Estafet Aliran Cinta Kasih

Jurnalis : Noorizkha (He Qi Barat), Fotografer : Merry C dan Rudy D (He Qi Barat)
 
 

fotoDengan dukungan dan perhatian relawan, para penerima bantuan dapat kembali bangkit untuk menjalani kehidupan mereka. Hal ini merupakan tujuan dari misi amal sosial dan kesehatan Tzu Chi menghilangkan penderitaan di muka bumi ini.

Pada hari Minggu, 25 November 2012 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat mengadakan kegiatan kunjungan kasih bagi para penerima bantuan pengobatan  dengan bertajuk, "Gathering Kebersamaan Pasien Tzu Chi". 

 

 

Berbeda dengan kegiatan kunjungan kasih pada bulan-bulan sebelumnya. Dalam kunjungan kasih kali ini, para relawan He Qi Barat tidak lagi bertamu ke rumah para pasien namun sebaliknya  mengajak mereka bertamu ke rumah insan Tzu Chi, Jing Si Tang (Aula Jing Si) yang terletak di Pantai Indah Kapuk, Jakarta. 

Berbagi Amanah
Tepat pukul 08.00 Wib, sekitar 50 peserta yang terdiri dari para relawan Tzu Chi dan para peserta (relawan baru) sudah berkumpul di aula lantai 2 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Dalam pertemuan itu, para relawan melakukan pembagian tugas. Ada yang bertugas menjemput pasien dari rumahnya dan ada pula yang bertugas menyambut para pasien di Jing Si Tang nantinya. Usai pembagian tugas, kami pun berangkat menuju ladang berkah masing-masing. 

Pukul 09.30 Wib dengan diiringi lagu penyambutan para pasien kasus bersama dengan pendamping memasuki gedung DAAI TV. Di awal kunjungan itu, mereka disuguhi tayangan singkat mengenai masa awal Master Cheng Yen merintis Tzu Chi. Tidak itu saja, mereka juga disuguhi tayangan mengenai seorang bocah lelaki bernama Budi Salim (9) yang menderita tumor di rahangnya. Tzu Chi pun lantas membantu biaya operasi Budi Salim. Kini, setelah sembuh. Budi Salim tidak hanya dapat bersekolah kembali. Ia juga bersemangat berjualan kue. Uang hasil berjualan kue pun ia bagi menjadi 2. Bagian pertama untuk ditabung, dan bagian kedua ia masukkan ke dalam celengan bambu Tzu Chi. Kelak, saat celengan bambu itu penuh. Uangnya akan ia serahkan ke Tzu Chi untuk membantu kembali mereka yang membutuhkan bantuan.

Aliran Cinta Kasih Tak Terhenti Oleh Keterbatasan
Usai menonton bersama, acara dilanjutkan dengan sharing dari para pasien yang hadir. Saat sesi inilah, beberapa relawan Tzu Chi sempat menitikkan air mata. Hal itu terjadi saat ibu Sunaeni, istri almarhum Bong Bu Jang, seorang pasien penderita kanker getah bening berbagi kisah. Almarhum Bong Bu Jang yang mendapatkan bantuan operasi dari Tzu Chi awalnya berhasil disembuhkan, meski pada akhirnya ia tak kuasa melawan penyakit yang dideritanya dan meninggal.

Sepeninggalan sang suami, Sunaeni kini harus merawat ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Beruntung, ia kini masih menerima bantuan dari Tzu Chi. Saat sharing, Sunaeni juga bercerita bahwa sebelum meninggal almarhum suaminya berpesan kepadanya agar dapat ikut bersumbangsih membantu orang lain melalui Tzu Chi. 

foto   foto

Keterangan :

  • Dengan adanya kunjungan ke Aula Jing Si, para penerima bantuan merasa bahagia dan gembira. SElain itu, mereka jadi lebih dapat mendalami sejarah Tzu Chi di Indonesia dan bagaimana beratnya perjuangan relawan hingga kini, Tzu Chi dapat memiliki rumah sendiri (kiri).
  • Dalam acara kunjungan kasih tanggal 25 November 2012, para penerima bantuan pengobatan Tzu Chi diundang untuk datang ke Aula Jing Si Indonesia untuk melihat-lihat rumah insan Tzu Chi yang baru beberapa bulan diresmikan (kanan).

Mengenal Lebih Dalam Jing Si Tang
Tepat pukul 10.30 acara dilanjutkan dengan mengajak para peserta melihat-lihat ruangan yang ada di Jing Si Tang.  Dimulai dari Aula Daai TV, Exhibition Hall, hingga replika rumah Master Cheng Yen, para peserta terlihat senang dan sangat antusias. Apalagi penjelasan yang diberikan oleh Johnny Shixiong, sangat gamblang dan jelas, sehingga rombongan dapat memahami lebih dalam sejarah, makna, dan kegiatan Tzu Chi. "Senang sekali bisa diajak jalan-jalan," ujar Ibu Mutia (43) sambil tersenyum saat ditanya bagaimana perasaannya saat berkeliling di Jing Si Tang. Ibu dari empat orang anak ini adalah penerima bantuan pengobatan dari Tzu Chi. Mutia dahulu menderita kanker payudara dan telah sembuh. Kini ia aktif mengisi celengan bambu untuk disumbangkan ke Tzu Chi. Ia bertekad ingin membantu pasien lain yang juga membutuhkan pertolongan seperti ia dahulu. 

Hal yang sama juga dirasakan oleh Bapak Toni (31) yang menderita penyakit polio sehingga harus duduk dan beraktivitas sehari-hari di kursi roda. "Saya merasa senang sekali karena walaupun kondisi saya seperti ini masih mau diajak keliling Jing Si Tang oleh relawan Yayasan Buddha Tzu Chi" ujarnya. "Saya juga ingin bersumbangsih dan sekarang saya aktif mengumpulkan sampah untuk Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Duri Kosambi,"  sambungnya. Setelah diajak berkeliling, rombongan lantas diajak untuk makan siang dan dilanjutkan dengan berfoto bersama.

Belajar dari yang Dibantu
Kegiatan pun berakhir tepat pukul 13.00 Wib,  para pasien dan pendamping diantar kembali menuju ke rumah masing-masing. Walaupun kegiatan gathering berakhir dalam waktu yang singkat, namun pelajaran yang diperoleh sangatlah bermakna. Kita dapat belajar dari para pasien. Meski mereka memiliki kekurangan baik secara fisik maupun materi namun mereka tetap bersemangat untuk ikut bersumbangsih membantu orang lain. Dari dulunya yang dibantu, kini mereka menjadi yang membantu yang membutuhkan. 

Tepat, seperti yang dikatakan oleh Master Cheng Yen dalam salah satu Kata Perenungannya. "Manfaatkan setiap detik dengan bersumbangsih demi alam kehidupan dan masyarakat luas, agar setiap harinya penuh dengan harapan"
  
 

Artikel Terkait

Mencintai Fotografi, Konsisten Merekam Jejak Tzu Chi

Mencintai Fotografi, Konsisten Merekam Jejak Tzu Chi

06 September 2017

Berawal dari sebuah kamera saku pemberian sang ibu, Beverly Clara, remaja berusia 15 tahun ini mulai terjun dalam dunia fotografi. Kini fotografi menjadi bagian besar dalam hidupnya, terutama sebagai Relawan Zhen Shan Mei di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Riau.

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -