Banjir Jakarta: Welas Asih dalam Nasi Bungkus di Teluk Intan

Jurnalis : Nadya Iva (Hu Ai Sinarmas), Fotografer : Nadya Iva (Hu Ai Sinarmas)
 
 

fotoSelama beberapa hari, para relawan Tzu Chi terus-menerus membagikan makanan bagi korban banjir di Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Dalam masa tanggap darurat banjir di Jakarta, pembagian makanan hangat bagi korban terus dilakukan oleh para relawan Tzu Chi ke daerah-daerah yang membutuhkan. Di antaranya dilakukan oleh para relawan dari komunitas He Qi Utara Hu Ai Angke yang membagikan 200 nasi bungkus untuk para korban banjir di Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, tanggal 20 Januari 2013. Kepadatan lokasi sudah terlihat sejak gerbang jalan yang menuju apartemen Teluk Intan di mana mobil-mobil para warga yang mengalami musibah banjir  diparkir di sepanjang jalan tersebut, agar tidak terendam air.

Hiruk pikuk ini ditambah pula oleh para pedagang yang menggelar dagangannya secara tidak beraturan dan memakan badan jalan. Kepadatan yang terjadi tersebut menyulitkan mobil-mobil yang mengangkut bantuan makanan sewaktu akan masuk ke dalam Vihara Satrya Dharma yang merupakan titik pertemuan serta lokasi pemuatan barang untuk bantuan-bantuan yang akan disalurkan di sekitar Kelurahan Pejagalan.

Telah beberapa hari nasi bungkus yang dimasak oleh para relawan Tzu Chi secara terus menerus disalurkan di daerah Kelurahan Pejagalan. Hari Minggu ini pun, sejumlah relawan yang dikomandoi oleh Lely Herawati Shijie dengan sukarela turun menerjang banjir agar bantuan makanan tersebut dapat dinikmati oleh para korban yang masih menetap di rumah mereka. Banyak warga yang menolak untuk dievakuasi dengan alasan menjaga rumah dan harta bendanya dari penjarahan oknum-oknum yang memanfaatkan situasi saat bencana melanda.

Sebelum turun membagikan nasi bungkus, berkali-kali para relawan saling berkoordinasi karena banyaknya kesimpangsiuran data seperti jumlah korban dan lokasi distribusi bantuan. Namun dengan kesabaran akhirnya bantuan dapat disalurkan. Lely Shijie menuturkan, “Walau dalam keadaan terpepet seperti bencana ini, bantuan harus diberikan langsung dari relawan kepada korban. Sebaiknya tidak menitipkannya ke pihak lain. Memang susah namun kita juga harus memastikan bahwa bantuan-bantuan tersebut tepat sasaran.”  Ketika tiba di lokasi, ternyata kebutuhan akan makanan bertambah melebihi data awal yang masuk. Maka, untuk pembagian makan malam jumlah nasi bungkus ditambah menjadi 400 bungkus. Sepanjang jalan menuju lokasi pendistribusian, banyak warga yang menghadang dan langsung meminta makanan, namun relawan Tzu Chi berusaha memberikan pengertian bahwa mereka telah memiliki prioritas sasaran yang akan dibagi sesuai dengan data awal.

foto   foto

Keterangan :

  • Pantang mundur relawan Tzu Chi menerobos genangan air banjir untuk mengantarkan nasi bungkus bagi warga yang menetap di rumah mereka yang terkena banjir (kiri).
  • Sebagai wujud rasa terima kasihnya, seorang warga di daerah Telukgong yang menerima nasi bungkus dari Tzu Chi, kembali menyumbangkan bihun, telur, beras dan sebagainya untuk dimanfaatkan Tzu Chi membantu korban banjir yang lain (kanan).

Berkah nasi bungkus bergulir ketika ada seorang korban yang dibantu merasa sangat berterima kasih. Wujud terima kasih itu ditampilkannya dengan kembali menyumbangkan bahan baku makanan berupa berkantong-kantong bihun, telur, beras, dan lain sebagainya. Warga murah hati yang tinggal di Telukgong ini enggan disebutkan namanya. Ia hanya mengungkapkan bahwa ia merasa sangat bersyukur dengan perhatian yang diberikan segenap relawan sehingga rela menyumbangkan bahan baku makanan kepada relawan Tzu Chi untuk diberikan kepada korban lainnya.

Banjir yang dipandang sebagai musibah ternyata mempunyai makna yang lain, bahwa di kota metropolitan Jakarta ini, banyak orang masih saling peduli dan tolong-menolong. Sekalipun kita tidak punya hubungan darah dengan makhluk hidup lain, penderitaan mereka adalah penderitaan kita, rasa sakit mereka adalah rasa sakit kita. Apabila tubuh mereka sakit, hati merasa cemas. Apabila tubuh mereka terluka, hati pun ikut merasakan sakitnya. Inilah yang dinamakan “welas asih agung untuk semua”.

  
 

Artikel Terkait

Menggalang hati di Jalan Bodhisatwa

Menggalang hati di Jalan Bodhisatwa

13 September 2022

Pada Minggu, 28 Agustus 2022, Tzu Chi Batam mengadakan kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih dan Pelantikan Relawan di Aula Jing Si Batam yang diikuti 145 relawan.

Memantapkan Hati di Jalan Bodhisatwa

Memantapkan Hati di Jalan Bodhisatwa

05 Januari 2010 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Batam mengadakan pelatihan relawan pada 15 Desember 2009. Ada 3 narasumber asal Taiwan yang sharing tentang mengalang dana dan hati untuk menginspirasi para pengusaha. Dengan demikian, maka akan semakin banyak orang yang memiliki hati Bodhisatwa.
Ketulusan, Kejernihan, dan Kebenaran

Ketulusan, Kejernihan, dan Kebenaran

12 Oktober 2011
Selain itu banyak materi yang diberikan oleh tim pelatihan kepada para peserta pelatihan abu putih hari itu. Lo Wahyuni Shijie merupakan salah satu dari peserta yang merasakan dalamnya makna pelatihan pada hari ini.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -