Bersiap Dilantik oleh Master Cheng Yen

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Hendry Chayadi memberikan materi tentang Makna Tisarana (tiga perlindungan) di hadapan para relawan calon komite dalam kegiatan Briefing Persiapan Pelatihan Pelantikan Komite, yang dilaksanakan di Guo Yi Ting Lantai 2 Aula Jing Si, Minggu 29 Oktober 2023.

Sebelum dilantik menjadi relawan Komite Tzu Chi oleh Master Cheng Yen di Hualien Taiwan, akhir bulan November yang akan datang, para relawan calon komite (Cakom) dari Indonesia (yang terdiri dari relawan dari Jakarta, Tengerang, Medan, Pekanbaru, dan Batam) ikut dalam Briefing Persiapan Pelatihan Pelantikan Komite, kemarin, Minggu 29 Oktober 2023.

Briefing ini bertujuan untuk membekali para relawan agar ketika mereka berangkat ke Taiwan dan ikut dalam kamp lalu dilantik menjadi relawan komite, mereka sudah benar-benar mantap dan paham apa yang harus dilakukan saat di sana. Ada materi tentang pemahaman makna dari Tisarana (tiga perlindungan), ada pula materi tentang do and don’t serta tatakrama budaya humanis dan tatakrama kebaktian. Semua materi ini dikupas tuntas sehingga relawan calon komite ini seperti diingatkan kembali apa itu landasan Tzu Chi.

Para relawan calon komite mencatat setiap poin penting yang diberikan oleh para pembicara. Nantinya ada 70 relawan Tzu Chi Indonesia yang akan dilantik menjadi relawan komite pada akhir bulan November 2023.

Sufei Tan, tim He Xin Training Tzu Chi Indonesia turut bersukacita bahwa banyak benih yang tumbuh di Indonesia. Diharapkan benih ini bisa menjadi perpanjangan kaki dan tangan Master Cheng Yen dalam membagikan cinta kasih universal pada sesama.

“Materi pemahaman makna dari Tisarana ini dipilih supaya relawan yang akan dilantik ini semakin mantap dan paham bahwa untuk menjadi murid Master Cheng Yen itu harus tahu berbagai hal ini sehingga ketika mereka sudah dikukuhkan mereka bisa menjalankan misi Tzu Chi, menjadi perpanjangan tangan dan kaki Master Cheng Yen dengan benar-benar mantap, sudah tidak goyah lagi,” jelas Sufei Tan, tim He Xin Training Tzu Chi Indonesia.

Materi yang tak kalah penting, yakni do and don’t serta tatakrama pun kembali diulang agar relawan yang nantinya menjadi perwajahan dari Tzu Chi Indonesia pun tak lupa bahwa landasan Visi Misi Tzu Chi adalah keindahan dan keharmonisan kelompok. “Sehingga ketika kita sampai di Taiwan, kita turut bisa menciptakan keindahan dalam berkelompok, keharmonisan. Kan Tzu Chi terkenal dengan keteraturan juga ketertibannya. Itu semua tidak lepas dari sama-sama menjalankan kesepakatan untuk berbudaya humanis yang benar,” lengkap Sufei Tan.

Pada briefing ini pun dilengkapi berbagai praktik langsung tentang tatakrama yang harus dilakukan selama kamp pelantikan komite nanti dilaksanakan seperti tatakrama kebaktian.

Pada briefing ini pun dilengkapi berbagai praktik langsung tentang tatakrama yang harus dilakukan selama kamp pelantikan komite nanti dilaksanakan. Eddyana Dewatiningrum, salah satu peserta briefing terlihat begitu seksama dan sungguh-sungguh menyimak semua materi termasuk ikut praktik tatakramanya.

“Saya sangat bersukacita, senang, dan bersyukur juga karena hari ini tiba juga,” ungkap Eddyana berbinar. Saking sukacitanya, relawan yang bergabung dengan Tzu Chi sejak tahun 2016 ini turut berlatih Namaskara walaupun geraknya agak terhambat. “Selama masih ada kekuatan, masih bisa juga, ya ikuti semua prosesnya dong,” tuturnya dengan suara lembut keibuan.

Eddyana adalah relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Tangerang yang aktif dan bertugas sebagai fungsionaris misi amal. Jodohnya bersama Tzu Chi dimulai ketika ia mencari bantuan untuk tetangga yang kesulitan mencari pengobatan untuk operasi katarak. Saat itulah ia mengajaknya ke Tzu Chi untuk ikut dalam bakti sosial kesehatan. “Habis itu saya ditawari untuk ikut kegiatan. Nah, karena saya memang dasarnya suka kegiatan sosial, ya saya ikut. Ternyata sangat cocok,” ucap pensiunan PNS ini.

Eddyana Dewatiningrum (berhijab), salah satu peserta briefing terlihat begitu seksama dan sungguh-sungguh menyimak semua materi termasuk ikut praktik semua tatakramanya.

Sepanjang perjalanannya di Tzu Chi, Eddyana mengerti dan memahami bahwa Master Cheng Yen memiliki hati welas asih yang begitu nyata. Itu yang membuatnya terharu dan teguh di Tzu Chi, bahwa apa yang Master Cheng Yen ucapkan sejalan dengan apa yang Master Cheng Yen praktikkan dan murid-muridnya praktikkan.

“Yang pasti di sini betul-betul terasa sangat universal,” kata Eddyana yang tidak keberatan menjadi relawan Tzu Chi walaupun beragama Islam. “Kata Master Cheng Yen kan tidak ada waktu lagi. Pokoknya waktu yang kita punya ini sudah sempit. Dalam waktu yang terbatas ini ya harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, apalagi saya sudah tua ya. Insyaallah kalau ikhlas, pasti tidak ada kendala. Pasti tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa dilakukan. Sudah diniatin, saya senang, saya juga bahagia karena bisa bermanfaat,” katanya sukacita.

Eddyana berharap semua teman-teman relawan yang nanti akan dilantik menjadi komite mempunyai hati yang semakin tulus sehingga bisa melakukan segala sesuatu tampa pamrih, ia pun berdoa agar tekadnya sendiri tidak pernah pudar. “Tetap berkegiatan dengan sepenuh hati, bersungguh hati karena Master Cheng Yen berpesan kalau kita harus sepenuh hati dengan hati tulus membantu sesama,” ucapnya.

Para peserta briefing memberikan apresiasi berupa tepuk tangan untuk relawan yang bersedia maju ke depan dan mempraktikkan melipat kasur dan selimut di Aula Jing Si sesuai dengan budaya humanis.

Harapan Eddyana sejalan dengan tim He Xin training dimana mereka ingin para relawan yang akan dilantik bisa benar-benar membawa satu tekad yang kokoh dan setelah kembali dari pelantikan bisa semakin bersemangat dalam menjalankan visi Tzu Chi, menyebarkan cinta kasih dan bisa mengajak lebih banyak orang untuk masuk ke dalam barisan Tzu Chi.

“Dengan semakin banyaknya relawan yang bergabung, kekuatan kita semakin besar, orang yang kita bantu juga tentu semakin banyak dan luas. Makanya kita berharap komite yang dilantik benar-benar murid Master Cheng Yen yang sangat teguh ikrarnya dan sangat kokoh langkahnya di Jalan Bodhisatwa,” pesan Sufei Tan.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun : Inspirasi dan Perubahan Diri

Pemberkahan Akhir Tahun : Inspirasi dan Perubahan Diri

02 Februari 2015

Pada hari ke-2,  1 Februari 2015, walaupun cuaca hujan deras hampir sepanjang hari, acara pemberkahan yang diadakan sebanyak dua sesi ini dihadiri sebanyak 2500 pengunjung.

Pemberkahan Akhir Tahun: Pembabaran Dharma Melalui Pameran  Jing Si

Pemberkahan Akhir Tahun: Pembabaran Dharma Melalui Pameran Jing Si

02 Februari 2015 Yayasan Buddha Tzu Chi kembali mengelar acara Sui Mo Zu Fu (pemberkahan Akhir Tahun 2014) selama 2 hari berturut-turut dimulai dari 31 Januari 2015 sampai dengan 1 Februari 2015. Salah satu bagian dari acara tersebut adalah Pameran Jing Si yang dilaksanakan di Aula Jing Si, Lt. 1 (Xi She Ting), Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Pemberkahan Akhir Tahun : Semangat dalam Keterbatasan

Pemberkahan Akhir Tahun : Semangat dalam Keterbatasan

03 Februari 2015

Pada saat menjalani pengobatan di Taiwan, ia juga berkesempatan untuk bertemu dengan Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi dan beliau berpesan kepada Sofyan bahwa “Walaupun mata Sofyan gelap, namun hati Sofyan harus tetap terang”.

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -