Doa Untuk Menghapus Derita

Jurnalis : Arimami Suryo A, Metta Wulandari, Fotografer : Arimami Suryo A, Metta Wulandari

doc tzu chi

Kamis, 5 Januari 2017, relawan Tzu Chi memberikan perhatian kepada korban selamat kecelakan kapal angkut penumpang Zahro Express di RSCM, Jakarta Pusat.

“Tunggu yah, tanggal dua gue pulang, gue bawain oleh-oleh deh…!” kenang Ntik, saat menceritakan kepada relawan Tzu Chi percakapan terakhirnya dengan kakak iparnya. Ntik sendiri merupakan keluarga korban kapal angkut penumpang Zahro Express yang terbakar dan meledak beberapa saat setelah meninggalkan Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, pada Minggu, 1 Januari 2017 pukul 08.45 WIB.

Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 1 yang mengetahui bahwa para korban selamat dibawa ke RS Atma Jaya dan RSPAD Gatot Subroto Jakarta segera melakukan koordinasi untuk melakukan kunjungan kasih (Guan Huai) kepada korban yang selamat dan keluarganya. Kamis, 5 Januari 2017, relawan Tzu Chi He Qi Utara melakukan perjalanan menuju ke RS Atma Jaya untuk mengunjungi korban selamat. Sebelumnya pada Rabu, 4 Januari 2017 relawan Tzu Chi He Qi Utara 1 juga memberikan perhatian kepada korban selamat dan keluarga korban kecelakaan kapal angkut penumpang Zahro Express di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

Sesampainya di RS Atma Jaya, relawan yang berjumlah 7 orang mendapati bahwa para korban yang selamat sudah tidak ada dan dirujuk ke rumah sakit lain. Mengetahui hal ini, Puspawati, relawan Tzu Chi  kemudian mengonfirmasi keberadaan para korban selamat. Setelah mendapatkan data keberadaan korban selamat, relawan segera berangkat menuju RSCM di Jakarta Pusat, karena ada 3 korban selamat yang dirujuk ke rumah sakit ini.

Dari tiga korban selamat yang berada di RSCM Jakarta, hanya satu keluarga yang bisa ditemui, karena dua korban diantaranya tidak bisa ditemui karena tidak ada pihak keluarga dan ada korban selamat yang ternyata sudah sejak pagi dibawa pulang ke rumahnya di Bogor, Jawa Barat. Relawan Tzu Chi kemudian bertemu dengan Ntik, adik kandung dari keluarga korban atas nama Sari yang beralamat di Pamulang, Tangerang Selatan. Sebelumnya, Sari bersama suami dan ketiga anaknya menghadiri acara keluarga besar di wilayah Pluit, Jakarta Utara. Namun karena sesuatu hal mereka sekeluarga memutuskan untuk melanjutkan liburan tahun baru ke Pulau Tidung.

doc tzu chi

Puspawati berusaha menenangkan Ntik (kiri) dan beberapa keluarga korban saat larut dalam suasana haru saat menceritakan kronologi musibah yang menimpa keluarga kakaknya, Sari.

Suratan takdir memang tidak bisa dielak, niat untuk berlibur pun seketika berubah menjadi malapetaka. Kapal yang mereka tumpangi menuju Pulau Tidung mengalami kecelakaan hingga menyebabkan kapal tersebut terbakar. Tiga dari lima anggota keluarga Sari menjadi korban dalam kecelakaan ini (suami, anak pertama dan kedua) meninggal dunia, sedangkan Sari dan anak ketiganya selamat.

Saat relawan Tzu Chi He Qi Utara 1 mengucapkan rasa bela sungkawa di rumah sakit, air mata Ntik dan beberapa anggota keluarga lainnya pun mengalir tidak terbendung. “Sebelumnya tidak ada firasat apa-apa, acara kita kan kumpul keluarga besar di Pluit, tapi Sari sekeluarga memutuskan untuk melanjutkan liburan ke Pulau Tidung menggunakan kapal tersebut,” ungkap Ntik sambil mengusap air mata.

Puspawati beserta relawan lainnya mencoba menguatkan Ntik dan anggota keluarga lainnya dengan mengajak berdoa. “Kita berusaha menyalurkan energi positif untuk para anggota keluarga korban dengan berdoa, supaya mereka dikuatkan dan diberi ketabahan,” ungkap Puspawati. Saat berkunjung ke RSCM, Sari sedang dirawat intensif di ruang ICU. Ia berhasil selamat setelah ditemukan sedang berpelukan mengapung di air dengan anak bungsunya yang berusia 7 tahun pascakejadian terbakarnya Kapal Zahro Express. Anak tersebut saat ini sudah berada di rumah karena tidak menderita luka yang serius, tetapi masih trauma dengan kejadian tersebut.

Doa Bersama di RD Sentosa, RSPAD Gatot Subroto

Rasa belasungkawa yang mendalam bagi korban kapal angkut penumpang Zahro Express terus bergulir, selain kunjungan kasih, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga mengadakan Zhu Nian (Doa Bersama) untuk korban yang diadakan di lantai dasar RD Sentosa,  RSPAD Gatot Subroto pada Jumat, 6 Januari 2017 pukul 18.30 WIB.

Kegiatan doa bersama tersebut ditujukan bagi salah satu korban atas nama Almh. Indra Sumarni (25 tahun) yang berasal dari Bandung. Indra Sumarni menaiki Kapal Zahro Express bersama suami, anak, ipar, juga ibu mertuanya. Keluarga tersebut sengaja meluangkan waktu untuk menghabiskan liburan tahun baru mereka di Pulau Tidung. Saat ledakan terjadi, suami Indra Sumarni menjelaskan bahwa keadaan yang awalnya tenang langsung berubah. “Semua penumpang langsung panik dan cari pintu keluar. Sementara itu tempat duduk istri saya tidak jauh dari pintu (tempat penyimpanan) mesin yang meledak,” tuturnya. “Dari penuturan petugas, dia mencoba keluar tapi jatuh dan keinjak. Cuma anak saya yang umurnya 10 bulan yang berhasil dikeluarkan,” imbuhnya.

Sebanyak 17 relawan Tzu Chi yang datang dalam doa bersama untuk korban yang diadakan di lantai dasar RD Sentosa, RSPAD Gatot Subroto pada Jumat, 6 Januari 2017. Dengan penuh kehangatan, relawan menguatkan keluarga untuk tetap tabah dan saling menjaga.

Keluarga sempat putus asa mencari keberadaan Indra Sumarni, pasalnya ketika seluruh keluarga sudah terkumpul hanya Indra Sumarni yang tidak terlihat. Suaminya pun berhari-hari mencari istrinya tersebut di berbagai rumah sakit rujukan. “Enggak ketemu. Enggak ada di rumah sakit mana-mana,” ucapnya. Tiga hari pasca kejadian, 4 Januari 2017, ia akhirnya mendapat kabar memilukan tentang istrinya. “Saya hanya berdoa semoga dia bisa tenang, saya pun mengucapkan terima kasih karena dia sudah menjadi istri dan menantu yang baik di keluarga saya,” tambah sang suami.

Doa senada pun dituturkan oleh 17 relawan Tzu Chi yang menyempatkan datang dalam doa bersama. Dengan penuh kehangatan, relawan menguatkan keluarga untuk tetap tabah dan saling menjaga.


Artikel Terkait

Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -