Bersumbangsih dengan Sukacita dan Menghimpun Berkah

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur) , Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur), James (He Qi Barat 2)
Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia percaya, selama 2 hari ini para relawan mendapat pelajaran yang cukup berharga yang bisa dbawa pulang ke kota masing-masing serta mengajak insan Tzu Chi lebih bersemangat lagi, lebih giat lagi, saling mendukung, saling menjadi mitra bajik bagi satu sama lain.

Sudah hampir dua tahun lebih, insan Tzu Chi Indonesia tidak kembali ke Tzu Chi Center yang terletak di Pantai Indah Kapuk. Liu Su Mei selaku Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sangat menyambut baik insan Tzu Chi datang kembali ke Tzu Chi Center, rumah insan Tzu Chi. Walau disebabkan pandemi yang menyebabkan adanya jarak pemisah, namun Liu Su Mei sangat berterima kasih dan bersyukur kepada para insan Tzu Chi masih tetap menjalankan tanggung jawab di masing-masing kota dan menjalankan Jalan Boddhisatwa.

“Selama 2 tahun pandemi, kita melihat banyak sekali ketidakkekalan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mengenggam kesempatan waktu yang ada. Saya percaya, selama 2 hari shixiong shijie pasti mendapat pelajaran yang cukup berharga yang bisa shixiong shijie bawa pulang ke kota masing-masing. Kita lebih bersemangat lagi, lebih giat lagi, dan saling mendukung, di antara shixiong shijie, kita hendaknya saling menjadi mitra bajik bagi satu sama lain,” jelas Liu Su Mei kepada 107 peserta pada 15-16 Oktober 2022 di Xi She Ting, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk.

Peserta training kali ini adalah peserta yang berasal dari kota Bandung, Sukabumi, Jambi, Lampung, Makassar dan Palembang, adalah kota di mana kondisi relawan Tzu Chi baru berkembang, sehingga mereka membutuhkan support lebih dari kota Jakarta.

Tzu Chi adalah ladang pelatihan. Di antara manusia, tentu saja terdapat gesekan, tetapi hendaknya kita saling berlapang dada, dan saling penuh pengertian. Di Tzu Chi, kita juga belajar untuk selalu bersyukur, menghormati dan mengasihi. “Bagi orang-orang di luar penerima bantuan, kita sangat lebih mudah untuk melakukannya, tetapi bagi orang-orang yang di sekitar kita, di keluarga kita dan shixiong shijie kita semua, sesungguhnya seharusnya kita lebih bisa lagi untuk mewujudkan hal ini.” imbuh Liu Su Mei dalam pelatihan relawan Abu Putih Luar Kota ini.

Dalam Training Relawan Tzu Chi, peserta luar kota dibekali dengan materi mengenai Filosofi Tzu Chi, Kemandirian Master Cheng Yen dalam Touring Tzu Chi Center, PIK.

Setiap kota pastilah memiliki kondisi yang berbeda-beda. Ada kota yang sudah memiliki kantor Tzu Chi, dan ada pula yang belum. Namun semua ini, sesungguhnya selalu dimulai dari sebutir benih. Sebutir benih dapat tumbuh menjadi pohon dan seterusnya. “Jadi shixiong shijie semua, kita janganlah memandang remeh diri sendiri, kita semua adalah benih-benih Tzu Chi. Asalkan kita memiliki hati dan keteguhan, benih ini pastilah akan berkembang dengan baik.” terang Liu Su Mei lebih lanjut.

Demikian pula, insan Tzu Chi di Jakarta juga dimulai dari benih yang kecil, melalui kerjasama yang harmonis dan kesatuan hati semua orang, sehingga dapat merealisasikan 4 misi Tzu Chi secara lengkap di Jakarta.

“Bila ada kesulitan, ataupun sesuatu yang butuh kita berpikir bersama, tentunya shixiong shijie bisa menghubungi para pembimbing kita yang di Jakarta, kita akan dengan senang hati untuk membantu semua shixiong shijie. Semoga shixiong shijie di tempat masing-masing, benar-benar bisa membentangkan jalan Boddhisatwa seperti Master Cheng Yen katakan bahwa sutra atau ajaran kitab adalah sebuah jalan yang harus kita praktikkan. Semoga shixiong shijie bisa mewujudkan semua ini. Kita saling mendoakan.” harap Liu Su Mei, dan menyakinkan para peserta memiliki kepercayaan diri.

Bagaikan Sebuah Benih Yang Sedang Bermekaran
Melihat kebutuhan dan permintaan relawan dari beberapa kota Tzu Chi, adalah menjadi latar belakang pelatihan ini dilaksanakan selama dua hari. Sedangkan materi pelatihan disesuaikan dengan training relawan abu putih. Relawan luar kota lebih banyak bergerak di bidang amal, juga salah satu misi untuk menggerakkan relawan, adalah pelestarian lingkungan.  Oleh karena itu, lebih difokuskan ke kegiatan Misi Amal, Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, Filosofi Tzu Chi (Ajaran Jingsi, Mazhab Tzu Chi) dan Menggalang Hati.

“Karena relawan luar kota, kebanyakan adalah benih yang sedang bermekaran atau relawan abu putih, dan beberapa calon komite, karena itu kita sesuaikan materi pelatihan yang lebih praktikal dan bisa diterapkan agar mereka bisa sharing antar peserta dari berbagai daerah ke kota mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan inspirasi, di daerah ini mereka akan menjalankan seperti apa.” jelas Hendry Chayady, mengenai tujuan pelatihan ini dilaksanakan.

Dengan menggalang tema “Sukacita bersumbangsih, Menghimpun Berkah”, Hendry Chayady berharap para peserta dapat memahami misi Tzu Chi, dan setelah mereka pulang ke daerah masing-masing mereka dapat bersukacita mennjalankan misi Tzu Chi.

Pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari ini, selain memberikan semangat kepada benih Tzu Chi yang sedang berkembangjuga agar para peserta bisa lebih mengenal Tzu Chi terutama Tzu Chi Indonesia, sejarah Tzu Chi Indonesia dan semangat Tzu Chi, sehingga mereka bisa menggerakkan Tzu Chi Indonesia di daerah mereka masing-masing.

Dengan menggalang tema “Sukacita bersumbangsih, Menghimpun Berkah”, dengan harapan agar para peserta training dapat memahami misi Tzu Chi, dan setelah mereka pulang ke daerah masing-masing mereka dapat bersukacita mennjalankan misi Tzu Chi.

“Mereka tahu tujuan menjalankan Tzu Chi, adalah untuk bersumbangsih. Selain bersumbangsih, juga mereka dipenuhi dengan sukacita. Dengan demikian, apa yang mereka lakukan di Tzu Chi itu, sebenarnya menjadi berkah bagi mereka dan demi manfaat bagi daerah masing-masing, serta menciptakan berkah bagi masyarakat.” terang Hendry Zhou mengenai arti tema pelatihan relawan Tzu Chi. 

Kerinduan dan Jalinan Jodoh dengan Tzu Chi
Novriko, relawan asal Palembang, mengenal Tzu Chi sejak 2011 melalui kegiatan bakti sosial sembako (beras). Pada kegiatan baksos perdana itu, ia membantu memanggul beras dan menggandeng tangan penerima bantuan. Dari kegiatan ini, ia merasakan adanya suatu kebahagiaan. Namun jalinan jodohnya sempat terhenti di tahun tersebut. Pada tahun 2018, terjalin kembali melalui penggalangan dana Tzu Chi Hospital.

Walaupun Novriko, relawan asal Palembang belum pernah bertemu Master Cheng Yen, namun ia merasakan Master Cheng Yen sangat dekat hingga dapat mengubah hidupnya dari kehidupan kelam.

“Hellen Friscilla, komite KP Palembang mengajak saya berdana. Seminggu kemudian, saya dihubungi untuk ikut baksos. Tanpa berpikir panjang, saya pesan gojek, pergi ke lokasi baksos. Momen 2011 terulang kembali, saya merasakan sukacita dan kebahagiaan.” kata Novriko, menjelaskan training dua hari ini adalah training ketiga di Tzu Chi Center, PIK.

Selama ini, Novriko berprinsip hanya berbuat baik di Tzu Chi, tidak perlu ikut training, hingga akhirnya hatinya luluh hingga mau ikut Training Komite dan Calon Komite di tahun 2019. Pada training pertama, ia mendapat kesan terdalam dalam hidupnya dan menjadi titik baik di Tzu Chi.

“Saya tahu pendiri Tzu Chi adalah Master Cheng Yen, tapi saya tidak mau tahu. Saya tidak kenal Master. Master Cheng Yen sangat jauh di Taiwan. Namun, di saat ikut training, ada sesuatu yang membuat saya benar-benar merasakan ada Master Cheng Yen di Aula Jing Si. Itu yang saya rasakan.” tutur Novriko, terus menghadirkan Master Cheng Yen dalam hidupnya melalui Lentera Kehidupan sejak pulang dari training.

Walau Novriko belum pernah bertemu dengan Master Cheng Yen, namun ia merasakan Master Cheng Yen sangat dekat hingga dapat mengubah hidupnya. Sebelum mengenal Tzu Chi, Novriko pernah berjudi, mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok, dan gemar mengkonsumsi makanan bernyawa (hewani). Tzu Chi telah mengubahnya untuk tidak melakukan empat hal tersebut sejak dua atau tiga tahun silam. “Itulah yang saya rasakan, maksud Master Cheng Yen dengan menyucikan hati manusia. Pada saat shixiong shijie melakukan dengan benar-benar, pasti akan merubah sifat-sifat dan tabiat yang buruk.” imbuhnya

Pada awal pandemi, Novriko sering mendengar ceramah Master Cheng Yen yang terus berulang-ulang mengenai vegetarian. Ketika ada program “Tulus Bervegetaris Mewaspadai Wabah”, Novriko memutuskan ikut 14 hari. “Master Cheng Yen, seperti orangtua saya yang terus mengulang-ulang. Sepertinya Master Cheng Yen tahu saya bandel karena tidak nurut. Akhirnya saya nurut, saya ikut 14 hari bervegetarian, kemudian saya nyambung lagi 30 hari. Karena saya sayang, saya lanjut sampai sekarang sudah dua tahun.” kata Novriko sangat terinspirasi atas sharing Hendry Zhou mengenai Keteladanan Master Cheng Yen.

Menggenggam Setiap Kesempatan
Sejak pulang dari kunjungan kasih di salah satu rumah penerima bantuan Tzu Chi di Jambi, Aling memulai diri sendiri menjadi donator Tzu Chi hingga saat ini.

Pada empat tahun silam, pertama kali Aling bergabung menjadi relawan Tzu Chi, ikut kegiatan kunjungan kasih misi amal. “Kami mengunjungi rumah penerima bantuan kecelakaan yang jatuh dari ketinggian pada saat kerja. Pernah saya mendengar sharing dari mama (dari penerima bantuan), ‘Apapun yang bisa saya lakukan, saya akan lakukan, yang penting anak saya selamat walaupun ia harus terbaring seumur hidupnya.’ Saya sudah beberapa kali berkunjung ke sana, masih berbaring. Saya melihat betapa ia sangat menderita.” cerita Aling, mengenal Tzu Chi melalui pintu DaAi TV.

Sejak pulang dari kunjungan kasih tersebut, ia memulai dari diri sendiri menjadi donatur Tzu Chi hingga saat ini. Aling bercerita kepada semua saudara, teman dan sahabat, bahwa ia telah menjadi relawan Tzu Chi, mengikuti kunjungan kasih, melihat penderitaan. “Banyak saudara dan teman tidak bisa menjadi relawan Tzu Chi, namun mereka menitipkan cinta kasih untuk menjadi donatur pada empat tahun silam hingga saat ini.” tutur Aling yang akan terus menggenggam setiap kesempatan untuk berbagi pengalaman di kotanya nanti.

Mengabadikan sejarah Training Relawan Tzu Chi 15-16 Oktober 2022 dalam dokumentasi Tzu Chi Indonesia.

Sementara itu pada tahun 2012, Yessy Sutanto (29), relawan Tzu Ching, mengikuti bakti sosial kesehatan dan bagi beras di Bandung. Ia sangat tertarik pada kegiatan sosial Tzu Chi. “Yang berkesan di Tzu Chi, kita tahu ketika kita membantu orang, orang yang dibantu berterima kasih kepada kita, namun di Tzu Chi ternyata kebalikkannya, kita (Tzu Chi) yang berterima kasih karena diberi ladang berkah. Bila tanpa mereka, mungkin kita tidak bisa mendapat ladang berkah (kesempatan) itu.” kata Yessy Sutanto, bertekad akan menjalankan misi pelestarian lingkungan di kota Bandung.

“Dari kemarin, kalau pergi cuci piring, melihat Johnny Chandrina shibo ambil sampah, pilah-pilah. Itu sangat menyentuh sekali. Ia mau mengorek sampah untuk misahin sampah antara plastik, atau makanan, yang seharusnya sudah terpisah. Setelah pulang dari pelatihan ini, di rumah sudah bisa pilah-pilah sampah. Sebenarnya sudah dilakukan dari dulu, tapi teman-teman yang lain belum. Jadi, bisa dikasih tahu ke lain buat dipisahin antara tissue, plastik, besi, atau barang dapat didaur ulang.” imbuh Yessy Sutanto, akan memperbaharui tekad awal bergabung di Tzu Chi, dan belajar semangat insan Tzu Chi asal Jakarta.

Sebanyak 107 peserta mengunjungi empat Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi dan satu titik lokasi pemilahan barang daaur ulang.

Di akhir kunjungan Depo Tzu Chi, yang terletak di Pantai Indah Kapuk, ditutup dengan penuanganEco Enzym ke danau di belakang Tzu Chi Hospital.

Yuni Dwi Hartati (34), relawan dari Tzu Chi Palembang merasakan suatu berkah yang luar biasa bisa bergabung di Tzu Chi pada pertengahan tahun 2018. “Saya ditugaskan di divisi amal, bertemu langsung dengan penerima bantuan (gan en hu), melihat secara langsung kesusahan dan penderitaan mereka, melakukan pendampingan selama di rumah sakit hingga proses pengobatan, pemulihan, dan melihat beberapa gan en hu yang sembuh total.” jelas Yuni, salah satu badan (staf) divisi Amal di Kantor Tzu Chi Palembang.

Selama pelatihan ini, Yuni mendapat banyak edukasi, terutama mengenai Misi Pelestarian Lingkungan, “Keseharian juga memilah botol, plastik, sampah organik dan non organik. Barang daur ulang kadang dibawa ke kantor Tzu Chi KP Palembang, kadang diberikan kepada pemulung.” kata Yuni Dwi Hartati pernah ditugaskan di Rumah Sakit Az Zahra, di Puskesmas sebagai suster (perawat) di Palembang.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Tzu Chi Makassar Gelar Pelatihan Relawan

Tzu Chi Makassar Gelar Pelatihan Relawan

27 Desember 2018

Dengan tujuan untuk mengenalkan Visi dan Misi Tzu Chi, termasuk sejarah Tzu Chi dan celengan bambu, Henny Laurence, PIC pelatihan menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan pedoman menjalankan setiap kegiatan bagi para relawan baru. 

Mengasah Welas Asih

Mengasah Welas Asih

26 Februari 2018

Tzu Chi mengadakan kegiatan training relawan pendidikan yang bertujuan agar relawan pendidikan tetap mendapatkan semangat. Kegiatan yang diikuti sebanyak 125 relawan pada Sabtu, 24 Februari 2018 diharapkan dapat mengajak dan menularkan semangat dan cinta kasih kepada orang lain.

Melatih Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Melatih Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

24 April 2018

Relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Gong Xiu (pelatihan) pada Minggu, 22 April 2018. Sesuai dengan maknanya, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengajak para relawan, anak asuh, dan penerima bantuan Tzu Chi untuk melatih diri dengan melaksanakan kebaktian Sutra Lotus dan pradaksina bersama-sama.


Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -