Berbakti Kepada Orang Tua, Sekaranglah Saatnya

Jurnalis : Cecilien (He Qi Barat), Fotografer : Bobby (He Qi Barat)

Pada 24 Mei 2015, relawan Tzu Chi He Qi (wilayah) Barat kembali mengadakan kegiatan Kunjungan Kasih Pasien Kasus (KKPK) dengan tema kegiatan hari itu adalah “Hari Ibu”

“Di dunia ini ada dua hal yang tidak dapat ditunda, yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat Kebajikan.” Bunyi salah satu Kata Perenungan Master Cheng Yen. Sejalan dengan hal tersebut, di bulan Mei 2015 tepatnya pada 24 Mei 2015, relawan Tzu Chi He Qi (wilayah) Barat kembali mengadakan kegiatan Kunjungan Kasih Pasien Kasus (KKPK). Tema kegiatan hari itu adalah “Hari Ibu”. KKPK dengan tema “Hari Ibu” rutin dilaksanakan setiap tahunnya, dengan harapan baik para relawan maupun para Gan En Hu (penerima bantuan) memiliki kesempatan menunjukkan baktinya pada orang tua khususnya kepada Ibu.

Pagi itu sekitar pukul 08.20 WIB kegiatan KKPK dimulai dan sebanyak 92 orang peserta kegiatan terlihat memenuhi ruangan Aula lantai 2 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Sebelum berkunjung ke rumah penerima bantuan, kegiatan KKPK hari itu dimulai dengan sesi “Hari Ibu”  bagi relawan. Deviyanti dan Camelia, selaku MC, memberikan sambutan hangat kepada seluruh relawan peserta kegiatan dan sesekali memberikan kata-kata mutiara yang semakin menghidupkan suasana.

Akwang, relawan Tzu Chi (yang berlutut) memanfaatkan kesempatan yang ada dengan mengikuti prosesi mencuci kaki ibu.
Setelah relawan selesai melaksanakan prosesi mencuci kaki ibu, para relawan bergerak menuju rumah penerima bantuan untuk melakukan kunjungan dan memberikan dukungan semangat.
Kegiatan dilanjutkan dengan menyaksikan kisah inspiratif dan mengharukan melalui tayangan film pendek yang mengisahkan kehidupan Ibu di masa tuanya serta drama dengan judul “Kasih Ibu Sepanjang Masa” yang diperankan oleh relawan. Tangis haru tak mampu dibendung oleh para relawan setelah menyaksikan drama tersebut. Pasalnya kisah dalam film pendek maupun drama yang dipertunjukkan tersebut membuka hati dan pikiran peserta dan harus bersyukur memiliki Ibu. Serta  menggenggam saat ini  juga untuk berbakti kepada Ibu.

Hari itu juga diwarnai dengan prosesi pencucian kaki Ibu. Beberapa relawan yang telah mendaftarkan diri sebelumnya mendapat kesempatan untuk melaksanakan prosesi tersebut. Dengan arahan dari Elly Wijaya, para anak pertama-tama diminta untuk berlutut dihadapan Ibu dan memberikan penghormatan kepada Ibu, kemudian membasahi handuk kecil yang telah disediakan untuk mengelap wajah dan tangan Ibu. Setelah itu, menyisir rambut Ibu layaknya ketika kecil dahulu. selesai menyisir, para anak kembali berlutut di hadapan Ibu. Kali ini untuk mencuci kaki Ibu dilanjutkan dengan memberikan kue dan teh. Di akhir prosesi, para anak mengungkapkan rasa terima kasih dan permohonan maaf kepada Ibu atas kesalahan yang telah dilakukan selama ini. pemberian bunga segar dan pelukan hangat kepada Ibu menjadi penutup prosesi tersebut.

Ibu dari Bernice, penerima bantuan Tzu Chi turut melakukan prosesi mencuci kaki ibu sebagai wujud bakti kepada ibu yang ia cintai

Tangis haru kembali mewarnai wajah para relawan. Hal serupa terjadi pada relawan peserta prosesi beserta Ibunda masing-masing. Mereka mengucapkan syukur atas kesempatan bagi mereka untuk berbakti kepada sang Ibu. Akwang, Salah satu relawan yang melakukan prosesi tersebut menyatakan rasa bersyukurnya, “Saya sangat berterima kasih kepada Johnny yang telah menghubungi saya. Kemarin Mama kena serangan jantung. Ya ini kesempatan (untuk berbakti). Ini pertama kalinya saya melakukan prosesi pencucian kaki Ibu. Gan en Johnny sudah dikabarin,” ungkap pria yang aktif di misi dokumentasi Tzu Chi. Mama dari Akwang juga mengaku sangat senang saat ditanyai tentang perasaan beliau saat itu. Tentu saja hal ini menjadi pelajaran tersendiri bagi semua relawan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena berbakti tidak hanya dilakukan saat ada kesempatan di kegiatan saja namun di setiap saat, dalam setiap kesempatan dan dalam bentuk apapun, bahkan hal kecil yang dapat menyenangkan hati orang tua.

Prosesi pencucian kaki Ibu menjadi penutup untuk sesi relawan. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke rumah penerima bantuan, yakni Bernice, gadis kecil yang mengalami gangguan pendengaran dan bicara. Hal ini dialaminya sejak berusia 9 tahun. “Waktu bayi sering sakit-sakitan, kena step (kejang),” kata nenek dari Bernice. Dikarenakan ibu Bernice harus bekerja, maka  sehari-hari Bernice dirawat oleh neneknya. Kondisi Bernice saat ini sudah lebih baik dibanding dulu yang hampir sama sekali tidak bisa berbicara. “Sekarang sudah ada kemajuan, orang ngomong apa sudah bisa ikutin sedikit-sedikit,” ungkap nenek. ia juga mengaku kondisi Bernice mengalami kemajuan sejak Bernice bersekolah karena di Sekolah Luar Biasa (SLB) ia juga mendapatkan fasilitas terapi.
Hari itu sebanyak 7 orang relawan Tzu Chi berkunjung ke rumah Bernice dan memberikan dukungan kepada keluarga Bernice.

Berkenaan dengan tema hari itu yakni Hari Ibu, seperti pada sesi relawan sebelumnya, para Gan En Hu juga diberikan kesempatan untuk menunjukkan baktinya terhadap orang tua. Dalam hal ini Bernice diajak untuk melakukan prosesi pencucian kaki terhadap ibunya. Namun karena sifat Bernice yang masih pemalu, ia tidak berani melakukannya. Akhirnya, pelaksanaan prosesi digantikan oleh ibu dari Bernice terhadap nenek. Diiringi lagu Gui Yang Tu dan pembacaan naskah yang penuh makna, ibu dari Bernice menjalani prosesi mulai dari berlutut di hadapan nenek, memberikan penghormatan, melap wajah dan tangan, menyisir rambut, hingga mencuci kaki dan menyuapkan kue serta teh kepada nenek. Seperti sebelumnya di akhir prosesi, sekuntum bunga tanda kasih serta terakhir pelukan hangat kepada nenek menjadi penutup prosesi.

Nenek Bernice terlihat sangat terharu atas perlakuan anaknya. Ia tidak menitikan air mata namun terlihat matanya telah berkaca-kaca. Kedua wanita tangguh itu memang patut diacungi jempol. Pasalnya setelah ayah Bernice meninggalkan keluarga tersebut, mereka tetap mampu merawat Bernice dengan baik. Inilah salah satu bukti konkrit kasih seorang Ibu terhadap anaknya. Meskipun tanpa kehadiran seorang suami dan kondisi anak yang memiliki keterbatasan, ibu Bernice tetap berjuang untuk menghidupi keluarganya dan merawat sang anak dengan penuh kasih. Kasih Ibu memang tiada tara.  Hendaklah kita berbakti dalam setiap kesempatan yang ada. Tiada lagi waktu yang “lebih tepat”, sekaranglah saatnya.


Artikel Terkait

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -