Baksos Kesehatan ke 92: Tak Ada Kata Berhenti Untuk Melakukan Kebajikan

Jurnalis : Ciu Yen (He Qi Pusat), Fotografer : Harianto Achmat (He Qi Pusat)
 

foto
Memperhatikan pasien dan membuat pasien merasa nyaman adalah bagian dari kasih sayang.

 “Kita harus berlomba dengan waktu, menggenggam dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Jangan biarkan hari berlalu sia-sia tanpa menghasilkan sesuatu.”
(kata perenungan Master Cheng Yen)

 

Waktu berlalu dengan cepat, sejak diresmikan oleh Presiden RI ke-5, Ibu Megawati Soekanoputri pada 25 Agustus 2003 silam, tak terasa saat ini Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng telah memasuki usianya yang ke 10. Di atas lahan seluas 5 hektar tersebut  perumahan yang dibangun di atas pondasi cinta kasih ini dilengkapi dengan fasilitas sekolah, poliklinik, dan pusat daur ulang. Dalam rangka peringatan satu dasawarsa Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi serangkaian kegiatan telah dipersiapkan oleh para relawan Tzu Chi, selain peringatan secara seremonial bertepatan dengan hari yang bersejarah itu diadakan juga pengobatan gratis berupa Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-92 bagi warga kurang mampu yang membutuhkan.

Waktu menunjukkan pukul 8 pagi saat saya tiba dilokasi kegiatan, tepat di halaman depan Poliklinik Cinta Kasih Tzu Chi (sekarang Rumah Sakit Khusus Bedah Tzu Chi) terlihat tenda-tenda yang berdiri kokoh serta sejumlah meja dan kursi yang telah disusun sedemikian rupa. Halaman yang biasanya digunakan untuk parkir tersebut pun diubah fungsikan menjadi tempat pendaftaran ulang serta pemeriksaan awal bagi para pasien penerima bantuan sebelum memasuki ruang operasi. Terlihat kesibukan dari setiap orang di sana, kursi yang tersedia pun telah terisi penuh meskipun demikian masih terlihat para pasien penerima bantuan terus berdatangan.

Di antara para pasien penerima bantuan tersebut, terlihat sesosok wanita sederhana dengan kerutan diwajahnya menandakan usia yang tidak muda lagi: Ibu Lulu (69) warga Pademangan Barat yang datang ditemani oleh anaknya ini mengaku mendapatkan informasi adanya pengobatan gratis ini dari tetangganya. Selain kehilangan fungsi penglihatan ibu Lulu juga mengalami masalah keterbatasan gerak. Selama ini ibu Lulu hanya menjalani pengobatan seadanya saja dikarenakan keterbatasan biaya dan mahalnya pengobatan dizaman sekarang ini. Beliau pun mengaku sangat bersyukur dan terharu, “Saya pengen nengok buyut sama cucu” ungkap beliau dengan tersenyum gembira seolah-olah harapannya akan segera terwujud, saya pun bisa merasakan adanya harapan itu untuk beliau.

foto   foto

Keterangan :

  • Sebagai bagian dari peringatan ulang tahun Perumahan Cinta kasih Tzu Chi ke-10 diadakan bakti sosial kesehatan bagi warga tidak mampu (kiri).
  • Susana di ruang operasi yang ditangani oleh para dokter yang ahli dibidangnya (kanan).

Di tengah kesibukan tim medis memberikan pengobatan, terlihat pula relawan Tzu Chi yang juga tidak ingin tinggal diam. Untuk menghibur para pasien penerima bantuan yang sedang menunggu giliran relawan juga memperagakan beberapa lagu berisyarat tangan (shou yu).  Ada pula beberapa relawan yang menemani dan memberikan perhatian agar para pasien tersebut tidak merasa takut saat akan memasuki ruang operasi karena mereka akan ditangani oleh para dokter yang sudah pengalaman dan ahli di bidangnya. Dengan visi menjadi rumah sakit paripurna, bermutu dan terjangkau di Indonesia dengan berpegang teguh pada cinta kasih universal dan melalui misinya memberikan pelayanan kesehatan yang berlandaskan pada sifat welas asih dan kasih sayang tercatat sebanyak 232 pasien katarak, 162 pasien gigi, 6 pasien bedah minor, dan 8 pasien pterygium berhasil mendapatkan pengobatan pada baksos kesehatan yang berlangsung selama dua hari ini.

Melihat senyuman bahagia di wajah para pasien penerima bantuan setelah menjalani operasi, rasanya kami para relawan pun ikut bersukacita. Segala kelelahan jiwa dan raga seakan menghilang seiring berlalunya angin yang bertiup. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Batin menjadi semakin tenang tanpa beban bila kita memberi dengan tulus ikhlas.” Hal ini tentu saja berlaku tidak hanya untuk batin para pasien penerima bantuan melainkan juga batin para pemberi bantuan.

Terik mentari semakin tinggi menandakan hari sudah tidak pagi lagi, kursi-kursi yang tadinya terisi penuh pun sekarang terlihat kosong. Kegiatan kali ini berjalan dengan lancar berkat adanya kerjasama yang baik dan harmonis dari banyak pihak, sebanyak 20 orang tim medis yang terdiri dari dokter umum dan dokter spesialis mata, 15 orang perawat, dan 5 orang apoteker serta relawan Tzu Chi turut mensukseskan kegiatan kali ini. “Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di berbagai pelosok gelap di dunia.” Tak ada kata berhenti untuk melakukan kebajikan, semoga cahaya cinta kasih kita dapat terus bersinar menerangi setiap sisi gelap kehidupan di dunia.

  
 

Artikel Terkait

Sosialisasi dan Pembagian Beras Cinta Kasih

Sosialisasi dan Pembagian Beras Cinta Kasih

31 Mei 2012 Suster Alexa berterima kasih dan senang atas kunjungan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Ia berkata bahwa ada dua hal utama yang perlu dipahami dan dijalankan oleh anak-anak yaitu pertama yaitu, menghemat air dan yang kedua adalah supaya anak-anak menghargai bantuan orang lain.
Berkarya dan Berbagi Melalui DAAI TV

Berkarya dan Berbagi Melalui DAAI TV

10 November 2015 Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh stasiun televisi kemanusiaan ini setiap tiga bulan sekali. Sebanyak 151 staf DAAI turut andil dalam kemeriahan penuangan celengan sore itu.
Dukungan Tzu Chi untuk Kesembuhan Rayyan

Dukungan Tzu Chi untuk Kesembuhan Rayyan

07 Maret 2022

Bersyukur betul Meily Rahmawaty dan Achmad Yusuf mengenal Tzu Chi Indonesia di tengah perjuangan mengupayakan kesembuhan bagi anak bungsu mereka, Rayyan Al Faizan.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -