Dengan Semangat Juara Ikut Kunjungan Kasih

Jurnalis : Felicite Angela Maria (He Qi Timur), Fotografer : Felicite Angela Maria (He Qi Timur)

Sabtu, 25 Juni 2016, Kartini Hasan (kanan) dan relawan Deng Ai Mei (memegang kertas), Koordinator dan Wakil Koordinator Misi Amal Komunitas He Qi Timur, memberikan pengarahan singkat sebelum kegiatan kunjungan kasih dilakukan.

Dengan batin yang sehat, ketidaksempurnaan fisik seseorang tidak menghalangi mereka untuk mengembangkan kemampuan intuitifnya. Kehidupan akan terasa damai apabila kita mampu menerima segala hal yang terjadi dengan lapang dada dan menyelesaikannya dengan hati yang tenang. Hadapilah masa sakit sebagai sesuatu yang alami. Beristirahatlah saat sakit, dan bekerjalah kembali setelah sembuh. Jangan biarkan waktu berlalu dengan sia-sia.”
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

Sabtu 25 Juni 2016, sekitar jam setengah delapan pagi, sejumlah relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Timur sudah berkumpul di pelataran gerbang depan Klub Kelapa Gading untuk memulai kegiatan kunjungan kasih dan survei kasus ke pasien penerima bantuan Tzu Chi. Di antara para relawan yang ikut kegiatan kunjungan kasih hari Sabtu itu, ada terlihat Sintawati.

Sambil menunggu briefing kunjungan kasih dimulai, beberapa relawan sempat membeli kue telur gabus yang dibawa Sintawati. Sintawati adalah salah seorang mantan penerima bantuan Tzu Chi. Ini merupakan bentuk dukungan relawan kepada Sintawati yang kini mulai hidup mandiri.

Sesudah itu para relawan pun segera membentuk barisan. Dipimpin oleh relawan komite yang juga koordinator Misi Amal He Qi Timur, Kartini Hasan, dibantu relawan Deng Ai Mei, wakilnya mengajak para relawan untuk briefing, mempersiapkan diri sebelum melakukan kunjungan ke rumah-rumah pasien.

Relawan Tzu Chi juga membeli dagangan Sintawati sebagai bentuk dukungan kepada mantan penerima bantuan Tzu Chi ini.

Sebanyak 14 relawan Tzu Chi dan Sintawati melakukan kunjungan kasih kepada para penerima bantuan Tzu Chi.

Kilas Balik Kisah Ibu Sintawati

Sintawati dulu merupakan penerima bantuan Tzu Chi untuk biaya pengobatan operasi kaki kirinya akibat kecelakaan sepeda motor. (Kisah Sintawati selengkapnya dapat dilihat di: http://www.tzuchi.or.id/read-berita/semangat-juara-untuk-keluarga/5930).

Sebagai mantan penerima bantuan Tzu Chi, Sintawati belajar banyak hal yang baik bersama insan Tzu Chi yang mendampinginya. Seperti hari Sabtu, 25 Juni 2016 ini, sejak dirinya diajak oleh Kartini Hasan untuk ikut kunjungan kasih pasien bersama relawan yang lain, ia langsung menanggapi dengan positif. Seperti ditunjukkan dengan kehadirannya bersama para relawan. Saat Sintawati datang dengan sepeda motornya, ia langsung turun bergabung bersama para relawan yang lain. Dilihat kondisi fisiknya tampak sudah jauh membaik, sudah bisa berjalan tegak dan lancar.

“Saya juga mau belajar dan melihat bagaimana mengunjungi pasien, dulu saya pasien yang dibantu Tzu Chi, sekarang saya mau belajar bersama relawan di sini, saya juga jadi bisa lihat kondisi pasien lain seperti apa,” ujar Sintawati.

Diakuinya ini merupakan kegiatan kunjungan yang pertama kali dilakukan pasca operasi pemulihan kakinya itu. Kali ini tempat yang disambangi berada di Apartemen Gading Nias, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sesampainya di pelataran parkir Apartemen Gading Nias, segera para relawan dan Sintawati berbaris menuju lantai dua apartemen tersebut, menemui Airin Eustokia (23 tahun). Akibat kecelakaan mobil pada tahun 2015 lalu, Airin mengalami kelumpuhan dari bagian dada sampai ke bawah. Semua berawal ketika Airin dalam perjalanan pulang dari kampung halamannya, Jambi, ke Jakarta. Tanpa ia sadari, supir mengemudikan mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi. Karena tidak dapat mengendalikan diri, mobil kemudian bertabrakan dengan truk besar dan menghantam tiang listrik, membuat Airin tidak sadarkan diri cukup lama. Kondisi Airin sangat parah, dan ia tidak mendapatkan penanganan medis yang maksimal. Akhirnya Airin pun mesti dibawa ke Jakarta untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih menunjang.

Sebelum tinggal di Apartemen Gading Nias ini, Airin yang ditemani ibunya sejak datang ke Jakarta tahun 2006 mesti berpindah-pindah tempat tinggal. Barulah di tahun 2007 keduanya tinggal menetap di Apartemen Gading Nias ini. Ia pun kemudian mengajukan bantuan ke Tzu Chi. Sejak awal tahun 2016 yang lalu sampai sekarang, Airin masih menerima bantuan biaya hidup dari Tzu Chi. Semangat hidup yang luar biasa dari Airin, tidak patah semangat, dan tidak mau terus bergantung pada orang lain membuatnya mau berusaha sendiri melalui usaha jual beli online. Selain itu, Airin juga mendapat bantuan beasiswa dari salah satu lembaga pendidikan terbuka dari Amerika, Joni Eareckson Tada. Pendirinya merupakan seorang Kristen Injili, penulis, penyiar radio, dan pendiri Joni and Friends, sebuah organisasi yang memberikan pelayanan kepada mereka yang berkebutuhan khusus.

Sebanyak 14 relawan Tzu Chi dan Sintawati melakukan kunjungan kasih kepada para penerima bantuan Tzu Chi.

Kunjungan kasih ke rumah Airin Eustokia (23 tahun) pasien penerima bantuan Tzu Chi yang mengalami kecelakaan mobil tahun 2008 lalu, membuatnya lumpuh dari dada ke bawah.

Di kesempatan kunjungan ini terlihat Sintawati sempat duduk di samping tempat tidur Airin berbaring. Kondisi Airin saat itu memang sedang sakit, karena ada bakteri di saluran kencingnya, karena sejak kecelakaan dan lumpuh, praktis seluruh aktivitas syaraf Airin pun jadi terganggu termasuk kemampuan fisiknya untuk buang air, sehingga harus dibantu dengan alat keteter. Akibat pemakaian alat kateter yang sudah terlalu lama membuat timbul bakteri yang menyerah saluran kandung kemihnya.

Sintawati pun sempat menunjukkan kepada Airin bekas operasi di kakinya akibat kecelakaannya dulu. Interaksi yang indah saat Sintawati dan Airin saling berdialog, saling memberikan motivasi satu sama lain, saling memberikan semangat, dan saling memberikan dukungan. 

Seusai kunjungan, Sintawati menyampaikan kesan-kesannya.”Belajar bersyukur melihat saudara yang lebih menderita daripada kita, (membuat kita) lebih menghargai hidup,” ungkapnya. Ditambahkan juga oleh Kartini Hasan, relawan yang mendampinginya selama kunjungan ini,” Sama-sama belajar ya, yang satu dulu penerima bantuan, satunya lagi masih menerima bantuan Tzu Chi sampai hari ini. Sama-sama memiliki semangat hidup yang luar biasa, tidak mudah menyerah, mereka bisa mandiri, masih muda, dan mau ikut membantu, membuat kita yang mendampingi juga terinspirasi. Di sini saya juga mengajak para relawan yang lain supaya bisa juga belajar dari contoh mereka berdua ini sebagai evaluasi dan pembelajaran.”