Berlutut di Kaki Orang Tua Bagaikan Anak Kambing Menyusu Pada Induknya

Jurnalis : Rudy Darwin (He Qi Utara), Fotografer : Lydia (He Qi Utara)

Hari Ibu Surya Pemandu

Berlutut bagaikan anak kambing yang menyusu pada induknya, anak-anak Sekolah Dasar Surya Pemandu membasuh kaki orang tua sebagai wujud bakti mereka.

Asalkan ada kemauan, maka pasti akan ada jalan. Kalimat ini cocok disandingkan dengan kegiatan basuh kaki di Sekolah Surya Pemandu, Kavling Polri, Jelambar, Jakarta Barat. Kegiatan yang diadakan pada 28 Februari 2015 ini dapat terlaksana dengan baik meski berulang kali tertunda. Awalnya, kegiatan ini direncanakan pada bulan Desember 2014 untuk memperingati hari Ibu namun tidak terlaksana karena para relawan komunitas He Qi Utara dan Hu Ai Jelambar disibukkan dengan kegiatan lain. Perencanaan kedua yang jatuh pada tanggal 14 Februari 2015 kembali tertunda akibat banjir yang melanda wilayah Jakarta awal tahun ini. Akhirnya, kegiatan ini dapat terlaksana pada tanggal 28 Februari sekaligus dengan penuangan celengan bambu.

Kegiatan yang dikhususkan untuk anak Sekolah Dasar ini mengambil tema “Bersyukur Atas Kasih Orang Tua” dan dihadiri 20 keluarga.  Para relawan Tzu Chi Hu Ai Jelambar telah menyiapkan keperluan acara ini sejak dini. Sehari sebelumnya, para relawan dibantu pihak sekolah menyiapkan lokasi kegiatan dan perlengkapan yang dibutuhkan selama acara. Hal ini untuk memastikan kegiatan saat hari-H dapat berjalan dengan baik.

Acara dimulai dengan sambutan dari Kepala Sekolah Surya Pemandu, Ibu Surya. Ibu Surya mengapresiasi kehadiran para orang tua dan relawan. Selain itu, Ibu Surya dalam kesempatan ini juga mendoakan segenap hadirin yang hadir. “Gong Xi Fa Cai, Wan Shi Ru Yi, Shen Ti Jian Kang (Semoga rejeki berlimpah, segala urusan berjalan lancar, dan dianugerahi kesehatan),” ujar Ibu Surya.

Hari Ibu Surya Pemandu

Tak sedikit orang tua yang terharu menyaksikan video tentang cinta kasih tanpa pamrih dari orang tua kepada anaknya.

Acara dilanjutkan dengan ice breaking. Cheng Jing, koordinator sekaligus pembawa acara mengurai kekakuan suasana melalui permainan antara orang tua dan anak dengan menggunakan lagu Shuo Hao Hua Fa Hao Yuan (Bertutur kata dan bertekad yang baik). Peserta tertawa lepas dengan permainan ini dan suasana keakraban langsung tercipta.

Para peserta kemudian diajak mengambil inspirasi dari tayangan video yang berjudul Gui Yang Tu (Lukisan Kambing Bersujud). Video ini menceritakan anak kambing saat menyusu pada induknya dan mengambil posisi bersujud. Melalui tayangan ini, para hadirin diajak untuk ikut belajar dari kondisi ini sebagai wujud hormat kepada orang tua. Suasana haru mulai terbentuk dari penayangan video ini. Suara isak mulai terdengar karena arti lagu ini yang sangat mengena dengan tema hari ini.

Anak-anak kemudian dipersilakan meninggalkan ruangan, kemudian para orang tua murid diajak menyaksikan dua tayangan singkat tentang kasih orangtua. Video pertama yang merupakan iklan dari Singapura yang menceritakan bahwa apa yang dilakukan generasi sebelumnya akan ditiru oleh generasi mendatang. Oleh karena itu, sudah semestinya para orang tua juga memberikan contoh yang baik.

Sedangkan video kedua merupakan adaptasi dari kisah nyata di Taiwan. Kisah ini menceritakan mengenai kasih orang tua yang tanpa pamrih. Video ini bercerita tentang seorang oma yang  berpergian melewati tiga negara, selama 3 hari dari Taiwan menuju Venezuela untuk membawakan obat herbal bagi putrinya yang baru melahirkan. Beberapa peserta terharu dan menitikkan air mata saat menyaksikan video ini.

Hari Ibu Surya Pemandu

Anak-anak memeluk, berterima kasih, sekaligus meminta maaf kepada para orang tuanya.

Anak-anak kemudian dipersilakan masuk kembali dengan membawakan teh untuk disuguhkan kepada orang tua mereka. Relawan Tzu Chi sigap mendampingi setiap kelompok dengan membantu mengarahkan. Puncak kegiatan terjadi saat anak-anak berlutut di depan orangtua dan mulai membasuh kaki orang tua. Beberapa orang tua terlihat canggung dengan kegiatan ini tetapi ada juga orang tua yang menangis melihat anak mereka berlutut membasuh kaki mereka. Setelah pelan-pelan membasuh kaki dan melap kering kaki orangtua, anak-anak kemudian berdiri dan memeluk orangtua mereka seraya mengucapkan “Saya sayang papa dan mama.” Senyum bahagia dan tangis haru mengalir dari para papa dan mama.

Usai prosesi, Cheng Jing mengajak para orang tua untuk sharing mengenai kegiatan ini. Beberapa orangtua murid menyatakan senang dengan kegiatan ini dan berharap anak-anak mereka dapat tumbuh menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua. Salah satunya adalah Ibu Lie Sian yang datang bersama putrinya Jennie Jane, siswi kelas 6 SD. Ibu Lie San dengan terharu mengatakan, “Saya bahagia sekali anak saya mempunyai kesempatan mencuci kaki saya. Tapi di sisi lain, saya menangis karena saya tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan hal yang sama kepada orang tua saya yang telah tiada.” Ucapan Lie San ini mengingatkan kita pada Kata Perenungan Master Cheng Yen bahwa berbakti pada orangtua janganlah ditunda, saat orang tua kita masih ada, genggamlah saat ini untuk membahagiakan mereka.

Hari Ibu Surya Pemandu

Suasana haru dan kebahagiaan menyatu, dirasakan oleh para orang tua murid yang hadir dalam prosesi basuh kaki.

Para relawan Tzu Chi juga menyiapkan bingkisan untuk anak-anak sekolah yang berisi Buletin Tzu Chi, buku 108 Kata Perenungan, dan tanda terima kasih celengan bambu. Selain itu, juga terdapat coklat dalam bentuk koin emas, permen, dan jelly. Cheng Jing menjelaskan bahwa coklat melambangkan kasih sayang dalam hal ini kasih sayang orang tua sedangkan kemasan emas sebagai tanda suasana Imlek yang mendoakan agar semuanya sehat dan bahagia. Lebih lanjut, permen dimaksudkan agar anak-anak selalu mengucapkan hal yang manis (baik) dan jelly yang lembut melambangkan sikap yang lemah lembut saat berinteraksi dengan sesama. Semuanya adalah bentuk doa dari para relawan Tzu Chi untuk anak-anak.

Hari Ibu Surya Pemandu

Tak ketinggalan, para murid menuangkan celengan bambu mereka. Kesediaan untuk bersumbangsih memang harus ditanamkan sejak dini.

Tak sampai di situ, relawan Tzu Chi juga menyediakan paket buku cerita dari serial Master Cheng Yen Bercerita dan koleksi buku Kata Perenungan untuk diletakkan di perpustakaan. Semuanya dengan harapan agar ajaran baik dari Master Cheng Yen dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk mewujudkan masyarakat yang positif dan bebas dari bencana.

Ibu Putri selaku perwakilan dari sekolah menerima bingkisan buku dari Nancy sambil menutup kegiatan ini dengan mengucapkan terima kasih kepada relawan Tzu Chi, orang tua, dan anak-anak yang hadir. Sebelum pulang, relawan mengajak semua hadirin untuk sama-sama berdoa, mendoakan masyarakat yang tenang, sejahtera, dan terbebas dari bencana.


Artikel Terkait

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -