Bersyukur, Menghormati dan Cinta kasih

Jurnalis : Mimi, Wismina (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Relawan Tzu Chi Pekanbaru
 

fotoAnak-anak di Panti Asuhan Al Hidayah, Pekanbaru, senantiasa tertawa bahagia dan hidup penuh syukur, meski tak sempat merasakan keutuhan keluarga.

Tiga prinsip dasar yang selalu diterapkan dalam menjalankan setiap kegiatan Tzu Chi, ternyata juga terlihat dalam keseharian sebuah panti asuhan yang dihuni oleh 40 anak di Panti Asuhan Al Hidayah, Pekanbaru. Tanggal 22 November 2009, Tzu Chi Pekanbaru melaksanakan kegiatan kunjungan kasih ke panti asuhan ini. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di panti, para relawan disambut hangat dengan ciuman tangan oleh anak-anak sebagai tanda salam dan hormat, juga kekompakan dan saling menyayangi diantara sesama yang tercermin dari setiap sikap dan perbuatan, serta canda tawa lepas dari semua anak yang seolah tetap merasa bersyukur walau hidup tanpa keluarga yang lengkap dan berbaur dengan banyak anak-anak senasib lainnya.

 

Kegiatan ke panti ini juga diikuti oleh anak-anak dari kelas budi pekerti, dan gan en hu Sutrisno beserta anaknya, Yudi. “Panti ini menampung anak-anak yang belum beruntung, karena roda masih berputar. Dan yang kami tampung adalah anak-anak yatim dan miskin, yang mempunyai keinginan untuk bersekolah,” jelas Dasrin yang mengasuh anak-anak di panti asuhan Al Hidayah ini. “Adik-adik, jangan pernah meremehkan diri sendiri, karena setiap orang mempunyai potensi yang tak terhingga, maka dari itu kita mesti menggali terus potensi didalam diri kita dan belajar dengan rajin,” demikian Chia Shixiong memberikan semangat bagi anak-anak di panti dengan mengutip kata-kata perenungan Master Cheng Yen.

Kegiatan diisi dengan mengajak makan bersama pengurus serta seluruh anak-anak asuh panti, serah terima bantuan, bermain, bernyanyi sambil memperagakan isyarat tangan  (shou yu). Anak-anak disuguhi dengan permainan yang bernama “perahu bahagia”, sebuah permainan yang juga pernah dimainkan oleh anak-anak Tzu Chi di kelas budi pekerti. Bedanya, jika di kelas budi pekerti, anak-anak bermain dengan para orangtua tercinta ataupun Da Ai mama, sementara di panti, dengan adanya permainan ini, anak-anak dapat lebih memahami dan merasakan arti kebersamaan yang sesungguhnya.

foto  foto

Ket: - Relawan Tzu Chi mengajarkan budaya kemanusiaan Tzu Chi berupa isyarat tangan kepada anak-anak yang           masih sangat hijau ini. (kiri)
       - Panti Asuhan Al-Hidayah menampung anak-anak yatim dan kurang mampu namun memiliki semangat tinggi           untuk bersekolah. Relawan muda Tzu Chi berinteraksi dengan mereka tanpa membeda-bedakan latar           belakang. (kanan)

Anak-anak kelas budi pekerti menampilkan isyarat tangan Tiga Tiada sambil mengajak anak-anak di panti untuk ikut belajar isyarat tangan ini. Terlihat anak-anak mengikuti gerakan yang diperagakan. Setelah itu relawan memberikan bingkisan berupa barang keperluan sehari-sehari kepada panti asuhan Al Hidayah. “Terima kasih. Bingkisan ini merupakan tanda kasih sayang dari Yayasan Buddha Tzu Chi,” kata Dasrin ketika menerima bingkisan dari Atek Shixiong.

Kemudian Susan Shijie menjelaskan cara bermain perahu bahagia, yakni dengan menggunakan kertas koran sebagai perahu, dan  ketika buaya datang menghampiri perahu bahagia, anak-anak harus menyelamatkan dirinya dengan cara berdiri diatas kertas koran tersebut. Satu perahu bahagia tersebut bisa terdiri dari empat sampai dengan lima anak. Terlihat anak-anak sangat menyenangi dan menikmati permainan ini.

Banyak anak-anak yang badannya lebih besar, mengorbankan kakinya diinjak dan membiarkan punggung besar mereka menjadi tempat yang aman buat temannya berlindung, sehingga semua bisa selamat dan tetap berada di perahu bahagia. Sungguh terharu, karena mereka bisa mengerti bahwa mereka harus saling membantu, mengasihi dan punya rasa tanggung jawab.

Setelah melihat permainan ini, Dasren yang merupakan pengurus panti merasa senang juga terharu. “Tidak disangka.. Tzu Chi memiliki ide permainan lucu tapi mendidik seperti ini. Pada dasarnya, yang dibutuhkan oleh anak-anak bukanlah apa-apa. Yang mereka butuhkan hanyalah sebuah tempat untuk bersandar. Tempat di mana mereka bisa mendapatkan kasih sayang selayaknya anak-anak lainnya yang masih mempunyai keluarga yang utuh. Untuk itu, saya sangat mengharapkan relawan Tzu Chi ke depannya dapat berkunjung lagi, dengan membawa suguhan permainan yang lain, sehingga anak-anak merasa memiliki sebuah keluarga, teman, saudara, membuat mereka merasa tidak dikucilkan dari masyarakat dan teman-teman sebayanya,” katanya.

Setelah bermain-main, anak-anak diajak untuk mendengar sharing dari Magdalena Shijie, sambil menganjurkan kepada anak-anak untuk selalu bersyukur, saling mengasihi, rajin menuntut ilmu sehingga setelah besar nantinya bisa berguna bagi masyarakat.

  foto

Ket:  - Hati-hati dengan serangan buaya, ayo berbagi perahu bahagia supaya semua bisa selamat. Permainan             perahu bahagia menarik untuk anak-anak dan melatih kerja sama mereka. (kiri)
         - Dalam permainan perahu bahagia, harus ada yang mau mengalah untuk diinjak kakinya oleh temannya agar            semua selamat dari ancaman buaya. (kanan)

Setelah satu jam lebih berada di panti, akhirnya acara kunjungan kasih ini ditutup dengan penampilan isyarat tangan Satu Keluarga. Yudi, anak Sutrisno ikut tampil dan gabung bersama anak kelas budi pekerti memperagakan isyarat tangan yang sudah dipelajarinya ketika relawan melakukan kunjungan kasih setiap minggunya.

“Semoga kita semua sehat-sehat karena tanpa kesehatan kita tidak akan bisa menolong orang lain. Saya terharu melihat materi yang diberikan kali ini. Kita semua belajar untuk menjadi manusia baik, yakni manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain,” kata Dasrin di akhir acara.

Anak-anak kemudian diajak untuk makan bersama menyantap makanan yang telah disediakan oleh para relawan. Di sela-sela acara makan, relawan menanyakan kepada anak-anak panti. “Kalau ga ada acara, biasanya kami cuma nonton-nonton doang. Saya sangat senang semua acara tadi,” tutur Andre yang sekarang duduk di kelas VI SD. “Saya suka permainan perahu bahagia, tadi saya digendong,” kata Fauzi dengan polosnya.

Sinta, salah satu anak panti yang masih kelas II SD, sangat bersemangat ketika ditanya mengenai acara yang telah diikutinya. “Saya sangat senang, waktu bermain perahu bahagia, saya menggendong teman-teman saya, senang rasanya bisa main-main bersama teman. Terus tadi saya juga memeluk adik (anak kelas budi pekerti –red). Kakak..datang lagi yah..” katanya.

Meski mereka tidak mempunyai keluarga utuh, tapi anak panti Al Hidayah tumbuh menjadi anak-anak yang mengerti sopan santun,bisa berbagi dan bersyukur atas semua yang mereka miliki. Mereka saling menjaga satu sama lainnya. Semua itu terjadi dari sebuah pemberian yang tanpa mengharapkan imbalan, yakni dari bapak dan ibu pengurus panti Al Hidayah.

foto  foto

Ket:  - Kunjungan kasih dari para relawan membuat anak-anak merasa bahagia dan mendapat manfaat. Mereka            juga belajar tentang rasa syukur dalam kondisi apapun. (kiri)
        - Dasrin yang mendampingi anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan Al Hidayah mengucapkan terima kasih            pada relawan yang juga menyerahkan paket barang kebutuhan hidup anak-anak. (kanan)

Salah satu kata perenungan Master Cheng Yen berbunyi, “Nyalakanlah pelita di sudut yang paling gelap dan nyalakanlah api dalam perjalanan yang dingin dan sepi”. Para relawan Tzu Chi sangat mengharapkan dapat menyalakan pelita di dalam hati sanubari setiap anak, menjadikan Tzu Chi sebagai keluarga kedua bagi mereka, karena anak-anak adalah generasi penerus yang diharapkan dapat ikut serta dalam menyebarkan cinta kasih ke seluruh penjuru dunia.

Dengan kebijaksanaan Bodhisatwa mendidik anak-anak. Dengan cinta kasih orangtua melindungi tunas bangsa, agar di setiap hati manusia terdapat sekuntum teratai. Bakat, pikiran, etika, dan kebijaksanaan dapat berkembang dengan bebas, mengubah dunia yang terlantar menjadi ladang kebahagiaan.

 
 

Artikel Terkait

Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

17 April 2013 Bayangkan jika kita sendiri atau ada anggota keluarga kita yang menderita katarak dan kesulitan dalam mendapatkan akses pengobatan, seperti yang dialami oleh Samuti (72), salah satu pasien baksos operasi katarak yang mulai terganggu penglihatannya sejak 2 tahun yang lalu.
Gempa Aceh: Penyaluran Bantuan Korban Gempa Terus Berlanjut

Gempa Aceh: Penyaluran Bantuan Korban Gempa Terus Berlanjut

14 Desember 2016

Memasuki hari kelima dan hari keenam pasca gempa yang melanda Pidie Jaya, Relawan Tzu Chi masih terus menyalurkan bantuan kebutuhan sehari-hari kepada para korban. Sebanyak tujuh relawan terus menelusuri posko-posko pengungsian hingga ke pelosok Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya.

Suara Kasih: Menyelami Dharma Bersama-sama

Suara Kasih: Menyelami Dharma Bersama-sama

22 September 2011 Para Bodhisatwa lansia harus menjaga kesehatan dengan baik baru berkesempatan untuk ikut serta. Selain itu, mereka harus mempertahankan tekad dan tak terpengaruh oleh kondisi eksternal. Selama 6 bulan terakhir, kita melihat seluruh anggota keluarga, baik tua maupun muda berlatih bersama.
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -