di Vihara untuk mandi sudah tidak ada lagi. Warga pun berbondong-bondong menggunakan mobil untuk mengangkut beberapa galon air yang akan digunakan oleh relawan. “Saya sangat berterimakasih kepada Jemmy selaku ketua RT di sini. Mereka pergi ke tempat yang sangat jauh untuk mencari air untuk kegiatan kita kali ini. Walaupun air itu tidak begitu bersih, tapi kami menggunakannya dengan rasa bahagia dan penuh syukur,” ucap Lu Lian Zhu dengan haru.

Pembagian Beras

Keesokannya, 4 Oktober 2014, pukul 12.00 WIB, di Vihara Dharma Mulia, pembagian beras  dilakukan seusai warga melakukan kebaktian pagi. Sebanyak 160 karung beras berukuran 20 kg dibagikan Sabtu itu. Adanya bantuan beras dari Tzu Chi, warga merasa teringankan. Seperti Tri Utari salah seorang penerima bantuan beras yang mengungkapkan jika perharinya ia harus membeli 2 liter beras untuk makan pagi dan sore. Dengan bantuan beras ini, ia bisa menghemat biaya beras karena selama musim kemarau harga beras mengalami peningkatan yang lumayan tinggi. “Di sini kalau musim kemarau harga beras naik. Dari yang biasanya seliter Rp 6.500  menjadi 8.000/liter. Dengan adanya bantuan beras 20 kg Tzu Chi, kita bisa hemat untuk setengah bulan,” ucap ibu dari 3 anak ini. Beras yang ia terima hari itu juga langsung dimasak untuk dimakan anak-anaknya yang baru pulang dari sekolah. “Nasinya bulat-bulat ya. Padahal tadi nyerok cuma sekaleng susu tapi begitu di masak bisa sedandang (ukuran kecil) penuh. Yah, lumayan untuk makan sore keluarga nanti. Terima kasih Tzu Chi,” tutur wanita kelahiran Kebumen ini.

SUKACITA. Sebanyak 160 keluarga menerima bantuan beras dari Tzu Chi


Artikel Terkait

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -