Berbuat Kebaikan dan Berbakti

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

fotoEva Shijie, relawan Tzu Chi memberikan contoh cara menggunting bulu mata yang benar kepada para relawan Tzu Chi Lampung.

Pagi hari yang mendung, tampak di luar rumahku hujan mulai turun secara perlahan. Melihat cuaca yang kurang bersahabat membuat semangatku semakin bertambah untuk meliput kegiatan Bakti Sosial Kesehatan Yayasan Buddha Tzu Chi ke- 80 yang diadakan di Rumah Sakit (RS ) Bhayangkara tingkat IV Polda Lampung, Jl. Pramuka 88, Bandar lampung.

 

Pada pukul 08.00 WIB, para relawan dan tim medis Tzu Chi mulai berkumpul di Bandara International Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta Barat. Dua puluh relawan Tzu Chi yang terdiri dari 6 relawan dan 14 tim medis Tzu Chi mulai mempersiapkan perlengkapan medis yang diperlukan untuk acara baksos kesehatan nanti.

Kami (relawan Tzu Chi dan tim medis) tiba di Bandara Radin Inten Bandar Lampung pada pukul 11.00 WIB dan langsung berangkat menuju Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Tingkat IV Polda Lampung. Di sana telah ramai pasien penderita katarak yang telah lulus dari prosedur screening dan siap untuk dioperasi pada hari itu. Ada sekitar 85 pasien yang siap untuk dioperasi. Satu diantaranya adalah pasangan suami-istri bernama Markus Slamet Darmadi (75) dan Bernada Sutinah ( 70 ). Mereka menderita katarak sejak 3 tahun yang lalu. Dalam proses screening sebelumnya, Markus dan Sutinah diputuskan akan dioperasi pada hari Jumat, 25 November 2011, tetapi karena mata sebelah kiri (yang terkena katarak) Markus tiba-tiba merasa sakit sehingga dirinya tidak bisa mengikuti operasi hari itu. “Hari ini cuma menemani ibu, mata saya yang kiri lagi sakit jadi nggak boleh operasi. Kata dokter tunggu sampai sakitnya hilang baru boleh operasi,” ujar Markus, ayah dari 4 orang anak dan buyut dari 2 cicit ini.  Sutinah juga menambahkan jika dengan adanya kegiatan baksos kesehatan ini dirinya berharap dia dapat melihat dengan baik kembali. ”Kalau lihat kaya ada buram-buramnya, semoga abis operasi bisa lihat lebih jelas,” kata Sutinah berharap.

foto  foto

Keterangan :

  • Para pasien yang ingin mengikuti operasi (katarak dan pterygium) harus melakukan pemeriksaan tekanan darah terlebih dahulu.(kiri).
  • Dengan penuh kasih sayang dan cinta, Arif membasuh wajah sang ayah (kanan).

Memberikan Kesempatan untuk Berbuat Baik
Dalam kegiatan baksos kali ini, para relawan juga berbagi berkah dengan keluarga pasien. Pada saat mencuci kaki pasien, para relawan mengajak para pendamping pasien, baik itu anak, istri, ataupun kerabat terdekat untuk turut berbuat kebajikan. Seperti yang diucapkan oleh Master  Cheng Yen, “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dunia, yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebaikan.” “Bila biasanya para relawan Tzu Chi belajar untuk rendah hati dan melatih welas asih melalui mencuci kaki orangtua mereka sendiri ataupun orangtua lainnya, maka kali ini relawan Tzu Chi ingin agar para pendamping pasien dapat menjadi lebih berbakti kepada orang tua dan pasien sendiri akan menjadi lebih tergugah dan bahagia,” ujar Eva wiyogo, relawan Tzu Chi yang aktif di kegiatan baksos kesehatan ini.

“Kegiatan mencuci kaki sendiri sudah bukan suatu hal yang asing bagi saya, karena biasanya saya selalu mengelap punggung ayah jika sedang mandi,” jelas Arif (25), anak bungsu dari 4 bersaudara. Arif yang bekerja sebagai sales farmasi meminta izin datang siang dan sorenya akan digunakan  Arif untuk bekerja, melobby para dokter. Tanggal 24 November, Arif mengantarkan Madaru Sarief (54), ayahnya untuk mengikuti proses screening Baksos Kesehatan Tzu Chi di RS Bhayangkara Polda Lampung dan pada tanggal 25 untuk mengikuti jadwal operasi katarak. ”Hari ini sebenarnya kerja, tetapi saya sudah minta izin. Saya sebenarnya kerja pada siang dan malam hari, kalau siang hari saya bertugas membuat laporan-laporan dan pada malam harinya saya harus memantain para dokter,” jawab Arif. Arief sendiri merasa sedih melihat Madaru yang harus berjalan dengan sambil meraba–raba dinding. “Saya  tidak tega melihat bapak di malam hari harus meraba-raba sekitarnya untuk berjalan. Ini karena katarak di matanya  yang membuat penglihatannya semakin hari makin buruk,” ujar Arif yang tinggal di Jalan Tamin, Bandar Lampung.   

foto  foto

Keterangan :

  • Sutinah yang ditemani oleh Markus, suaminya Saat menunggu panggilan untuk masuk ruang operasi. Keduanya mengalam katarak di matanya.(kiri).
  • Arif yang sedang mencucikan kaki Madaru, ayahnya, sebelum menjalani operasik Katarak. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan rasa bakti anak kepada orangtua. (kanan).

Selagi masih ada kesempatan.
Pada usia mudanya, Madaru  merupakan seorang supir truk tangki yang mengantarkan bensin setiap harinya. “Semenjak masih bujang ayah mengemudi mobil untuk mendistribusikan bensin ke beberapa pos bensin, hingga tahun sekitar 2006 atau 2007  dimana ayah mulai mengalami gangguan penglihatan dan akhirnya harus berhenti dari pekerjaannya,” jelas Arif. Pada bulan Desember 2006, Arif yang merasa khawatir dengan kondisi ayahnya membawa Madaru untuk melakukan pemeriksaan mata ke Rumah Sakit Mata Permana Sari, Jl. Hos Cokroaminoto no. 87. “ Kata dokter di sana, Bapak kataraknya belum bisa diangkat karena belum matang,” terang Arif.

Pada saat mengunjungi salah satu dokter di Apotik Florence, Jalan Yos Sudarso, Bumi waras Teluk Betung, Bandar lampung pada bulan Oktober lalu, Arif  mendapat informasi mengenai adanya baksos kesehatan untuk penyakit katarak  dari seorang temannya yang bernama Li Mei, seorang pemilik Apotik Florence. Dengan berbekal info tersebut, Arif langsung menghampiri Tzu Chi kantor penghubung Lampung untuk mendaftarkan ayahnya. Setelah mendaftarkan ayahnya, Madaru mendapat jadwal operasi pada hari jumat.  Ketika akan melakukan operasi, Madaru harus mencuci kakinya dan sebagai tanda bakti maka Arif yang mencucikan kaki Madaru.“ Saya pikir waktu kita di dunia tidak banyak. Kalau masih dikasih kesempatan, ya kenapa nggak,” ujar Arif. 


Artikel Terkait

Bumiku Rumahku

Bumiku Rumahku

25 Agustus 2020

Minggu, 23 Agustus 2020 kelas budi pekerti dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom dari rumah masing-masing, dengan menggabungkan dua kelas, Qin Zi Ban kecil dan Qin Zi Ban besar yang dihadiri oleh 61 partisipan termasuk para duifu mama dan moderator.

Bergandengan Tangan Melestarikan Bumi

Bergandengan Tangan Melestarikan Bumi

19 Juli 2012 Pada Tanggal 15 Juli 2012. Cuaca yang mendung tidak mematahkan semangat para Tzu Ching Batam untuk melakukan kegiatan pelestarian lingkungan dengan tema “Pelestarian Lingkunga Bagai Mentari Tak Terbenam”. Estafet cinta kasih bagi bumi kita yang diadakan serentak pada hari ini oleh Tzu Ching sedunia dalam tempat dan jam yang berbeda.
Memegang Erat Kesempatan Berbakti Pada Orang Tua

Memegang Erat Kesempatan Berbakti Pada Orang Tua

12 Agustus 2014 Dengan mengambil tema Don’t Be Afraid to Dream, para penerima beasiswa karier yang merupakan putra-putri daerah ini diajak untuk bersama-sama berani bermimpi juga berani mewujudkan mimpinya. Selain itu mereka juga diberikan pemahaman mengenai budaya humanis Tzu Chi dan bakti pada orangtua.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -