Disiplin Sejak Dini

Jurnalis : Agus (Tzu Ching), Fotografer : Djaya Iskandar, Santoso (Tzu Ching)
 
 

fotoTzu Ching membagikan sembako dan makanan ringan kepada suster dan anak-anak yang tinggal di asrama

 

Jodoh para Tzu Ching akhirnya terwujud pada tanggal 3 Maret 2013 berkat bantuan para dermawan yang menyumbangkan sejumlah sembako dan makanan ringan untuk dibagikan ke panti asuhan.

Sejatinya yang Tzu Ching kunjungi kali ini bukanlah sebuah panti asuhan melainkan asrama Santa Theresia untuk anak-anak yang sekolah di SD ST. Ignatius Loyola yang didirikan oleh Yayasan Tunas Karya. Untuk tiba di asrama yang berada di Sungai Raya, pulau Rempang ini, para Tzu Ching harus melalui 5 jembatan menggunakan bus dan memakan waktu sekitar 1 jam. Para Tzu Ching pun berkumpul di kantor perwakilan Tzu Chi Batam 2 jam sebelum berangkat sambil mengecek kembali barang-barang yang mau dibawa.

Tiba di sana, 13 Tzu Ching dan 13 relawan disambut dengan hangat oleh anak-anak ini. Ada yang menjabat tangan, ada pula yang mengajak berkenalan. Anak-anak yang berjumlah 90 ini didampingi oleh 5 pekerja dan 2 suster. “Secara rutin akan ada yayasan dari Singapura yang datang untuk mengajar bahasa Inggris pada anak-anak dari kelas 1 sampai kelas 6 SD. Setelah anak-anak ini lulus SD, akan dikembalikan ke orang tuanya atau dilanjutkan sekolah di Tanjung Pinang”, kata Suster Agnes, salah satu suster yang bertugas untuk menjaga kebersihan asrama dan memasak untuk anak-anak.

David Tongxue dan Aprilia Tongxue memulai kunjungan kali ini dengan menjelaskan apa itu Tzu Chi kepada anak-anak yang duduk teratur, kemudian mengajak mereka untuk bermain dan bernyanyi bersama. Anak-anak terlihat ceria dan semangat walaupun tanpa dampingan orang tua yang menemani mereka tumbuh dewasa. Sambil bermain, beberapa anak secara bergantian diarahkan untuk mengikuti pengobatan gratis dari dr. Siska, sementara beberapa yang lainnya dipangkas rambutnya agar kelihatan rapi oleh Helen Iskandar Shijie dan Adi Shixiong yang mendampingi perjalanan Tzu Ching ke asrama ini. “Mereka kebanyakan menderita cacar air dan juga banyak yang batuk dan pilek. Tetapi yang namanya asrama, penyakit-penyakit seperti ini sudah pasti sulit untuk dihindari”, kata dr. Siska.

foto   foto

Keterangan :

  • Kunjungan Tzu Ching Asrama Theresia (kiri).
  • Hellen Iskandar memangkas rambut anak yang tinggal di asrama (kanan).

Suster Agnes menjelaskan, “Asrama ini awalnya didirikan untuk anak-anak dari pulau terpencil, tetapi di dalam realisasinya kemudian, banyak warga Batam yang sibuk mencari nafkah sehingga anak-anaknya dititipkan ke sini (asrama)”. “Kami hanya mengharapkan mereka (anak-anak) punya masa depan yang lebih baik, belajar lebih teratur karena pada zaman sekarang, disiplin itu mahal”, kata suster Agnes menambahkan. Kedisiplinan sangat ditonjolkan di asrama ini, setiap hari anak-anak yang tinggal di sini harus bangun pukul 4.30 pagi dan melaksanakan doa pagi, kemudian dilanjutkan piket untuk membersihkan lingkungan asrama sebelum berangkat ke sekolah. Anak-anak ini juga memiliki cita-cita terhadap masa depannya masing-masing, salah satunya yaitu Boima, anak berusia 13 tahun yang duduk di bangku kelas 5 yang mengaku dipindahkan orang tuanya ke sini karena pernah tinggal kelas. “Saya akan melanjutkan SMP dan SMA di  Tanjung Pinang, lalu kuliah di Jakarta. Nanti saya besar, saya ingin menjadi seorang polisi”, katanya.

Setelah pengobatan berakhir, anak-anak kembali berkumpul, para Tzu Ching menghibur dengan berbagai isyarat tangan, kemudian dilanjutkan dengan acara yang ditunggu-tunggu, pembagian sembako. Suster Agnes bersama beberapa anak menerima bungkusan makanan dari para relawan kami dengan senang. “Saya pernah ikut kegiatan di organisasi lain dan juga sering ke panti jompo dengan komunitas saya sendiri, namun kunjungan bersama Tzu Chi terasa sangat berbeda, semuanya lebih tertata. Contohnya ada dokter yang memberikan pengobatan, ada pula disediakan makanan dan permainan untuk anak-anak. Hal tersebut benar-benar membuat saya merasa takjub”, kata Hendra, salah satu relawan yang pertama kali ikut kegiatan Tzu Chi.

Hari sudah sore, para Tzu Ching pun sudah waktunya meninggalkan asrama tersebut. Berat rasanya meninggalkan anak-anak yang ceria itu, apalagi selama 3 jam di sana sudah terjalin suatu persahabatan yang akrab. Ada pertemuan pasti ada perpisahan. Anak-anak bersalaman dengan semua relawan dan Tzu Ching yang hadir sebagai ucapan terima kasih atas kedatangan mereka. Tzu Ching pun berjanji akan kembali lagi pada suatu hari nanti.

 

 
 

Artikel Terkait

Dari Ikrar Timbul Kemampuan

Dari Ikrar Timbul Kemampuan

13 Maret 2014 Walau baru saja terbentuk dan hanya latihan sebanyak 4 kali, para Shijiedapat menghibur sekaligus menginspirasi para tamu untuk selalu memiliki sikap rendah hati dengan tersyukur atas bumi, langit dan segala isinya.
Tantangan Menjadi Relawan

Tantangan Menjadi Relawan

12 Juni 2017

Tak bersela lama, undangan sharing pun beredar di salah satu media sosial grup relawan Tzu Chi Aceh. Tepatnya pada Jumat, 9 Juni 2017 Hok Lay memberikan sharing yang menginspirasi dan motivasi kepada insan Tzu Chi Aceh. Sebanyak 25 orang relawan mengikuti acara ini.

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Mohon Maaf Lahir dan Batin

16 September 2010 Dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri 1431 Hijriah, pada tanggal 5 September 2010, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan acara pembagian paket Lebaran kepada para Gan En Hu (pasien penerima bantuan Tzu Chi)
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -