Bersama DAAI TV, Menyebarkan Kebajikan ke Seluruh Indonesia

Jurnalis : Fammy Kosasih (He QI Timur), Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto, Teksan Luis (He Qi Utara)

Selama 3 hari lamanya, Kamp Humanis DAAI TV diadakan. Sebanyak 200 orang turut berpartispasi dalam kegiatan ini

DAAI TV Indonesia mengadakan Kamp Budaya Humanis DAAI TV yang berlangsung selama tiga hari, yakni dari tanggal 6 hingga 8 Maret 2015 di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Acara ini bertujuan mengajak para karyawan untuk menyamakan persepsi, mengenal visi dan misi perusahaan sekaligus menambah keakraban lintas divisi. Adapun pada sesi penutup, tanggal 8 Maret 2015, acara diisi dengan sharing dari para karyawan DAAI TV yang telah bersumbangsih selama 1 dasawarsa. Mereka ialah Widodo dan Dyatmika Wulan M.

Widodo : Bekerja Sambil Bersumbangsih

Pada tahun 1999, ketika masih berstatus mahasiswa, Widodo secara tidak sengaja berkenalan dengan Tzu Chi. Saat itu, ia berpartisipasi dalam kegiatan survei anak asuh Tzu Chi di Pati, Jawa Tengah. Karena jadwal perkuliahan yang tidak terlalu padat, maka Widodo mengikuti kegiatan Tzu Chi dengan sukacita dan tidak terbebani.

Tahun 2003, Widodo lulus dan diterima bekerja di PT Sinar Mas. Saat itu, ia diminta untuk membantu kegiatan Tzu Chi di Indonesia. Ia kemudian berperan sebagai relawan 3 in 1 (dokumentasi) Tzu Chi. Setelah bekerja beberapa saat, ia berangkat ke Taiwan selama 1,5  bulan untuk mengenal lebih dalam mengenai DAAI TV. Hal itu karena pada masa itu, Tzu Chi Indonesia berencana membangun DAAI TV.  Selama belajar, Widodo sebagai generasi pertama merasa pesimis karena dirinya kurang mengerti tentang dunia jurnalistik pertelevisian. Selain itu, dia juga merasa dunia jurnalistik pertelevisian adalah dunia yang mahal, baik dari segi peralatan, teknis, dan pendukung-pendukungnya.

Tetapi semua keraguan dan kekhawatiran Widodo perlahan sirna. DAAI TV yang dulunya hanya sebuah stasiun televisi kecil yang menumpang di salah satu gerai di Gedung ITC Mangga Dua, kini telah berkembang menjadi sebuah stasiun televisi besar yang memiliki studio sendiri dan berkapasitas besar. Awalnya karyawan DAAI TV terdiri daro 5 orang lalu bertambah sekitar 20 orang. Kini jumlah karyawan DAAI TV Indonesia lebih dari 200 orang dan memiliki ruang studio yang memadai.

Widodo (kiri) merasa Kamp selama tiga hari ini cukup bermanfaat, seperti me-recharge diri sendiri akan filosofi-filosofi DAAI TV.

Saat ini Widodo dipercaya sebagai produser eksekutif untuk program-program current affair dan magazine (majalah) di DAAI TV seperti program Halo Indonesia, DAAI Mandarin, Asia Kirana dan Buletin Internasional. Widodo juga menuturkan ada masa-masa saat kejenuhan singgah menghampirinya. Tapi ia punya tips mengatasinya. Saat merasa jenuh, ia memilih pergi liputan karena saat ia ke lapangan ia merasa dirinya di-charge kembali. Selain itu, ia dapat bertemu orang baru, suasana baru, dan kisah baru, sehingga kejenuhan yang dirasakannya dapat perlahan hilang.

Widodo juga menerangkan jika media DAAI TV menayangkan sebuah tayangan secara humanis. Setiap tayangan yang akan disajikan ke masyarakat akan melalui quality control untuk  memeriksa dampak jangka panjang yang akan dirasakan oleh masyarakat.

Bagi Widodo, kamp selama tiga hari tersebut cukup bagus karena bisa berkumpul bersama teman-teman seprofesinya selama 3 hari. “Acaranya bagus. Acara sekarang lebih baik dari sebelumnya. Saya melihat pengemasan acaranya lebih oke sehingga teman teman lebih enjoy menikmati acara yang sudah disusun,” ujar ayah satu anak ini.

Lebih lanjut ia menambahkan jika acara seperti ini hendaknya diadakan secara berkala. ”Tidak hanya karyawan baru yang perlu tetapi karyawan yang lama juga perlu di-charge. Sehingga ke depan lebih baik,” terang Widodo.

Widodo berpesan kepada para karyawan yang baru bergabung untuk terus mengemban misi menyebar nilai-nilai kebajikan. “Perlu dipahami oleh teman-teman di DAAI TV bahwa kita bukan cuma kerja tapi juga bisa bermanfat untuk orang lain, karena tayangan kita bukan untuk menumbuhkan kebencian tapi sebaliknya. Jadi saya pikir itu yang harus teman-teman pahami,” pungkasnya.

Dyatmika Wulan M. : Bangga Menjadi Seorang Penyebar Nilai Kebaikan

Dyatmika mengingat bahwa media saat lampau belum ada yang benar-benar memberikan manfaat baik dan positif untuk masyarakat. Hingga tahun 2005, wanita yang akrab disapa Mika  bergabung dengan DAAI TV. Ia kemudian bekerja sebagai reporter di DAAI TV.

“Ketika masih menjadi reporter saya bertemu banyak orang yang memberi hikmah dan rata-rata liputan kita  berhubungan dengan budaya humanis yang juga memberikan pelajaran pada diri saya sendiri,” cerita Mika.

Lebih lanjut, Mika menuturkan bahwa seiring ia mendalami pekerjaannya, semakin pula ia menyadari bahwa DAAI TV memberikan manfaat yang baik untuk masyarakat dan hal itu belum dilakukan oleh media penyiaran lain. “Saya suka dengan ideologi DAAI TV dan visi dan misi Master Cheng Yen. Bagaimana beliau menciptakan DAAI TV untuk menjernihkan hati manusia. Pada saat bergabung, saya merasa saya harus menjadi bagian dari gerakan ini,” jelas Mika.

Mika (memegang kipas) merasa senang karena di acara Kamp Budaya Humanis DAAI TV sudah ada beberapa teman-teman junior yang sudah bisa mewarisi nilai-nilai DAAI TV atau filosofi Tzu Chi.

Seiring berjalannya waktu, Mika yang awalnya hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mulai menyadari bahwa DAAI TV, tempatnya bekerja juga merupakan tempat berbuat baik melalui sumbangsih penayangan kisah-kisah inspiratif untuk masyarakat umum. “Saya rasa itu dua hal yang bisa dilakukan bersamaan di DAAI TV dan itu salah satu hal yang membuat saya bertahan (hingga sekarang) di DAAI,” ucap Mika dengan pasti.

Dalam Kamp Budaya Humanis Tzu Chi, Mika menuturkan dirinya senang karena sejak awal Manajemen DAAI TV selalu ingin membuat sebuah format agar budaya humanis DAAI TV bisa diterima dan dipahami oleh  rekan-rekan yang baru. Melalui Kamp Budaya Humanis DAAI TV yang kedua ini, manajemen sudah mulai merangkul teman-teman, bukan lagi menuntut. Mengajak rekan-rekan mengenal inti filososofi DAAI TV, bukan peraturannya.

“Di kamp ini, dibilang capek ya capek. Tapi buat saya happy sih karena dengan acara ini banyak teman-teman baru yang mulai paham filosofinya dan saya melihat ada beberapa teman-teman junior yang sudah bisa mewarisi nilai-nilai DAAI TV atau filosofi Tzu Chi,” ungkap Mika.

“Kita kan ga selamanya ada di DAAI TV.  Nanti kalau sudah usia lanjut, rasanya senang bisa melihat ada banyak bibit-bibit baru dan saya harap mereka bisa melanjutkan perjuangan kita yang senior ini dalam membangun DAAI dalam menyebarkan kebajikan-kebajikan ke Indonesia. Pesan saya banggalah menjadi seorang penyebar kebaikan,” tambahnya.


Artikel Terkait

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -