Galang Hati untuk Sumatera-Kelas Budi Pekerti

Jurnalis : Ivana, Fotografer : Ivana
 

fotoPara pembimbing Kelas Budi Pekerti Tzu Chi mengajak anak-anak untuk mewujudkan kepedulian mereka pada korban gempa dengan ikut menggalang dana.

 

 

 

 

 

“Bagi cinta kasihnya untuk Padang,” seru keempat anak yang usianya berkisar 7-10 tahun itu. Kehadiran mereka di sudut pusat perbelanjaan ITC Mangga Dua, Jakarta itu menarik perhatian bukan hanya pengunjung, namun juga para pramuniaga dan pemilik toko di sana.

 

 

 

 

 

 

Milen sudah pasti adalah anak yang penuh berkah, sejak kecil ia tak pernah mengalami kekurangan dalam keluarganya. Untuk datang ke Kelas Budi Pekerti hari ini, 11 Oktober 2009 misalnya, ia diantar dengan mobil. Dan meski masih duduk di bangku SD, sebuah telepon genggam yang cukup canggih dengan bebas dapat digunakannya. Bukan hanya Milen, rata-rata anak yang menjadi siswa Kelas Budi Pekerti Tzu Chi dapat dikatakan berasal dari keluarga menengah ke atas.

Para guru pembimbing Kelas Budi Pekerti Tzu Chi punya misi khusus hari ini. Mereka akan mengajak anak-anak ini untuk menanam kembali berkah bagi diri anak-anak itu. Ruang bhaktisala sudah dihiasi dengan kotak dan poster dana, dengan tulisan “Peduli Gempa Sumatera” di depannya. Tampaknya anak-anak pun sudah diberitahu sebelumnya, antusiasme yang mewarnai membuat suasana jadi sedikit berbeda dari biasanya. Membayangkan akan turun ke pusat keramaian, melakukan sesuatu yang baru, maka keceriaan menghias wajah-wajah mungil itu.

Sebelumnya, tayangan video tentang kondisi gempa di Padang ditunjukkan. Suara “ooohh” atau “duhh...” sesekali terlontar saat tayangan menunjukkan korban yang terluka dan memiliki balutan di berbagai bagian tubuhnya. Kondisi kota Padang yang sebagian besar bangunannya rubuh juga ditampilkan agar anak-anak dapat membayangkan besarnya akibat gempa. “Anak-anak, meskipun anak-anak masih kecil sehingga tidak bisa pergi ke tempat bencana untuk membantu, tapi di sini kita bisa melakukan dengan menggalang hati dan kepedulian orang-orang,” ujar Yen Ling, salah seorang pembimbing. Mereka mengangguk-angguk dan mulai saling berbisik dengan teman di sebelahnya, mungkin merencanakan bagaimana akan menggalang dana.

foto  foto

Ket: - Sebelum turun untuk praktik menggalang dana, anak-anak diajak menonton tayangan video kondisi             pascagempa di Sumatera Barat, juga sempat melakukan simulasi agar dapat memberi kesan yang baik             selama menggalang dana. (kiri).
        - Milen dan Johannes menyerahkan celengan mereka yang sudah terisi penuh pada Tzu Chi. "Untuk             membantu korban gempa Padang," begitu kata mereka tulus dan polos. (kanan)

Usai mengisi perut dengan nasi goreng dan es teh manis, terbagi dalam 9 kelompok, 65 anak ini sudah sangat siap untuk menjalankan misinya. Mereka berbaris keluar dari kantor sekretariat Tzu Chi yang terdapat di ITC Mangga Dua lantai 6. Setiap kelompok sudah memiliki “pos”-nya sendiri. Ada yang mendapat tugas di lantai dasar, di lantai 1, lantai 2, dan sebagainya. Mereka didampingi oleh 2 guru pembimbing, juga 1-2 orang relawan Tzu Chi. Para malaikat kecil yang masih polos dan menggemaskan ini dengan sendirinya sudah menarik perhatian para pengunjung.

“Wah kok cuma seribu?” Albert menyeletuk spontan. Yen Zhen, guru pembimbingnya segera mendekat dan mengingatkan, “Huss, tidak boleh bicara begitu. Berapapun jumlahnya, kita harus bilang terima kasih.” Sudah beberapa menit kelompok mereka berdiri di pintu masuk utama ITC, dan tak hanya anak-anak, tampaknya para pengunjung pun agak malu-malu sewaktu akan memasukkan dana. Namun ada juga yang setelah lewat kemudian berbalik dan memasukkan uang ke dalam kotak. Hati anak-anak seperti melompat setiap kali ada pengunjung yang mengulurkan tangan mereka, dan seperti jatuh bila pengunjung hanya lewat tanpa memperhatikan mereka.

Nita, ibu dari Leon, sengaja mengikuti acara hari ini sebab ia ingin melihat bagaimana anak-anaknya akan menggalang dana. “Ini bagus, saya memang maunya begitu, jadi anak-anak tau orang hidup susah itu bagaimana. Supaya mereka juga belajar nggak manja,” tuturnya sama sekali tanpa nada keberatan. Sayangnya, Nita belum juga menemukan di pos mana Leon “bertugas”. Para pembimbingnya juga sangat terkesan dengan semangat anak-anak. Meskipun kotak dana Tzu Chi yang biasanya berbahan kayu sudah diganti dengan menggunakan kardus supaya anak-anak tidak keberatan, memegang kotak selama 1 jam menggalang dana, pasti menyebabkan tangan kecil mereka pegal. Namun anak-anak begitu bersemangat sampai lupa waktu. “Waktu saya bilang, ‘Ayo kembali ke atas, waktunya habis’, mereka malah bilang, ‘Lho, sudah selesai?’,” kata Yen Zhen sambil tertawa.

foto  foto

Ket: - Para malaikat kecil ini langsung membungkuk syukur dan mengucap "gan en" ketika ada pengunjung yang             memberikan dana. Ada 9 titik di ITC Mangga Dua tempat anak-anak ini mengetuk hati para pengunjung.              (kiri).
        - Usai menggalang dana, anak-anak menghitung bersama-sama dana yang baru saja mereka kumpulkan.            Rasa pegal di kaki dan tangan hilang melihat cinta kasih yang mereka peroleh hari itu.   (kanan) 

Sekembalinya ke kantor sekretariat Tzu Chi, tiap kelompok bersama-sama membuka kotak mereka dan menghitung hasil penggalangan dana hari itu. Ada yang mendapat jumlah dalam bilangan ratusan ribu, sampai jutaan rupiah. Mereka merasakan kebahagiaan tak terkira dapat memperoleh dana yang besarnya di luar dugaan. Beberapa menyempatkan bercerita penuh kebanggaan pada ibu atau ayah yang mendampingi. Namun yang terpenting bukanlah jumlah yang terkumpul, melainkan bahwa cinta kasih dan kepedulian pada korban bencana yang membutuhkan bantuan telah mulai tumbuh dalam hati murni mereka.

        

 
 

Artikel Terkait

Bersyukur dan Membalas Budi

Bersyukur dan Membalas Budi

23 September 2014 Pada 21 September 2014 ini bertujuan agar anak asuh Xie Li 3 dan Xie Li 4 bersama orang tua mereka dapat menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih erat satu sama lainnya.
Doa dan Solidaritas untuk Warga Penyintas Erupsi Gunung Semeru

Doa dan Solidaritas untuk Warga Penyintas Erupsi Gunung Semeru

14 Desember 2021

Para guru dan staf di Sekolah Tzu Chi Indonesia bersumbangsih bagi warga penyintas bencana erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.

Suara Kasih : Memberi Kontribusi bagi Bumi

Suara Kasih : Memberi Kontribusi bagi Bumi

19 Oktober 2010 Pencemaran telah merusak keselarasan iklim. Akibatnya, beberapa daerah yang seharusnya hujan malah kekeringan bagaikan pipa saluran air yang disumbat. Sebaliknya, beberapa tempat terus diguyur hujan. Di sana langit bagai berlubang dan air hujan terus tumpah ke bumi. Curah hujan yang tidak merata ini adalah akibat dari pencemaran oleh emisi karbon.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -