Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-104: Layaknya Sebuah Keluarga

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto, Junaedy Sulaeman (Tzu Chi Lampung)

Eva Wiyogo, relawan Tzu Chi menghibur Parkon yang merasa haru dengan bantuan Tzu chi.

Memasuki hari ke-2 baksos kesehatan Tzu Chi, Sabtu, 20 Desember 2014, pasien dari berbagai  wilayah di Lampung sudah berkumpul di RS. Bhayangkara, Bandar Lampung. Sebanyak 95 orang datang hari itu guna melakukan operasi Katarak atau Pterigyum. Pukul 10.00 WIB, Kapolda Lampung, Walikota, dan pemuka agama datang untuk membuka kegiatan baksos Kesehatan Tzu Chi yang ke-104. Dalam kata sambutannya, Kapolda mengucapkan rasa syukurnya atas bantuan Tzu Chi kepada para penderita Katarak di Lampung.

“Untuk ke depannya tentu ini  bukan hanya harapan dari kepolisian, kotamadya atau Tzu Chi. Tetapi menjadi harapan rakyat Lampung. Secara Bersama-sama kita meningkatkan kesehatan warga Lampung, salah satunya adalah melalui operasi katarak ini,” ujar Brigjen Pol. Drs. Heru Winarko, Kapolda Lampung. Heru pun mengapresiasi Tzu Chi yang terus bersumbangsih untuk masyarakat Lampung, “Sangat Bagus, tidak hanya bakti sosial kesehatan Tzu Chi saja tapi di sini menunjukkan bahwa masyarakat kita baik itu etnis keturunan maupun lokal seperti satu (keluarga), biarpun kita beda suku, beda agama,” sambungnya.

Relawan menjemput kembali Parkon dan Wahyu yang hendak pulang. Relawan mengajak Parkon dan Wahyu yang sedang tidak enak badan untuk beristirahat sejenak di lokasi baksos.

Perhatian dari “Keluarga”

Salah satu pasien yang ikut dalam baksos adalah Parkon (67) yang datang ditemani oleh cucunya, Wahyu Purnama (20). Parkon yang mengalami katarak selama 3 tahun akhirnya dapat menjalani operasi katarak di baksos kesehatan Tzu Chi. Jalinan jodoh ini bermula ketika ia dengan ditemani cucunya, Wahyu Purnama berobat ke RS. Bhayangkara. Setelah melakukan pemeriksaan, diketahui Parkon menderita katarak dan disarankan untuk menjalani operasi. Tetapi karena Parkon tidak lagi bekerja dan hanya mengandalkan nafkah dari Wahyu, maka untuk menjalani operasi adalah hal yang mustahil. Melihat keadaan mereka yang kekurangan, dokter setempat memberitahukan tentang screening baksos kesehatan Tzu Chi, di RS. Bhayangkara.

Minggu, 14 Desember 2014, dengan ditemani oleh Wahyu, Parkon menjalani screening. Ia pun merasa lega karena berdasarkan hasil pemeriksaan,  ia dapat mengikuti operasi katarak pada Jumat, 19 Desember 2014. Setelah menjalani operasi, Parkon pun menginap di ruang pemulihan karena letak rumahnya yang jauh, sekitar satu setengah jam dari rumah sakit.

Selama berada di ruang pemulihan, ia terus dijaga dan diperhatikan oleh Wahyu. “Kakek (tangannya) suka garuk-garuk mukanya. Gatal katanya. Jadi, saya harus perhatiin terus,” ujar Wahyu, cucu Parkon satu-satunya. Perhatian Wahyu terhadap Parkon membuat relawan merasa tersentuh. “Kamu sayang banget  sama kakek ya?” tanya relawan. “Ya, saya sangat sayang kakek,”ujar Wahyu sambil memeluk Parkon penuh rasa sayang.

Brigjen Pol. Drs. Heru Winarko, Kapolda Lampung mengapresiasi Tzu Chi yang terus bersumbangsih untuk warga Lampung.

Di usia yang masih belia, Wahyu sudah menjadi penopang untuk keluarga mereka (Parkon dan neneknya), karena ayah Wahyu sudah meninggal dan ibunya telah pergi ke Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan hidup kakek, nenek, dan dirinya, ia bekerja sebagai buruh harian lepas di sebuah perusahaan swasta di Lampung. Waktu kerja yang padat dari Senin hingga Minggu dengan sistem kerja sift dari jam 7 pagi hingga 18.00 sore, membuat ia terkendala untuk mengajak kakeknya berobat. Belum lagi kondisi kesehatan neneknya yang menderita osteoporosis. Kondisi kakek dan neneknya yang sudah tua, membuat ia terus giat mencari nafkah untuk memberikan pengobatan yang baik bagi kakek dan neneknya.

Rasa sayang yang tertanam sangat dalam dalam diri Wahyu ini timbul karena Parkon dan istrinya telah membesarkannya dengan penuh kasih sejak ia masih kecil. “Untung ada kakek dan nenek,” tutur Wahyu kepada relawan. Oleh karena itu, selama Parkon sakit, ia kerap menemani mengantar Parkon ke rumah sakit dan menemaninya di ruang pemulihan. “Sudah ada 3 – 4 hari ini tidak masuk kerja. Tapi tidak apa-apa kan buat nemenin kakek,” ungkap Wahyu dengan ihklas .

Pementasan Gerakan isyarat tangan oleh relawan Tzu Chi untuk menghibur para tamu undangan yang telah membuka Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-104 di Lampung.

Ketika hendak pulang, seusai menjalani post-op (20/12) Wahyu pun merasa pusing dan lemas. Eva Wiyogo, relawan Tzu Chi yang sedang menghibur pasien melihat Wahyu yang pucat dan lemas langsung menghampirinya. Ternyata Wahyu menderita Muntaber. Melihat hal ini, relawan langsung memberikan obat untuk meringankan rasa sakit Wahyu dan tak lupa juga memberikan bekal untuk mereka makan selama perjalanan mengingat mereka harus menempuh perjalanan selama satu setengah jam lamanya untuk sampai ke Desa Sukaraja, rumah mereka.

Hari itu, Wahyu dan Parkon pulang dengan sangat bahagia, karena mereka merasakan perhatian yang tulus dari para relawan Tzu Chi, layaknya sebuah keluarga. Relawan yang membantu pun juga merasa bersyukur karena dapat membantu meringankan beban Wahyu dan Parkon.   


Artikel Terkait

Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -