Baksos Papua: Jalinan Jodoh yang Baik

Jurnalis : Veronika Usha , Fotografer : Veronika Usha
 
 

fotoHari pertama baksos kesehatan ke-67 yang diadakan pada tanggal 20 Mei 2010, berhasil menangani 22 pasien minor dan 33 pasien katarak.

Berjodoh. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pengobatan yang berhasil dijalani oleh Dominggus, salah satu pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-67, 20-22 Mei 2010. Meskipun awalnya sempat mengalami penolakan, akhirnya bapak dari 3 orang anak ini berhasil menjalani operasi minor pada punggungnya.

Penderitaan Karena Sakit
Ketika tahu akan ada baksos kesehatan gratis yang diadakan di RSUD Biak Numfor, Jayapura, Dominggus langsung bertekad untuk segera mendaftarkan diri. Pria berumur 61 tahun ini memang sudah tak kuasa lagi menahan rasa sakit pada punggungnya. Alasan keterbatasan biaya yang membuatnya mengurungkan diri untuk melakukan operasi selama ini.

Sekitar 3 tahun lalu, Dominggus baru menyadari ada benjolan pada punggungnya. Itu pun diketahui secara tidak sengaja. “Waktu itu saya membuka baju karena panas, dan pergi ke warung. Saat itulah, adik saya yang melihat ada benjolan di punggung sebelah kanan,” tutur Dominggus. Benjolan yang tadinya hanya sebesar telur tersebut, lama-kelamaan semakin membesar dan menimbulkan nyeri yang sangat luar biasa. Apalagi kalau Dominggus mulai bekerja berat,  “Saya jadi serba salah. Saya kan kerja kuli panggul barang di Supiori, tapi kalau sudah angkat yang berat-berat, punggung saya rasanya sakit dan nyeri sekali,” ucapnya.

Oleh karena itu, ia pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke Biak Kota dan mulai bertani. Walaupun bukan pekerjaan yang baru, karena sebelumnya Dominggus memang seorang petani, tapi benjolan yang terus membesar di punggungnya membuatnya sulit beraktivitas. “Baru pergi memotong beberapa pohon saja, dia (Dominggus) sudah mengeluh sakit,” tutur Matilda Randongkir, sang istri. Hal ini tentu semakin mempengaruhi perekonomian mereka. “Karena tidak bisa bekerja berat, kami jadi sulit dapat uang,” tambah Matilda.

foto  foto

Ket : - Pelaksanaan baksos kesehatan yang diadakan di RSUD Biak Numfor ini menangani para pasien dari              Biak Kota, Biak Timur, Biak Barat, Biak Utara, Supiori Selatan, Numfor Barat dan Timur, serta Manokwari.              (kiri)
          - Meski awalnya sempat ditolak, Dominggus, salah satu pasien yang akhirnya dapat dioperasi sangat             bersyukur karena terlepas dari benjolan yang sangat mengganggu di punggungnya. (kanan)

Kekecewaan yang Terobati
Suatu kebetulan yang baik, mereka mendengar tentang kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi yang akan dilaksanakan di RSUD Biak Numfor. “Setelah saya dengar kabar itu, saya langsung pergi mendaftarkan diri pada pemeriksaan pertama di bulan April. Tapi ketika di sana, ada seorang suster yang bilang sama saya kalau benjolan seperti saya tidak bisa dioperasi,” kenangnya.

Mendengar hal itu, Dominggus mengaku merasa sangat kecewa. Dan kekecewaan tersebut ia utarakan kepada beberapa relawan Tzu Chi Biak yang berada tidak jauh dari rumah sakit. “Saat itu, saya dinasihati sama seorang ibu. Dia bilang, ‘Bapak datang saja lagi tanggal 17 Mei 2010, untuk pemeriksaan kedua. Kalau ada jodoh, mungkin bapak bisa dioperasi.’ Mendengar itu, rasa putus asa saya hilang. Saya tetap bertekad untuk mencoba lagi,” jelas Dominggus.

Semangat untuk meraih kesembuhan yang dimiliki Dominggus, berbuah manis. Pada tanggal 17 Mei 2010, ia menjadi orang pertama yang hadir dalam kegiatan screening baksos kesehatan Tzu Chi ke-67. Bahkan, ia sempat membantu beberapa relawan Tzu Chi Jakarta, untuk merapikan meja pendaftaran. “Walaupun takut untuk ditolak lagi, tapi hati saya rasanya bersemangat sekali. Makanyapagi-pagi saya langsung ke sini,” ungkapnya. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan, akhirnya ia pun lolos untuk menjalani operasi minor. Dominggus menuturkan rasa bahagianya, “Saya benar-benar mau sembuh. Saya senang sekali.”

Setelah menjalani operasi selama lebih kurang 50 menit, akhirnya Dominggus pun keluar dari ruang operasi. Matilda yang mengaku sempat merasa khawatir dengan kondisi suaminya, kini merasa lega dan senang, karena operasi suaminya berhasil dengan baik. “Saya sempat takut. Maklum belum pernah sekali pun (ada anggota) keluarga kami pernah dioperasi,” tegasnya.

foto  foto

Ket : - Ketulusan dan keiklasan ditunjukkan oleh relawan Tzu Chi dalam melayani para pasien. Semoga cinta             kasih ini juga akan tumbuh dan bersemi di hati para pasien nantinya. (kiri).
         - Setelah menjalani operasi, para pasien juga mendapatkan penghiburan dari para relawan Tzu Chi,             sehingga rasa sakit yang mereka rasakan bisa lebih berkurang. (kanan)

Kebahagiaan terpancar dari wajah Dominggus ketika ditanya bagaimana perasaannya sekarang. “Tidak bisa lagi diungkapkan,” tuturnya haru. Bahkan ia mengaku merasa begitu tersentuh saat mendapatkan dukungan dan perhatian dari para relawan Tzu Chi, “Luar biasa yayasan ini. Mereka tidak main-main membantu kami. Setelah saya operasi pun mereka masih menanyakan kondisi kami. Puji Tuhan, mereka seperti ‘tangan-tangan kasih’ yang ditujukan kepada kami yang tidak mampu.”

Bekerja dengan Ikhlas
Tidak hanya para pasien yang merasakan kebahagiaan telah mendapatkan kesembuhan. Para relawan Tzu Chi Biak dan Jakarta pun mengaku merasakan kebahagiaan serupa. “Sebenarnya rasanya sedih sekali melihat kondisi sakit mereka yang cukup parah, terlebih lagi mereka yang menderita katarak. Karena tidak adanya dokter mata di Biak, penyakit mereka yang sebenarnya bisa ditanggulangi, terpaksa hanya bisa dibiarkan. Karena untuk berobat, mereka harus ke Jayapura, dan itu membutuhkan biaya yang cukup besar,” tutur Suster Suasana Irmina Sembiring, salah satu tim medis Tzu Chi. Oleh karena itu, meskipun merasa cukup lelah, dapat melihat kesembuhan para pasien menjadi sebuah kebahagiaan yang luar biasa yang ia rasakan. “Bayangkan, kebahagiaan yang mereka rasakan ketika mereka sembuh. Dan itu sepertinya dua kali lipat kita rasakan juga,” ungkapnya sambil tersenyum.

Pendaftaran pasien sesungguhnya telah ditutup sejak tanggal 19 Mei 2010. Namun ketika ada lebih kurang 30 pasien yang baru datang dari Numfor -sebuah pulau yang harus ditempuh dengan menggunakan perahu selama lebih kurang 6 jam, para relawan dan tim medis Tzu Chi tidak kuasa untuk menolak mereka. “Sudah hati yang berbicara di sini. Kalau ingat mereka harus naik kapal kayu selama 6 jam, rasanya kejam sekali kalau kami tidak membantu mereka,” tutur Wenny, juga salah satu perawat TIMA. Ia menambahkan, rasa harunya terbangkitkan ketika melihat para pasien bertepuk tangan dengan riang setelah dinyatakan boleh menjalani pemeriksaan awal. “Bagaimana coba rasanya melihat semangat mereka. Kami yang sudah lelah pun jadi kembali bersemangat,” tambah Wenny.

Tidak hanya tim medis Tzu Chi, para relawan Biak pun dengan tulus melayani para pasien. Mulai dari membimbing mereka mengikuti alur pelaksanaan baksos, mengantar mereka ke ruang operasi, atau mempersiapkan makan siang mereka, dilakukan dengan sepenuh hati. Bahkan seorang relawan yang terlihat sibuk mondar-mandir melayani para pasien pun menuturkan,  “Kalau ditanya capek, saya memang capek. Tapi kalau saya lihat pasien yang duduk di sana (sambil menunjuk ke arah tenda yang penuh dengan pasien -red), rasa capek saya hilang. Apa yang saya rasakan tidak sebanding mereka yang harus menjalani perjalanan jauh, demi mendapatkan pengobatan ini,” jelasnya sambil tersenyum.

  
 
 

Artikel Terkait

Beragam Kreasi Makanan Ala Mi DAAI

Beragam Kreasi Makanan Ala Mi DAAI

18 September 2019
Minggu, 15 September 2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Lomba Masak Vegetarian Kreasi Mi DAAI. Kegiatan ini diikuti oleh 8 kelompok yang terdiri atas 2 orang. 

"Saya Menganggap Orang yang Baik Adalah Saudara Saya..."

24 Juli 2014 Selaras dengan kata perenungan Master Cheng Yen, “Memberi dan melayani jauh lebih berharga dan membahagiakan daripada diberi atau dilayani”. Minggu 20 Juli 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan buka bersama dengan Gan En Hu (Penerima bantuan Tzu Chi) yang beragama Muslim.
Kepedulian dan Semangat Welas Asih di Kota Baru Kalimantan Selatan

Kepedulian dan Semangat Welas Asih di Kota Baru Kalimantan Selatan

29 Oktober 2014 Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas melakukan kunjungan kasih ke sebuah Sekolah Dasar Negeri Luar Biasa yang berada di Kota Baru, Kalimantan Selatan.
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -