Berbagi Kebahagian Dalam Setiap Langkah

Jurnalis : Fera (Tzu Chi Jambi), Fotografer : Fera (Tzu Chi Jambi)
 
 

foto
Pada tanggal 7 Juli 2013, relawan Tzu Chi melakukan gathering di sebuah rumah seorang relawan yang dijadikan depo pelestarian lingkungan

 

“ Segala sesuatu berasal dari benih tekad ”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

 

Pada bulan Juni lalu, teman-teman dari Jambi mengikuti pelatihan Tzu Ching Camp VIII tepatnya 8-9 Juni 2013 di Jakarta. Membawa harapan besar sebagaimana membawa nama Tzu Chi ke Jambi telah membangkitkan semangat di hati para relawan. Ada pelajaran berharga yang didapatkan dari camp saat itu.

Dua minggu setelah pulang dari Camp, kami kedatangan Marisa Shijie yang kebetulan sedang pulang liburan dan menyediakan waktu untuk sharing mengenai shou yu atau isyarat tangan. Terdengar tepukan tangan dan sorak tawa dari masing masing relawan letika memperagakan lagu Selamat datang. Untuk pertama kali ikut untuk bernyanyi sambil memperagakan isyarat tangan dan menyambut relawan yang hadir dengan senyum dan tawa.

Acara yang diselenggarakan pada tanggal 7 Juli 2013 di Depo Handil ini dimulai pada pukul 12.30 – 16.00 yang dihadiri sekitar 20 orang relawan. Bersama - sama menggalang cinta kasih untuk mengetuk hati setiap insan karena Tzu Chi adalah rumah bagi setiap orang yang dasar hatinya memiliki cinta kasih. Setelah itu para relawan yang hadir mengisi form registrasi dengan harapan agar dapat kembali berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi pada kesempatan berikutnya. Seperti kata Master “Jalinan jodoh baik dengan orang adalah buah dari bersumbangsih berupa perasaan suka cita, kepercayaan dan kekaguman dari orang lain”.

Acara di buka dengan menonton sebuah video kilas balik Tzu Chi di Indonesia. Siapa pendiri dibalik yayasan ini. Yaitu Master Cheng Yen.Master merupakan guru bagi para relawan Tzu Chi. Selain Marisa Shijie, salah satu relawan yang hadir dalam acara ini adalah Sutrisno Shibo dari Tzu Chi Palembang yang menyempatkan diri bersama keluarga untuk mengikuti kegiatan kami. Sutrisno Shibo berbagi mengenai pengalamannya dan keluarganya tang menjadi relawan Tzu Chi serta berbagi  mengenai apa yang telah dipelajari. 

foto  foto

Keterangan :

  • Peralatan seadanya tetap membuat relawan bersemangat untuk berbagi kisah mengenai Tzu Chi (kiri).
  • Pada gathering ini mereka juga dikenalkan dengan salah satu budaya humanis Tzu Chi, yaitu isyarat tangan (kanan).

“Di dalam Tzu Chi tidak memandang perbedaan, karena Tzu Chi adalah rumah bagi setiap orang yang memiliki cinta kasih di dalam hatinya”, tutur Sutrisno Shibo. Shibo juga mengagumi bagaimana para relawan Tzu Chi menyambut tamu, beliau juga mengajari kami banyak hal. Juga berbagi berkata tentang kata-kata Master “Cinta kasih tanpa perbedaan.” Semua mendengar seksama.

Pada hari itu kami juga kedatangan salah satu relawan Tzu Ching Tangerang yaitu Imelda, mahasiswi dari  STBAN Sriwijaya.  Tanpa sengaja bertemu Imelda ketika ke rumahnya untuk menjemput sampah daur ulang. Dan ternyata Ibu dari Imelda adalah salah satu donatur sampah daur ulang di Jambi.  Ia giat mengumpulkan telinga kaleng minuman dan mengajak yang lain untuk ikut mengumpulkan.

Dilanjutkan dengan kegiatan pelestarian lingkungan dimana relawan dibagi  menjadi 2 tim.  Satu tim yang mulai memilah kertas dan botol plastik. Sambil memilah, relawan berbagi mengenai di Tzu Chi ada slogan sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kisah. Memulai langkah kecil dengan menjalankan Prinsip 5R dalam keseharian (Rethink, Reduce, Reuse, Repair, dan Recyle). Masing-masing relawan dilengkapi dengan sarung tangan dan masker. Mereka memilah sampah botol dan kertas, ikut merasakan bagaimana hal kecil yang diperbuat dapat berguna bagi orang yang membutuhkan.

Beberapa saat setelah usai memilah, masing-masing relawan mencuci tangan dan menandakan beralih ke acara selanjutnya. Rasa capek dan lelah pun terasa hilang saat panitia memberikan minuman dingin diiringi lagu “Wo hen xing fu”. Sesi berikutnya tiba giliran  Marisa Shijie yang berbagi mengenai asal-usul isyarat tangan di Tzu chi dan bersama sama mencoba mempraktikkan isyarat tangan lagu “Sebuah Dunia yang Bersih”. Setelah itu dilanjutkan dengan sharing mengenai budaya humanis gan en, zhun zhong , ai.

Semangat Celengan Bambu
Pada gathering ini kami juga membuat celengan yang bernama celengan kebajikan. Celengan yang terbuat dari barang bekas seperti kaleng longan dan dimanfaatkan menjadi sebuah celengan.  Sambil membuat menghias celengan Marisa Shijie berbagi mengenai semangat celengan bambu, mengingatkan kita kepada Master Cheng Yen yang pada awalnya, memberikan celengan bambu kepada 30 orang ibu rumah tangga yang menjadi pengikutnya. Beliau meminta agar setiap hari mereka menghemat 50 sen uang belanja dan memasukkannya ke dalam celengan  bambu.

Master berkata “berbuat kebajikan harus dilakukan setiap hari”. Dari sanalah sedikit demi sedikit uang terkumpul untuk menjalankan misi Amal Tzu Chi. Jadi, itulah kenapa kita disini membuat celengan kebajikan bersama-sama agar supaya dapat meneladani semangat cinta kasih yang yang ditanamkan secara tidak langsung kepada kita dengan menyisihkan uang jajan walau hanya seratus rupiah sehari. Tidak bergantung seberapa besar nilai uang itu, tetapi penting sebuah ketulusan dan perasaan kasih yang tumbuh untuk menolong orang lain setiap hari.

foto  foto

Keterangan :

  • Mereka juga diajak untuk membuat celengan bambu dari barang-barang bekas (kiri).
  • Walau kali pertama dan terdapat banyak kekurangan tetapi yang terpenting adalah bagaimana ketulusan hati dan semua menjadi satu dalam melakukan acara pada hari (kanan).

 Celengan kebajikan yang di rakit sendiri memberikan arti tersendiri bagi para relawan. Membuatnya dengan hati dan tangan sendiri terasa sangat berbeda, seperti menanamkan cinta kasih tulus terhadap celengan itu.

Selanjutnya tiba di sesi sharing relawan yang akan di utarakan oleh Ani Shijie dan Ko Aming dengan diiringi instrument musik. Ani Shijie berbagi tentang kehangatan cinta kasih dan bercerita kenapa bersedia sebagian rumahnya mau dijadikan Depo pelestarian lingkungan dan cinta kasih. “Hidup di dunia tidak hanya untuk mementingkan diri sendiri, menyenangkan diri sendiri ataupun memuaskan ego kita. Tetapi yang terpenting dalam hidup adalah bagaimana cara untuk membalas budi orang tua dan berterima kasih kepada semua mahkluk dan alam semesta,” jelasnya.

Sesi kedua oleh Ko Aming yang walaupun telah berkeluarga dan mempunyai seorang putri yang lucu tidak melunturkan semangat dan tekad Ko Aming untuk melakukan pemilahan sampah cinta kasih. Setiap minggu yang biasa dihabiskan untuk berekreasi di luar dimanfaatkan Ko Aming bersama istri dan buah hatinya untuk berkunjung ke Depo. Bahkan dengan Motor, Ko Aming membawa barang-barang akan di daur ulang sebanyak satu karung besar dan mencuci nya dengan sukacita.

Ketika ditanya alasannya kenapa, tanpa ragu Ko Aming menjawab “supaya anak saya bisa melihat dan kelak bisa ikut melakukan kebajikan, dengan kita sendiri melakukan maka orang lain dapat merasakan dan ikut melakukannya juga.”

Terakhir penutupan dengan doa bersama dan sedikit tentang kegiatan rutin kita dimana setiap hari minggu pukul 10.00 - 12.00 WIB kegiatan di Depo Selincah, dan pukul 13.00 – 17.00 WIB di Depo Handil. Selain kegiatan pelestarian lingkungan, ada juga kunjungan kasih.

Tentang kegiatan kali ini, walau kali pertama dan terdapat banyak kekurangan tetapi yang terpenting adalah bagaimana ketulusan hati dan semua menjadi satu dalam melakukan acara pada hari. Seperti kata Master “ Seberapa banyak kita bersumbangsih demi masyarakat, sebegitu banyak pula perasaan aman dan tenteram yang diperoleh”.

  
 

Artikel Terkait

Gempa Jepang : Galang Dana Tzu Chi Bandung

Gempa Jepang : Galang Dana Tzu Chi Bandung

04 April 2011 Tanggal 11 Maret 2011, sebuah gempa berkekuatan 8,9 SR melanda Jepang. Gempa ini memicu gelombang tsunami setinggi enam hingga 10 meter, dan menyapu pesisir timur negeri itu.
Suara Kasih :  Hari Raya Cengbeng

Suara Kasih : Hari Raya Cengbeng

14 April 2011
Tanggal 5 April adalah Hari Cengbeng. Cengbeng merupakan hari raya penting bagi warga Tionghoa. Seiring perkembangan zaman, banyak tradisi yang tak dapat dipertahankan, namun makna dan nilai moral di dalamnya harus tetap dipertahankan.
Suara kasih: Permata Bagi Korban Gempa

Suara kasih: Permata Bagi Korban Gempa

17 Juni 2010
Ini sungguh sebuah tanggung jawab yang besar dan berat karena proyek ini sungguh penuh kesulitan. Untuk apa kita melakukan semua ini? Demi membina generasi muda yang berkualitas. Harapan generasi muda terletak pada pendidikan.
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -