Gathering Gan En Hu dan Anak Asuh

Jurnalis : Yusie (He Qi Timur), Fotografer : Kurniawan (He Qi Timur)
 
 

fotoRelawan Hu Ai Kelapa Gading dan Gan En Hu bersama-sama melakukan isyarat tangan 'Satu Keluarga' sebagai ungkapan rasa syukur dan ikatan cinta kasih yang kuat diantara mereka.

Minggu 29 Januari 2012, sebanyak 34 relawan  Tzu Chi Hu Ai Kelapa Gading melaksanakan kegiatan Gathering Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) dan anak asuh di Jing Si Books & Café Kelapa Gading. Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB pagi dan berlangsung selama 2 jam. Sebanyak 34 orang anak asuh dan 17 orang penerima bantuan pengobatan hadir pada hari itu.

 

Selain memberikan bantuan pengobatan, biaya hidup, dan pendidikan, para relawan juga memberikan pengetahuan kepada para Gan En Hu mengenai pelestarian lingkungan khususnya global warming. Menurut salah satu relawan, yaitu Wie Siong Shixiong, tujuan kegiatan ini tidak hanya sekedar memberi bantuan, tetapi juga berbagi hati kepada para Gan En Hu. “Dengan adanya kegiatan ini menunjukkan bahwa tidak hanya mereka yang menderita, masih ada orang lain yang mau membantu mereka,” ungkapnya. Harapan Wie Siong Shixiong kegiatan ini dapat membersihkan hati masing-masing, merangkul sesama, dan dapat menciptakan lingkaran cinta kasih yang lebih besar lagi.

Cerita para Gan En Hu
Salah satu penerima bantuan yang hadir adalah Joni (37). Joni divonis menderita gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah. Yenni (57), salah satu kerabat Joni menceritakan, “Sekali cuci darah bisa habis Rp 650.000,-. Dan seminggu harus 2 kali.” Karena kondisi keuangan keluarga yang tidak memungkinkan, maka keluarga Joni meminta bantuan pengobatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Setelah 16 kali cuci darah, kesehatan Joni membaik dan dokter menyatakan bahwa ginjal Joni sudah sembuh. Hal ini menjadi mujizat bagi Joni dan keluarga.

foto    foto

Keterangan :

  • Joni, penderita gagal ginjal yang merasa bersyukur setelah sembuh dari sakitnya (kiri).
  • Maria tidak dapat menahan haru karena mendapatkan bantuan dari Tzu Chi dan bertekad ingin menjadi relawan Tzu Chi (kanan).

Gan En Hu yang juga hadir, yaitu Maria (41). Sambil menunggu giliran dipanggil Maria bermain dengan anaknya, Cahaya (3).  Maria menerima bantuan biaya hidup dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sebagai orang tua tunggal dengan 2 orang anak, cukup berat bagi Maria untuk menjalani kehidupannya. Dengan berurai air mata, Maria mengungkapkan, “Anak saya yang nomer 1 saya titipin di panti asuhan, karena saya ngga bisa sekolahin. Namanya Ramadhan, sekarang kelas 2 SMP.” Sehari-hari Maria bekerja di sebuah perusahaan kecil dengan penghasilan di bawah UMR.  “Tapi masih bersyukur karena dari kantor kasi  saya tempat tinggal” lanjut Maria. Selain itu Maria juga bersyukur karena mendapat bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan menyatakan bahwa jika kondisi perekonomiannya sudah lebih baik, Maria akan ikut menjadi donatur. “Nanti kalau anak saya yang kecil sudah bisa ditinggal, saya juga mau jadi relawan” tekadnya.

Anak Asuh yang Berprestasi Cemerlang
Selain memberikan bantuan pengobatan dan biaya hidup, para relawan juga membagikan bantuan pendidikan kepada para anak asuh. Meyvin Suntoro (12), seorang siswi kelas 6 SD, adalah salah satunya. “Saya sudah mendapatkan bantuan pendidikan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sejak kelas 4 SD. Awalnya dikasih tahu sama sekolahan” ujar Meyvin.

foto  foto

Keterangan :

  • Meyvin (kanan), anak asuh Tzu Chi menerima bantuan beasiswa bulanan dari relawan Tzu Chi (kiri).
  • Meyvin dan ibunya Henny berbincang-bincang dengan relawan Tzu Chi seperti satu keluarga. (kanan).

Prestasi Meyvin sangat bagus di sekolah. Sejak kelas 1 SD, Meyvin selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas sehingga sangat disayangkan jika akibat kondisi keuangan keluarga, Meyvin harus putus sekolah. “Memang anaknya seneng belajar, jarang main” ungkap Henny (34), ibu Meyvin. Meyvin yang belum tahu ingin mejadi apa jika sudah dewasa ini akan berusaha keras mempertahankan prestasinya supaya tidak mengecewakan para donatur yang sudah membantunya.

Seperti fenomena gunung es, yang tampak hanyalah sebagian kecil dari yang tersembunyi di bawah permukaan air, mungkin masih banyak orang dan anak-anak berprestasi seperti Meyvin yang membutuhkan bantuan. Semoga gathering ini menjadi langkah awal menggalang hati semua orang termasuk para Gan En Hu untuk ikut berbagi sehingga lebih banyak orang lagi yang ikut merasakan cinta kasih dan kebahagiaan.

  
 

Artikel Terkait

Mataku Pelita Hidupku

Mataku Pelita Hidupku

12 Desember 2019

Sudah tiga tahun mata Aang terkena katarak, berawal dari mata kirinya, kemudian mata kanannya. Saat ini biaya hidup mereka bergantung pada kedua anaknya yang memutuskan berhenti kuliah dan bekerja. Setelah dioperasi kataraknya (22/11/2019), Aang bertekad untuk kembali bekerja memperbaiki perekonomian keluarga.

Memberikan Teladan dan Motivasi kepada Para Gan En Hu

Memberikan Teladan dan Motivasi kepada Para Gan En Hu

13 Februari 2024

Meski hanya memiliki satu lengan, Karmani yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek daring ini tetap semangat. Kisahnya pun menginspirasi para Gan En Hu lainnya.

Dasawarsa Pintu Penggalang Bodhisatwa

Dasawarsa Pintu Penggalang Bodhisatwa

01 September 2014

Sebagai sarana untuk menyosialisasikan budaya humanis dalam masyarakat, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia meresmikan Toko Buku Jing Si atau Jing Si Books & Café Pluit pada tahun 2004. Kini, Jing Si Books & Café Pluit genap berusia sepuluh tahun dalam mewariskan intisari ajaran Master Cheng Yen.

Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -