Naswa bersama salah satu siswa saat mempraktikkan “Tepuk Anti Bullying”.
“Lakukan perbuatan baik yang pantas dilakukan dengan sepenuh hati, tidak perlu menghitung berapa banyak perbuatan yang telah dilakukan.”
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)
Pagi itu suasana di SDN 011 Kongbeng terasa berbeda. Tawa dan rasa penasaran anak-anak menyambut kehadiran relawan Tzu Chi dari Xie Li Kalimantan Timur 1. Relawan Dharma Wanita dari Unit Muara Wahau Mill datang membawa satu misi sederhana namun penting yaitu, menyampaikan pesan anti-bullying dengan cara yang menyenangkan dan menyentuh hati.
Dipandu langsung oleh Naswa, kegiatan ini tak hanya diisi dengan penjelasan tentang apa itu bullying dan bagaimana dampaknya, tetapi juga mengajak anak-anak untuk memahami arti keberanian dan empati, dua hal penting yang sering terlupakan di usia mereka.
Antusiasme siswa dan relawan saat menyaksikan pemaparan materi.
Ada satu momen dalam kegiatan ini membuat suasana menjadi sangat hening dan haru. Di tengah kerumunan siswa yang duduk rapi, Naswa mengajukan pertanyaan sederhana namun penuh makna, “Siapa yang berani mengakui kalau pernah mem-bully temannya sendiri?”.
Suasana mendadak senyap. Anak-anak saling melirik, sebagian menunduk, mungkin malu atau takut. Tapi lalu, perlahan, satu tangan kecil terangkat. Ia adalah Sevia, dengan suara pelan dan wajah sedikit ragu, ia berkata “saya bu” ucapnya penuh dengan hati-hati.
“Aku tadi sudah menarik roknya Pice, sampai dia jatuh…” lanjutnya mengakui kesalahan di hadapan teman-temannya.
Sovia dan Pice saat saling memafkan dan berjanji tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik lagi.
Tidak ada yang menertawakan. Justru yang muncul adalah rasa kagum. Karena untuk anak seusia Sevia, mengakui kesalahan di depan banyak orang bukanlah hal mudah. Tapi dia memilih jujur. Dan lebih dari itu, ia meminta maaf langsung kepada Pice, temannya. Mereka pun saling berpelukan dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Satu pengakuan, satu pelukan, satu janji kecil. Tapi dampaknya begitu besar.
Naswa menuturkan, “Kami ingin anak-anak belajar bahwa menjadi berani bukan berarti menjadi paling kuat, tapi berani untuk jujur dan bertanggung jawab atas perbuatan sendiri. Di situlah karakter mulia mulai tumbuh.”
Selain diskusi dan sesi tanya jawab, para siswa juga diajak mengucapkan komitmen mereka untuk tidak mem-bully, saling menolong, dan menjaga perasaan teman.
Para siswa hari itu belajar bahwa saling menghargai adalah bekal besar untuk masa depan mereka.
Kepala SDN 011 Kongbeng, Hardiansyah S.Pd, menyambut baik kegiatan ini. Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para relawan Tzu Chi yang telah datang membawa warna baru dalam proses pembelajaran anak-anak.
“Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk anak-anak kami. Mereka jadi belajar nilai-nilai kehidupan yang mungkin tidak selalu diajarkan di dalam kelas. Kami sangat mendukung dan berharap kegiatan seperti ini bisa rutin dilakukan, karena anak-anak perlu didampingi tidak hanya secara akademik, tapi juga secara emosional dan sosial.”
Kegiatan hari itu mungkin sederhana. Tapi pesan yang dibawa tentang keberanian, kejujuran, dan saling menghargai adalah bekal besar untuk masa depan anak-anak kita. Karena kadang, perubahan besar dimulai dari satu kata maaf, satu pelukan hangat, dan satu niat untuk jadi lebih baik.
Editor: Khusnul Khotimah