Bumi Biru, Rumah Kita Bersama

Jurnalis : Jennifer (He Qi Barat), Fotografer : Hendra Gunawan (He Qi Barat)
 
 

fotoBumi adalah tempat hidup kita. Mari menjaganya bersama agar menjadi tempat yang nyaman hingga waktu yang lama.

Bumi adalah tempat tinggal kita bersama, bumi adalah rumah kita. Seperti halnya kita menjaga rumah kita sendiri agar nyaman dan tetap dalam kondisi baik untuk jangka waktu yang lama, begitu pula kita harus menjaga bumi, tempat tinggal kita bersama agar terasa nyaman dihuni hingga anak cucu kita.

Begitulah pesan yang ingin disampaikan kepada anak-anak Ai De Xi Wang pada kegiatan tanggal 10 Oktober 2010 yang lalu. Setelah berbaris rapi, memberi hormat kepada para shigu/shibo, dan berdoa, yang merupakan aktivitas rutin mengawali kegiatan Ai De Xi Wang, anak-anak mendapat penjelasan tentang tema kegiatan hari itu.

Pagi itu Suwignyo Shibo dan Rita Shigu selaku pembawa acara menjelaskan permainan menjaga dan melestarikan bumi yang akan dilakukan oleh anak-anak. Maksud permainan ini adalah untuk memberi pengertian kepada mereka bahwa berbagai tindakan yang menimbulkan kerusakan pada bumi akan berdampak pada kita semua. Di samping itu, dijelaskan pula tentang cara menjaga kelestarian alam demi kelangsungan bumi.

Permainan dimulai dengan membagi anak-anak menjadi 5 kelompok dimana masing-masing beranggotakan 9-10 anak. Dalam kelompoknya masing-masing, mereka harus berdiri di atas 9 potongan alas yang diandaikan sebagai bumi tempat tinggal mereka. Setiap alas tersebut bertuliskan komponen-komponen pendukung kehidupan di bumi seperti air, pohon, udara, lapisan ozon, dan lain-lain.

foto  foto

Keterangan :

  • Manusia membutuhkan banyak komponen untuk hidup. Ini adalah contoh 9 komponen yang dibutuhkan makhluk hidup. (kiri)
  • Anak-anak belajar bahwa ketika satu per satu komponen kehidupan hilang akibat ulah manusia, maka manusia sendiri yang akan semakin menderita. (kanan)

Saat Rita shigu berkata, ”Anak-anak, kita lihat begitu banyak pepohonan ditebang secara tidak bertanggung jawab sehingga akhirnya di bumi kita ini kekurangan pepohonan,” bersamaan itu para mentor dalam tiap kelompok mengambil alas pijakan anak-anak yang bertuliskan ”Pohon”. Akibatnya, anak-anak harus berdesakan berdiri di atas alas yang masih tersisa. Kemudian Rita shigu berbicara tentang berkurangnya air bersih di bumi, menipisnya lapisan ozon, juga kerusakan tanah, dan satu per satu alas yang bertuliskan komponen tersebut pun diambil sehingga tempat pijakan anak-anak menjadi semakin sedikit. Mereka pun harus berdiri berhimpitan hingga mulai berteriak gaduh.

Dengan permainan ini, anak-anak mulai memahami bahwa kita membutuhkan banyak komponen untuk hidup, tanpa bisa kekurangan salah satunya. Seusai permainan, setiap kelompok mulai menyampaikan beberapa tindakan pelestarian lingkungan yang dapat mereka lakukan agar masing-masing komponen tersebut tidak lenyap. Mereka mengungkapkan tindakan seperti menghemat pemakaian air dan listrik, menggunakan alat makan sendiri, bepergian dengan berjalan kaki atau bersepeda, dan bervegetarian sebagai tindakan-tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian bumi. Alas pijakan yang bertuliskan komponen bumi tersebut mulai dikembalikan kepada anak-anak satu per satu dan semua bersorak gembira ketika alas mereka untuk berpijak kembali utuh seperti sedia kala.

”Nah anak-anak dari permainan tadi kalian sudah bisa merasakan, alangkah tidak nyamannya bumi tempat kita tinggal ini, bila kita tidak lagi memiliki air bersih, pepohonan, makanan, dan lain-lainnya. Untuk itulah kita harus melakukan penghematan sumber daya alam dan melestarikan lingkungan supaya bumi ini tetap nyaman untuk kita tempati. Kita bisa memulai dari diri kita sendiri dan dari hal kecil sehari-hari, seperti tidak membeli minuman dalam botol plastik, tidak boros dalam pemakaian air, serta kita harus belajar untuk bervegetarian, karena selain bisa membantu menyelamatkan bumi, vegetarian itu juga baik untuk kesehatan kita,” demikian Suwignyo Shibo merangkum pesan dari permainan hari itu.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam diskusi kelompok kecil, anak-anak membahas bagaimana langkah-langkah yang dapat dipraktikkan sehari-hari untuk melindungi bumi ini. (kiri)
  • Lagu Lan Se Di Qi atau Bumi yang Biru, mengajak semua orang untuk bersama-sama menjadi sahabat bagi bumi. (kanan)

Anak-anak adalah generasi penerus kita, sedini mungkin ditanamkan kebiasaan baik pada mereka. Melalui kegiatan Ai De Xi Wang kali ini, semoga anak-anak bisa belajar menyayangi bumi dengan mulai melakukan penghematan sumber daya alam dan melakukan pelestarian lingkungan. Seperti arti dari penggalan lagu Lan Se Di Qiu (Bumi yang Biru) yang diajarkan kepada anak-anak hari itu:

“Jika setiap orang masih saja dingin, tak bersahabat,
akhirnya mata air pun bisa berubah menjadi padang pasir.
Sekarang yah sekarang, kita harus bergerak, untuk memperhatikan, untuk mengerti, pergi menolong.

Bumi biru nan indah ini, dia milik anda dan juga milik saya.
Apa yang tinggal di dalamnya adalah sahabat kita semua.
Bumi biru nan indah ini, marilah kita sama-sama bekerja keras membiarkannya bertahan hidup.
Membiarkan semua guratan cerita di dalamnya bisa diwariskan hingga nun jauh di kemudian hari...”

  
 

Artikel Terkait

Kebahagiaan Yang Didapat dari Memberi

Kebahagiaan Yang Didapat dari Memberi

01 Oktober 2020

Pagi itu kelas dimulai dengan menonton video dengan tema Makna Kebahagiaan dan Bagaimana Bersikap kepada Orang Tua. Dalam video tersebut diceritakan tentang seorang anak yang hidup berdua dengan ayahnya. Namun sang anak sangat membenci ayahnya hingga akhirnya Ia menemukan rahasia besar sang ayah.

Uluran Tangan bagi Korban Banjir

Uluran Tangan bagi Korban Banjir

10 Januari 2011 Hujan yang terus mengguyur dengan deras sejak malam pada tanggal 5 Januari 2011 menyebabkan Sungai Deli meluap dan merendam sebagian Kota Medan. Kondisi banjir yang terparah menimpa Kecamatan Medan Maimun yang sebagian besar cakupan areanya berada di sekitar Sungai Deli.
Melewati Perayaan Imlek dengan Hati yang Damai

Melewati Perayaan Imlek dengan Hati yang Damai

19 Februari 2019

A Lin terlihat begitu bahagia karena penderitaannya akibat atap rumah yang bocor sudah tidak ada lagi dan rumahnya sekarang sudah tidak pengap lagi. A Lin sekarang juga sudah menjadi donatur Tzu Chi dan ke depannya akan menjadi relawan, tekadnya.

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -