Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Terangnya Mata, Terangnya Kehidupan

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Arimami SA

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-111 bekerja sama dengan TNI dan Pemkab Cianjur membuka empat poli pengobatan yaitu katarak, hernia, bibir sumbing, dan benjolan diadakan di RSUD Cianjur pada tanggal 18-20 Maret 2016.

Kesehatan adalah harta yang berharga. Namun tidak sedikit warga yang mengabaikan kesehatan demi memenuhi kebutuhan hidup meskipun menderita penyakit. Demikian gambaran kondisi masyarakat tidak mampu di wilayah Nusantara, tak terkecuali di Cianjur, Jawa Barat.

Adalah Lias, seorang kepala keluarga yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang servis jam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejak hijrah ke Kota Santri-julukan Cianjur- di Jawa Barat, Lias memang memanfaatkan keahliannya dalam bongkar pasang jam yang sudah rusak di salah satu tempat kerjanya yang berada di pinggir Jalan Raya Cianjur. Terlebih ia tidak bisa melakukan pekerjaan lain yang membutuhkan gerak yang gesit lantaran kakinya yang mengalami polio sejak usianya masih tiga tahun. Jika hendak berjalan untuk bekerja, ia harus menggunakan kedua tongkat menopang tubuhnya.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111

Lias mengungkapkan rasa bahagianya setelah perban dibuka dan bisa melihat kembali pada tajap post-op di RSUD Cianjur.

Keterbatasan yang dialami Lias lantas tidak membuatnya pasrah dan putus asa. Ia dengan semangat terus menelateni pekerjaan yang dimilikinya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, takdir berkata lain. Matanya makin hari makin kabur sehingga ia pun merasa kesulitan untuk bekerja. “Yang (mata) satunya kabur nggak jelas, yang ini (dioperasi) ada cahaya tapi nggak tahu wajah, nggak tahu rupa, tapi kalau goyang-goyang dekat kelihatan. Kerja terganggu jadi nggak bisa kelihatan,” kata Lias.

Dengan kondisi matanya yang sudah mulai tidak bisa melihat dengan jelas, Lias masih terus mencari akal supaya tetap bisa menafkahi keluarga. “Saya coba pakai kaca kekeran (pembesar), tapi tetap saja lama-lama tidak kelihatan,” akunya. Ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja.

Sejak saat itu, semua keperluan keluarga bergantung dari hasil penjualan warung kecil-kecilan yang dikelola oleh istrinya. Memang dari hasil penjualan warung istrinya, uang yang terkumpul tidak bisa mencukupi semua kebutuhan. Terlebih lagi kecekatan istrinya yang sudah memasuki usia senja (75 tahun) sudah mulai menurun. Beruntung anak angkat Lias juga bekerja di sebuah salon di daerahnya. Selain itu, terkadang saudaranya juga membantu agar dapur bisa tetap mengepul.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111

Sebanyak ratusan masyarakat Cianjur yang memeriksakan kesehatannya. Salah satu tim medis Tzu Chi, Weni Yunita memeriksa tekanan darah pada salah satu pasien baksos.

Setahun tidak bekerja membuat Lias tidak nyaman. Namun jika ingin mengobati mata kataraknya Lias tidak memiliki cukup uang untuk melakukan operasi. Jodoh baik pun terjalin dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Ada teman di Kodim yang suka servis jam sama saya. Dia bilang nanti ada pengobatan penyakit katarak dan gratis. Saya mau ikut, karena kalau bayar saya nggak mampu,” ujar pria 53 tahun ini.

Dengan didampingi saudaranya, Lias berhasil dioperasi pada Jumat, 18 Maret 2016. Usai operasi, raut wajahnya pun berbinar. Ada kebahagiaan yang terpancar. “Rasanya saya sudah senang ibaratnya sudah lega bisa dioperasi, tadi katanya nggak bisa dioperasi jadi saya pikir berarti saya total buta. Ternyata bisa dioperasi jadi saya bersyukur,” ungkap Lias terharu. Ia pun berharap operasinya berhasil dan bisa melihat kembali sehingga bisa kembali bekerja. “Saya ingin kembali kerja servis jam lagi untuk menghidupi keluarga,” ungkap pria yang tinggal di Kp. Gandaria, Ds. Rancogong, Kec. Cilaku, Kab. Cianjur.

Sehari kemudian, kondisi mata Lias pasca operasi diperiksa tim medis. Doa dan harapannya pun terkabul. Ia bisa kembali melihat hingga 2 meter. “Sudah dibuka perban hasilnya sudah kelihatan wajah orang. Tadi sudah bisa nebak angka, kalau kemarin cuma ada cahaya saja,” ujarnya gembira. “Sekarang sudah dioperasi, senang sekali seratus persen. Terima kasih sama Tuhan sudah bisa melihat, sudah bisa jelas. Saya sampaikan terima kasih sama bantuan dokter, perawat, anggota Kodim, Yayasan Buddha Tzu Chi banyak terima kasih,” ungkapnya penuh syukur.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111

Bupati Cianjur, Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM. memberikan apresiasi dan dukungan atas kerja sama Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan TNI untuk mengadakan bakti sosial kesehatan ini.

Mengobati Penyakit

Lias adalah satu dari ratusan pasien mata yang berbahagia usai melakukan operasi pada baksos kesehatan Tzu Chi ke-111 yang diadakan di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur. Bakti sosial ini bekerja sama dengan dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur.

Baksos yang diadakan sejak tanggal 18-20 Maret 2016 terdiri dari operasi mata katarak, hernia, bibir sumbing, dan benjolan. “Karena banyak kasus sumbing dan hernia dan lokasi baksos yang besar sehingga kita bisa memastikan bahwa operasinya cukup untuk membuka empat poli (katarak, hernia, bibir sumbing, dan benjolan) ini,” ujar Ruth O. Anggraini, Koordinator Baksos Tim Medis Tzu Chi. Persiapan baksos ini pun telah disiapkan sejak tiga bulan yang lalu hingga proses screening pasien yang digelar seminggu sebelum baksos. Dalam baksos ini melibatkan relawan Tzu Chi yang berasal dari Jakarta, Bandung, dan Cianjur.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111

Para relawan Tzu Chi dengan sepenuh hati melayani para pasien pasca-operasi.

Ratusan warga melakukan operasi demi kesembuhan penyakit yang dideritanya. Sehingga tim medis yang merupakan gabungan dari Tim Medis Tzu Chi dan TNI ini berhasil melayani 337 pasien yang terdiri dari 146 katarak, 33 pterygium, 64 hernia, 40 minor lokal, 41 minor GA, dan 13 bibir sumbing. Hal ini mendapat apresiasi dan dukungan penuh dari Bupati Cianjur, Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM. Ia mengatakan bahwa perhatian yang diberikan oleh Tzu Chi sangat dibutuhkan oleh warga di Cianjur. “Saya sangat mendukung sekali pelaksanaan kegiatan ini karena banyak warga yang masih memerlukan bantuan kesehatan yang diberikan Tzu Chi,” ucap Tjetjep.

Bupati yang menjabat sejak tahun 2011 ini berharap kerja sama dengan Tzu Chi bisa terus berkelanjutan dalam menangani kesehatan masyarakat di wilayah pimpinannya. “Kalau (kesehatan masyarakat tidak mampu –red) ditangani oleh pemerintah saja, tidak mampu karena terlalu banyak jumlahnya. Dengan kekompakan ini, Pemda dan Buddha Tzu Chi, bisa memadukan dan menanggulangi permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat,” tutur Tjetjep. Ia pun berharap agar jalinan jodoh yang sudah terajut ini tidak hanya sekali pada baksos ini saja.


Artikel Terkait

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -