Berbuka Puasa Bersama Santri Pondok Pesantren Ibnu Taimiyah

Jurnalis : Acin KP (Tzu Chi Singkawang), Fotografer : David Lee (Tzu Chi Singkawang)
 
 

foto
Relawan Tzu Chi membagikan paket lebaran usai acara berbuka bersama santri pondok pesantren Ibnu Taimiyah di Desa Sedau Kecamatan Singkawang Selatan Kota Singkawang pada tanggal 28 Juli 2013.

Pada bulan Ramadhan ini, insan Tzu Chi Singkawang menyelenggarakan buka puasa bersama di  Pondok Pesantren Ibnu Taimiyah di Desa Sedau Kecamatan Singkawang Selatan Kota Singkawang pada tanggal 28 Juli 2013. Pondok pesantren yang didirikan oleh Bapak H. Ahmad Hambali ini meliputi panti asuhan dan sekolah Tzanawiyah (setingkat SMP) dan Aliyah (setingkat SMA).

 

Acara buka bersama diselenggarakan bersama anak-anak panti asuhan yang berjumlah 51 orang anak dan 10 orang pengasuh panti.  Sementara relawan Tzu Chi yang hadir sebanyak 25 orang terdiri relawan Biru Putih, Abu Putih, Tzu Ching, Tzu Shao,  serta relawan rompi.

Pimpinan pondok pesantren menyambut baik kunjungan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Singkawang. “Ini merupakan wujud  dari sikap saling kenal-mengenal, saling menghargai atas perbedaan, dan kesadaran sebagai satu keluarga yang sama-sama hidup di bumi yang satu,” ucap Ustadz Ismail Abdur Rahman selaku wakil pimpinan pondok pesantren. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan sajian berupa makanan vegetarian, bingkisan berupa beras kepada panti asuhan dan cindera mata kepada para santri.

Setelah sambutan tuan rumah acara dilanjutkan dengan pengenalan Tzu Chi yang disampaikan oleh Bambang Mulyantono Shixiong. “Prinsip organisasi Tzu Chi adalah mengajak semua orang untuk peduli dan melakukan kebajikan. Membantu yang kurang mampu, menginspirasi yang mampu dan membangkitkan cinta kasih dari orang yang dibantu. Prinsip ini diterapkan kepada siapa saja tanpa membedakan agama, suku, bangsa, ras dan lintas Negara,” ujarnya.

Acara selanjutnya persembahan isyarat tangan dari  Tzu Shao berjudul ‘Senyuman Terindah’. Para santri menyimak isyarat tangan tersebut dengan terpesona dan penuh suka cita. Untuk itu oleh pemandu acara, Dedi dari Tzu Ching, menawarkan kepada para santri apakah mereka ingin belajar isyarat tangan? Ternyata mereka  serentak menjawab mau. Maka sesi berikutnya adalah belajar isyarat tangan yang dipandu oleh Tzu Ching dengan judul ‘Satu Keluarga.’ Awalnya Tzu Ching memeragakan isyarat tangan ‘Satu Keluarga’  dengan menayangkan video isyarat tangan yang diperagakan oleh para santri dari Pondok Pesantren Nurul Iman Parung – Bogor yang dibuat oleh DAAI TV.

foto   foto

Keterangan :

  • Tzu Ching mengajak para santri untuk bermain bersama dalam 'estafet kata' dengan menggunakan kata perenungan Master Cheng Yen (kiri).
  • Para santri satu per satu mengatur barisan dengan rapi untuk menerima makanan dari para relawan Tzu Chi (kanan).

Setelah itu diajarkan isyarat demi isyarat dengan tanpa iringan musik. Para santri putra maupun putri mengikuti gerakan dengan antusias. Sehingga dalam waktu yang singkat, mereka lancar mengikuti gerakan. Setelah itu secara bersama-sama memeragakan isyarat tangan ‘Satu Keluarga’ antara santri Ibnu Taimiyah, Tzu Ching dan santri Nurul Iman Parung di dalam video.

Kegembiraan para santri bersama Tzu Ching berlanjut dengan permainan ‘estafet kata.’ Seluruh santri dibagi dalam lima kelompok yang masing-masing kelompok didampingi Tzu Ching sebagai mentor. Mentor inilah yang membisikkan kalimat yang dikutip dari ‘Kata Perenungan Master Cheng Yen’ kepada satu orang di barisan pertama, selanjutnya orang dibarisan pertama tadi membisikkan kepada orang kedua, orang kedua kepada orang ketiga dan seterusnya. Selanjutnya orang terakhir menyampaikan kepada mentor, biasanya kalimat atau susunan kalimatnya sudah banyak berubah, nah yang paling mendekati kalimat aslinya adalah yang menjadi pemenang. Nilai dari permainan ini, antara lain; jangan percaya gosip karena gosip belum tentu benar. Jangan cepat mengambil keputusan apabila hanya menerima informasi sepenggal, dan jadilah pendengar yang baik.

Saat berbuka sudah hampir tiba, permainan segera diakhiri, para santri berbaris rapi mengantri mengambil gelas berisi hidangan ringan pembuka puasa, setelah itu duduk kembali. Salah seorang pengasuh memimpin doa berbuka puasa. Tzu Ching melayani mereka dengan senang hati.

Puasa hari itu telah dibatalkan, para santri bergegas menjalankan sholat Maghrib berjamaah di masjid terdekat, masih dalam lingkungan komplek pondok pesantren. Setelah itu kembali ke ruang pertemuan untuk menyantap hidangan vegetarian. Sebagai penutup acara diserahkan bingkisan kepada panti asuhan maupun kepada para santri satu per satu. 

  
 

Artikel Terkait

Mendidik yang Mampu, Membantu yang Kurang Mampu

Mendidik yang Mampu, Membantu yang Kurang Mampu

10 September 2013 Tujuan akhirnya adalah menyebarkan benih cinta kasih di dalam diri setiap orang, menyucikan hati manusia, dengan demikian maka kehidupan akan menjadi harmonis, aman, dan damai serta terhindar dari bencana.
Kamp Pelatihan Komite 2024: Bekal dalam Mengarungi Perjalanan Panjang Nan Bermakna

Kamp Pelatihan Komite 2024: Bekal dalam Mengarungi Perjalanan Panjang Nan Bermakna

09 Maret 2024

Pembahasan tentang Sepuluh Pedoman Hati yang disampaikan Hendry Chayadi membuka Pelatihan Relawan Komite dan Abu Putih Logo di Tzu Chi Center, PIK, pada 9-10 Maret 2024.

Suara Kasih: Berbakti dan Berbuat Baik dengan Hati Penuh Syukur

Suara Kasih: Berbakti dan Berbuat Baik dengan Hati Penuh Syukur

08 Mei 2013 Demikianlah kondisi hidup warga setempat. Di tengah penyaluran bantuan, insan Tzu Chi melihat kondisi hidup warga setempat. Insan Tzu Chi merasa tak tega.
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -