Festival Kali Angke 2011

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Anand Yahya, Shiladamo Mulyono
 

fotoUntuk memeriahkan Festival Perahu Naga Kali Angke, relawan Tzu Chi turut berpartisipasi dengan membuat perahu hias dari limbah botol air mineral. Ini sebagai bentuk kampanye lingkungan: Aksi Mencintal Kali yang Bersih.

Kali telah menjadi bagian dalam kehidupan warga kota Jakarta. Satu dari sekian banyak kali yang mengalir di Jakarta dan memiliki banyak kenangan adalah Kali Angke. Sejak dahulu kali yang membelah wilayah Jakarta Utara itu telah menjadi bagian dari kehidupan warga, mulai dari transportasi hingga MCK (mandi, cuci, kakus).Seorang warga yang berprofesi sebagai penarik perahu menceritakan kalau 40 tahun yang lalu kali itu mengalirkan air yang jernih, tidak berbau, dan dalam.

Waktu itu warga masih mandi, mencuci, dan memancing di Kali Angke yang jernih, kondisi yang sangat berlainan dengan sekarang. Saat ini air yang mengalir di Kali Angke berwarna hitam, bau, dan dipenuhi oleh sampah. Kendati demikian masih saja ada warga yang tetap memanfaatkan Kali Angke untuk keperluan sehari-hari.

Mewariskan Sungai yang Bersih
Karena alasan inilah Tzu Chi melakukan pengerukan di Kali Angke sepanjang 2,4 Km – berada di wilayah Pejagalan dan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara— sejak 4 April 2011. Dari hasil pengerukan yang ditemukan memang cukup memprihatinkan, sebanyak 70% limbah yang mengalir ke kali adalah sampah non organik. Dan setelah pengerukan itu rampung untuk mengembalikan kembali fungsi kali dan menumbuhkan kepedulian warga pada pelestarian lingkungan di sekitar Kali Angke, Tzu Chi kembali mengadakan Festifal Kali Angke Tzu Chi pada hari Sabtu 9 Juli 2011. Festival yang dimeriahkan dengan perlombaan perahu naga ini bertujuan memberikan semangat kepada masyarakat untuk menghidupkan kembali Kali Angke sebagai urat nadi kehidupan Kota Jakarta dan pariwisata. “Semua ini dilakukan semata-mata berharap terciptanya kali yang bersih, Jakarta bebas dari banjir, dan masyarakat yang tinggal di Kali Angke dapat hidup bersih. Masyarakat juga diharapkan dapat ikut menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah di kali. Bersama-sama kita mewariskan sungai yang jernih dan dunia yang bersih,” jelas Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

foto  foto

Keterangan :

  • Pukul 08.30 WIB, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo telah tiba di Kali Angke dan langsung mengarungi kali bersama Sugianto Kusuma dan Franky O. Widjaja (Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia) menggunakan perahu kayu. (kiri)
  • Secara bersama-sama relawan Tzu Chi bersama Gubernur DKI Jakarta dan Walikota Jakarta Utara menekan sirene sebagai tanda dimulainya Festival Kali Angke. (kanan)

Acara yang dimulai sejak pukul 8.30 WIB itu diikuti oleh 15 peserta lomba yang berasal dari berbagai kecamatan di Jakarta Utara dan relawan Tzu Chi. Festival yang dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo ini mengundang antusias warga yang tinggal di sekitar Kali Angke. Bahkan untuk menyambut festival itu, Sudirman ketua RT 02, RW 01, Kapuk Muara telah mengimbau kepada warganya agar tidak membuang sampah ke kali sejak 3 bulan yang lalu. Selain berbentuk imbuaan, ia juga turut bergotong royong bersama relawan Tzu Chi pada awal Juli lalu membersihkan lingkungan di sekitar Kali Angke. Menurut Sudirman, semenjak Tzu Chi berpartisipasi dalam pembersihan Kali Angke warga di sekitar situ sangat merasakan manfaatnya. Satu di antaranya adalah bau menyengat yang berasal dari kali sudah tidak ada. Luapan air yang disebabkan oleh endapan lumpur dan tumpukan sampah pun telah teratasi. “Begitu Tzu Chi melakukan pengerukan, kami telah merasakan manfaatnya. Sampah tak lagi menghanyut di kali,” kata Sudirman.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan bersama Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) ikut serta dalam Lomba Perahu Naga. Setelah dikeruk selama 3 bulan Kali Angke nampak lebih bersih dari sampah yang mengapung. (kiri)
  • Tim dari DAAI TV Indonesia mengikuti lomba Perahu Naga. Lomba ini sesungguhnya bertujuan menjadikan Kali Angke sebagai kali wisata dan kebanggaan warga Jakarta Utara. (kanan)

Menurut Sudirman setidaknya dengan adanya pihak yang peduli pada pelestarian lingkungan, diharapkan menjadi panutan bagi warga sekitar untuk merasa bertanggung jawab atas kebersihan lingkungannya dan merasa malu untuk membuang sampah di kali. “Pihak luar saja peduli membersihkan kali ini, masa kita yang tinggal di sini tidak peduli, harusnya merasa malu,” jelas Sudirman.  Karenanya sebagai Ketua Rukun Warga, Sudirman bertekad akan selalu mengingatkan warganya untuk menjaga kebersihan dan menganggap Kali Angke sebagai bagian kehidupan. “Sadar atau pun tidak masyarakat di sini bergantung pada Kali Angke,” katanya.

Terakhir ia berharap agar relawan Tzu Chi tetap setia mendatangi Kali Angke, bukan sekadar gotong royong membersihkan lingkungan, tapi juga penyuluhan kepada para warga. “Harapannya Buddha Tzu Chi dapat terus mendampingi warga untuk menjaga lingkungan,” ungkapnya. 

  
 

Artikel Terkait

Mengajak Para Lanjut Usia Mengenal Aula Jing Si

Mengajak Para Lanjut Usia Mengenal Aula Jing Si

22 Juni 2017

Untuk mengenal lebih dalam dan lebih dekat tentang Tzu Chi, Tan Guan Nio (69) mengajak  83 umat gereja Santo Yoseph Matraman berkunjung ke Tzu Chi Center, Sabtu, 17 Juni 2017. Umat gereja ini berasal dari komunitas Adi Yuswo atau lebih dikenal dengan komunitas para lanjut usia.

Rumah Baru Bagi Insan Tzu Chi Selatpanjang

Rumah Baru Bagi Insan Tzu Chi Selatpanjang

19 Maret 2019

Senin, 4 Maret 2019, relawan Tzu Chi Batam kembali berangkat ke Kota Selatpanjang dengan mengemban misi. Misi kesembilan orang relawan Batam ini ialah untuk mendekorasi kantor baru Tzu Chi  di Kota selatpanjang.

Gempa Jepang : Galang Dana di Indonesia

Gempa Jepang : Galang Dana di Indonesia

16 Maret 2011 Selasa pagi, 15 Maret 2011 Tzu Chi Indonesia mengadakan doa bersama untuk meringankan derita korban tsunami. Pada sore harinya, sejumlah karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melanjutkan aksi kemanusiaan dengan melakukan penggalangan dana di kalangan staf Yayasan Buddha Tzu Chi dan DAAI TV Indonesia.
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -