Bersyukur Atas Budi Orang Tua

Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Erli Tan, Yusniaty (He Qi Utara 1)

Sebanyak 79 anak kelas budi pekerti komunitas He Qi Utara 1 mengikuti kegiatan “Bulan Bakti” di Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara.

Minggu, 6 Mei 2018, tim pendidikan komunitas Tzu Chi He Qi Utara 1 mengadakan kelas budi pekerti bertema “Bulan Bakti”. Berlokasi di Aula Jing Si Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, sebanyak 79 anak melakukan prosesi basuh kaki dan persembahan teh kepada orang tua,serta memberikan ungkapan kasih sayang melalui bunga, kartu, dan surat.

Yuli Natalia, Ketua Komunitas He Qi Utara 1 sekaligus koordinator kegiatan iniberharap melalui kegiatan “Bulan Bakti” yang bersamaan dengan perayaan Waisak di bulan Mei ini, para orang tua selain menerima ungkapan kasih dari anak-anak, diharapkan juga dapat menyadari, bersyukur, dan berbakti pada orang tua sendiri. Yuli juga berharap orang tua dapat membimbing anak-anak dengan cara memberiteladan.


Para Da Ai Mama terlebih dahulu mempelajari dan mencoba membuat sendiri bunga carnation yang akan diajarkan ke anak-anak.

“Semoga semuanya bisa merasakan syukur atas berkah yang dimiliki, juga bersyukur atas budi orang tua. Melalui kegiatan ini, semoga setiap orang dapat mengungkapkan keharuan dalam hati atas besarnya budi orang tua terhadap mereka,” jelas Yuli.

Di pertemuan sebelumnya, anak-anak telah melakukan persiapan yaitu membuat bunga carnation dibimbing oleh para Da Ai Mama. Bunga yang akan diberikan kepada papa mama itu dibuat anak-anak dengan tangan sendiri. Sebelum mengajarkan ke anak-anak, para Da Ai Mama mempelajarinya terlebih dahulu, mereka coba dan ulang berkali-kali untuk mencari cara termudah buat anak-anak. Untuk membuat satu bunga itu butuh waktu sekitar 30 menit.


Sebelum masuk ke prosesi basuh kaki, para orang tua menuliskan surat untuk anak-anak tercinta.

“Banyak anak-anak yang berhasil membuat bunga itu, tapi ada juga yang ulang kerjakan berapa kali, karena dia mau kasih yang terbaik buat orang tuanya, jadi dia lihat kuncup, ahnggak bagus, mereka buka lagi ulang lagi sendiri,” ujar salah satu Da Ai Mama, Supiana.

Sementara itu, para orang tua juga menyiapkan sesuatu untuk anak-anak, yaitu menulis surat untuk anak-anak tercinta. Anak-anak juga menuliskan kartu ucapan kepada papa mama.


Dessy dan Andy bersama kedua anaknya, mereka merasa kegiatan ini bermanfaat untuk perkembangan budi pekerti anak-anak.

Sebelum masuk ke prosesi basuh kaki, orang tua dan anak-anak dipisah terlebih dahulu untuk menonton beberapa video yang menyentuh. Sesi ini diadakan agar dapat membangkitkan memori mereka, juga menyadarkan akan pentingnya hubungan orang tua dan anak.Setelah itu anak-anak pun masuk ke ruang utama menghampiri papa mama masing-masing, menyuguhkan teh, menyuapi kue,mencuci kaki papa mama, memberi bunga, kartu, memijit papa mama, lalu berpelukan.

Salah satu orang tua yang hadir adalah Andy dan Dessy. Bagi Dessy, membesarkan kedua anak mereka,Hugo (12) dan Reiko (9) bukanlah hal yang mudah. Karena itu merekapun menyambut gembira kegiatan budi pekerti ini.


Janice berjanji kepada mamanya, Monica untuk menjadi anak yang lebih dewasa dan tidak membuat papa mama khawatir.

“Kegiatan hari ini bagus sekali buat pendidikan budi pekerti anak-anak, jadi anak-anak harus punya dasar yang bagus seperti itu, dan di sini diajarin,” ujar Andy. “Jadi yang saya rasakan itu ya, terus terang emosi saya (gembira, haru) keluar semua,” timpal Dessy.

Sedangkan peserta basuh kaki lainnya, Janice (12) yang hadir bersama mamanya Monica, sudah pernah ikut kegiatan basuh kaki seperti ini. Tapi tahun ini terasa berbeda karena Janice sudah lebih dewasa.

“Kalo saya melihatnya dia (Janice) tahun ini mendapat feel, lebih masuk kayaknya ya, kalo mungkin dulu waktu kecil dia basuh kaki, belum meresap, belum gitu ngerti. Tapi kali ini saya lihat dia mulai ada feel masuk, udahngerti basuh kaki ini artinya apa,” ujar Monica gembira.

Janice adalah anak tunggal, kendati demikian Janice tidak dimanja. Pada kesempatan itu Monica pun memberi pesan kepada Janice. “Dengan bertambahnya umur, mama harap Janice lebih mandiri, lebih grow up, nggak bikin papa mama khawatir, dalam sekolah maupun sehari-hari.” Janice mengiyakan dan berjanji akan melakukan sesuai harapan mama. Lalu mereka pun berpelukan.


Sun Piju merasa bahagia melihat ketiga anaknya tumbuh dewasa dan berpengertian.

Di antara anak-anak dan orang tua yang hadir, tidak sedikit yang anaknya dua atau tiga orang. Seperti Sun Piju yang bersama ketiga buah hatinya, yaitu Naomi Suci Mantiri (11), Aldrich Ma (9), dan Earlena Ma (7). Mereka sudah mengikuti kelas budi pekerti Tzu Chi selama 3 tahun. Melalui acara basuh kaki ini, Sun Piju dapat merasakan kasih sayang dari anak-anaknya.

“Hari ini kegiatannya bagus sekali ya, merasa sangat bermanfaat. Biasanya sih saya tahu anak-anak itu sayang sama orang tua, tapi kurang menunjukkan, tapi melalui acara ini mereka bisa melatih keberanian untuk menunjukkan kasih sayangnya sama orang tua,” kata Sun Piju.

Selama 3 tahun ini mereka hampir tidak pernah absen. Selama ini pula Sun Piju merasakan adanya kualitas pada diri anak-anaknya yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Sedikit banyak, perubahan itu mereka dapatkan dari kelas budi pekerti.

“Misalkan kita orang tua ulang tahun, mereka bisa inisiatif sendiri, mereka beliin hadiah atau kasih kejutan apa. Mereka kumpul uang sendiri, siapin kado sendiri, bungkus sendiri, mereka kasih.Mereka juga bisa lebih menghargai uang sendiri, nggak boros, mereka bisa lebihmembeli sesuatu yang bermanfaat,” ungkap Piju dengan nada bahagia.

Bukan hanya itu, kebiasaan di rumah pun sudah mereka pupuk sedemikian rupa, mereka tahu mesti ramah lingkungan, menggunakan air dan listrik mesti hemat. “Kalo nggak pakai listrik dimatiin, kadang kalau yang satu lupa, yang satu ingatin.” Sun Piju pun bangga dan bahagia melihat buah hatinya tumbuh dewasa dan berpengertian, ini juga merupakan bakti anak-anak yang amat bermakna baginya.

Editor: Yuliati
Dessy dan Andy bersama kedua anaknya, mereka merasa kegiatan ini bermanfaat untuk perkembangan budi pekerti anak-anak.Dessy dan Andy bersama kedua anaknya, mereka merasa kegiatan ini bermanfaat untuk perkembangan budi pekerti anak-anak. 

Artikel Terkait

Menggapai Masa Depan yang Cemerlang

Menggapai Masa Depan yang Cemerlang

29 November 2016
Kelas budi pekerti Tzu Chi kembali menyelenggarakan Kamp Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi yang kali ini diperuntukkan bagi remaja berusia 13-16 tahun atau biasa disebut Tzu Shao. Kegiatan Tzu Shao Ban Angkatan VIII ini merupakan kegiatan penutupan kelas budi pekerti untuk tahun 2016 yang diikuti oleh 150 siswa kelas budi pekerti Tzu Shao.
Inspirasi dari Pintu ke Pintu

Inspirasi dari Pintu ke Pintu

02 Maret 2016
Tahun Baru Lunar atau biasa disebut Tahun Baru Imlek pada umumnya membawa kegembiraan dan keceriaan terutama bagi anak-anak. Orang-orang akan saling mengucapkan kata-kata yang mengandung harapan baik.
Penutupan Tahun Ajaran Kelas Budi Pekerti

Penutupan Tahun Ajaran Kelas Budi Pekerti

20 Juni 2016
Murid-murid kelas budi pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun menutup tahun ajaran dengan penuh suka cita. Kekuatan kerja sama menjadi materi penutup.
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -