Baksos Tzu Chi ke-100: Memulihkan Asa Hendri

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

Relawan Tzu Chi Padang membantu memapah pasien lansia usai menjalani operasi katarak pada baksos hari pertama tanggal 10 Oktober 2014.

Penyakit merupakan momok terbesar bagi setiap insan, terlebih bagi mereka yang berasal dari kalangan kurang mampu. Jika terkena penyakit, mereka tidak lekas memeriksakan ke dokter justru membiarkannya. Ini dilakukan mereka bukan karena tidak ingin sembuh, tetapi lantaran ketidakberdayaan untuk menanggung biaya pengobatan yang besar. Ini juga dialami bagi sebagian masyarakat Minang, Sumatera Barat.

Pagi itu, tenda Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-100 mulai dipadati pasien yang hendak mengikuti baksos operasi mata Katarak dan pterygium. Baksos akan digelar selama tiga hari sejak tanggal 10 – 12 Oktober 2014. Salah satu pasien, Hendri Junaidi (18 tahun) bersama adiknya, Anthoni berbaris mengantri untuk mengambil nomor antrian operasi. Ia pun diperiksa tekanan darah sebelum melakukan penanganan operasi. Sementara adiknya yang masih kelas 2 SMP akan dioperasi esok hari.

Hendri Junaidi (kiri) mengantri pada barisan pengambilan nomor antrian pasien yang diadakan di Rumah Sakit Reksodiwiryo, Padang, Sumatera Barat.


Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-100 ini diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu. Sebanyak 62 pasien mengantri untuk menunggu panggilan menuju ruang operasi.

Perjalanan yang cukup jauh membuat Hendri bersama orang tua dan kedua adiknya menginap di ruang pemulihan yang telah disediakan oleh relawan. Sebelumnya, Hendri sudah melakukan operasi pada mata sebelah kirinya. Mata kanannya yang masih menderita katarak dan belum dilakukan penanganan medis lantaran kondisi ekonomi keluarga. Ia yang masih duduk di bangku SMA tingkat dua ini mengaku kesulitan dalam belajar. “Kalau baca tulisan terlihat kabur,” ucap Hendri. Hal ini tentunya bisa menjadi sebuah hambatan baginya dalam meraih cita-cita.

Namun Hendri merasa masalah yang dialaminya pada mata kanannya sejak kelas empat sekolah dasar ini mulai teratasi dengan adanya jalinan jodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Ayah Hendri, Supardi mendapat informasi dari tetangganya tentang baksos yang dilaksanakan Tzu Chi di Rumah Sakit dr. Reksodiwiryo, Padang. Maka pada hari Jumat, 10 Oktober 2014 Hendri melakukan operasi pada mata kanannya. “Senang Hendri bisa operasi lagi. Dulu saat operasi mata kirinya, dokter bilang harus dua-duanya (mata) dioperasi, tapi berat itu,” ungkap Supardi.

Para insan Tzu Chi menyapa para pasien yang hendak mejalani operasi. Mereka menghibur para pasien agar tidak merasa takut ketika dioperasi nantinya.


Sebanyak 51 pasien katarak dan 11 pasien pterygium berhasil ditangani di hari pertama baksos kesehatan ini.

Usai penanganan operasi, Hendri bersama keluarganya menginap di ruangan yang sudah disediakan oleh relawan. Ini dilakukan karena tempat tinggalnya jauh dari lokasi baksos. Ia harus menempuh satu jam perjalanan menggunakan sepeda motor. Hendri tinggal di Limpato, Sungai Sariat, Padang Pariaman. Bahkan, pada hari ini ia harus berangkat menuju tempat baksos jam setengah lima pagi. Namun demikian, Hendri pun  berharap operasi ini berhasil. “Semoga bisa melihat lagi dengan jelas,” ucapnya. Ia pun tersenyum bahagia meskipun mengaku sakit usai menjalani operasi pada matanya. Senyum bahagia ini merupakan ungkapan rasa haru dan terima  kasih karena mendapatkan anugerah bisa memulihkan penglihatannya yang mulai kabur. “Sakit tapi senang,” ungkap Hendri singkat.

Kebahagiaan Hendri merupakan salah satu contoh sukacita yang tentunya juga dirasakan seluruh pasien. “Terima kasih sudah dibantu,” ucap putra sulung dari empat bersaudara ini. Pada baksos hari pertama ini, Tim Medis Tzu Chi berhasil menangani sebanyak 51 pasien katarak dan 11 pterygium. Melalui kegiatan baksos yang dilakukan Tzu Chi ini, semoga bisa membantu meringankan beban masyarakat tidak mampu di Padang dan bisa kembali melakukan aktivitas sehari-hari. 


Artikel Terkait

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -