Bedah Buku Kebon Jeruk 3

Jurnalis : Roswati (He Qi Barat), Fotografer : Hendrik Wijaya (He Qi Barat)

foto
Elly chandra, koordinator acara untuk bedah buku di Xie Li Kebon Jeruk membuka acara bedah buku, pada tanggal 19 Februari 2014 di Taman Ratu Blok WW No. 8E, Jakarta Barat.

Pada tanggal 19 Febuari 2014 Insan Tzu Chi Hu Ai Kebon Jeruk 3 (KJ3) kembali memulai rutinitas kegiatan bedah buku. Acara ini di mulai pada pukul 19.00 – 21.00 WIB di Taman Ratu Blok WW No. 8E, Jakarta Barat. Pertemuan kali ini membahas mengenai “Merenungkan bahwa Pikiran Tidak Kekal (Guan Xin Wu Chang ).“ Acara ini juga dihadiri oleh 2 orang Shifu (bikkhuni). Relawan yang hadir berjumlah 16 orang termasuk pembicara, Hendry. 

Dalam sharingnya, Hendry mengatakan jika manusia itu kerap melupakan perbuatan baik seseorang tapi sering mengingat perbuatan yang tidak baik secara jelas. Misalnya gosip, ada seseorang yang membicarakan keburukan orang lain lalu di sampaikan dari satu orang ke orang lain secara jelas tapi saat membicarakan kebaikan seseorang pasti cepat di lupakan .

Hendry pun mengisahkan sebuah cerita. Ada seorang pemuka agama sering memberikan ceramah kepada para umatnya, ada seorang umat yang tiba – tiba istrinya meninggal dan sangat bersedih serta tidak memiliki semangat hidup. Pandita pun memberikan ceramah bahwa hidup itu tidak kekal, setiap orang pasti akan mengalami lahir, tua, sakit, dan meninggal. Akan tetapi, pada suatu saat Pandita itu kehilangan istrinya selama – selamanya, dia sangat bersedih maka umat nya menghibur dia untuk melepaskan kesedihannya tapi Pandita itu menjawab, “Itu istri saya, saya sangat mencintai dan menyayanginya, saya tidak bisa kehilangan dirinya. “ Itulah kenapa kehidupan manusia banyak penderitaan, karena masih memiliki “ke – akuan“ .

foto   foto

Keterangan :

  • Acara bedah buku ini turut mengundang Hendry Cahyadi untuk sharing mengenai 37 Faktor pencapaian penerangan sempurna (kiri).
  • Para relawan pada hari itu, merasa mendapat sebuah masukan yang positif untuk diri dan sebuah jawaban bagaimana agar dapat menjalani kehidupan dengan baik (kanan).

Lalu Hendry pun menjelaskan mengenai pikiran. “Pikiran tidak kekal ada 4 fase. Contohnya pada saat kita lapar, kita memesan makanan (timbul), makanan datang dan kita memakannya (berlangsung), makan terus tanpa berpikir apakah kita kenyang atau tidak, lalu teman merasa sangat kenyang dan tidak sanggup memakannya (berubah), akhirnya kita paksain terus lama – kelamaan gak sanggup lagi dan tidak mau makan (lenyap),” jelas Hendry.

Mendengar jika pikiran tidak kekal, lalu Ramli, salah seorang peserta bertanya kepada Hendry. “Bagaimana caranya agar kita tidak stress dan berpikiran positif (baik)? “ tanya Ramli penasaran. Hendry pun menjawab, “Asal kita menjalani kehidupan dengan makan dengan senang, tidur dengan nyenyak, kerja dengan sehat dan tertawa dengan bahagia  serta dengan bersyukur apa yang sudah kita dapatkan otomatis 80% penderitaan akan terangkat.”

Tidak terasa, waktu berlalu dengan cepat. Acara bedah buku pun berakhir dan para relawan merasa senang, karena pada hari itu, mereka mendapat sebuah masukan yang positif untuk diri dan sebuah jawaban bagaimana agar dapat menjalani kehidupan dengan baik.


Artikel Terkait

TIMA Global Forum 2023: Belajar bersama dalam TIMA Global Forum

TIMA Global Forum 2023: Belajar bersama dalam TIMA Global Forum

21 Juni 2023

Sebanyak 23 dokter Perkebunan Sinar Mas dari Sumatera hingga Papua turut hadir dalam TIMA Global Forum di Tzu Chi Center 16-17 Juni 2023. Forum kesehatan internasional yang melibatkan delegasi dari 9 negara ini dibuka langsung Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin.

Suara Kasih : Membedakan Benar dan Salah

Suara Kasih : Membedakan Benar dan Salah

05 Juli 2012 ”Dalam era sekarang, diperlukan pemahaman atas salah dan benar, Dalam masa penuh bencana, diperlukan pembinaan welas asih agung, Dalam era penuh kegelapan batin, diperlukan kebijaksanaan agung, Dalam era penuh kekacauan,diperlukan pertobatan besar.” Bukankah ini yang terjadi di era saat ini?
Merapatkan Barisan

Merapatkan Barisan

11 Mei 2013 Dengan begitu, meskipun pelatihan Abu Putih ini merupakan bagian dari budaya humanis, apa yang para relawan dapatkan juga menjangkau misi-misi kemanusiaan lainnya seperti amal, kesehatan, dan pendidikan.
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -