Gempa Palu: Memulihkan Hidup, Melepaskan Risau

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul Khotimah


Relawan Tzu Chi memperkenalkan lagu Satu Keluarga saat memulai distribusi bantuan di Desa Lolu yang berada di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada Rabu, 17 Oktober 2018.

Mengawali pembagian bantuan di Desa Lolu yang berada di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Rabu sore, 17 Oktober 2018, relawan Tzu Chi mengajak warga untuk sejenak menghibur diri. Warga Lolu memang tampak kurang bersemangat saat diminta untuk bernyanyi. Namun ketika relawan memperkenalkan lagu Satu Keluarga dengan gerakan isyarat tangan yang sudah khas itu, warga tak sungkan lagi mengikutinya.

Saat mengikuti isyarat tangan lagu Satu Keluarga, tampak warga sudah membawa piring atau tempat makanan. Sebagian warga rupanya sudah tahu bahwa selain memberikan paket bantuan, relawan Tzu Chi juga bakal memasak Nasi Jing Si.


Sebelum mengantre untuk mendapatkan paket bantuan, warga dihidangkan sajian Nasi Jing Si.

Usai melahap Nasi Jing Si, Sulviani (28) yang sudah memegang kupon, berbaris untuk mendapatkan paket bantuan berupa tikar, selimut, sarung, biskuit, serta mi instan DAAI. Ada 267 paket bantuan yang dibagikan Tzu Chi di desa ini ini.

“Saya mewakili masyarakat sini sangat berterima kasih sekali karena dengan adanya bantuan, kami sangat merasa terbantu,” kata Sulviani.


Sebanyak 267 paket bantuan dibagikan Tzu Chi di Desa Lolu.

Hingga kini, Sulviani bersama ibu, kakak, adik serta dua keponakannya yang Balita masih tinggal di tenda pengungsian. Rumahnya sudah tak layak huni, bagian depan sudah agak miring, lalu bagian belakang seperti dapur sudah roboh. Sulviani  bersyukur ia dan keluarganya selamat dan hanya mengalami luka-luka ringan.

Upaya Menghilangkan Trauma

“Yang akan kita lakukan adalah bagaimana mengurangi atau menghilangkan bahkan perasaan yang tidak enak. Baik, sekarang saya mau bertanya kepada ibu-ibu sekalian, ketika gempa terjadi, apa sih yang ibu rasakan?” tanya Rudy Suryana, relawan Tzu Chi yang sekaligus seorang hypnotherapist kepada sembilan ibu-ibu warga Desa Lolu yang mengikuti sesi terapi menghilangkan trauma.

“Takut, panik, cemas, khawatir,” jawab para ibu.

“Baik, bencana sudah berlalu. Betul? Sekarang sudah hampir tiga minggu berlalu ya. Tetapi apakah perasaan itu masih ada?” tanya Rudi

“Masih.., apalagi kalau menjelang malam,” jawab ibu-ibu berbarengan.

“Baik. Sekarang saya mau tanya dan jawab dengan jujur. Kalau dari angka nol itu biasa, lima itu sedang, deg deg deg, sepuluh itu tinggi sekali. Di angka berapa kira-kira ketakutan yang ibu rasakan?” kata Rudy lagi.


Sulviani menerima paket bantuan berupa tikar, selimut, sarung, biskuit, serta mi instan DAAI.

Kebanyakan dari ibu-ibu ini merasakan ketakutan di level 5. Namun Sufina (40) merasakan ketakutan dan perasaan mencekam di level sembilan. Menjelang malam, Sufina merasakan takut, panik, dan gemetar hingga ke kaki akibat dahsyatnya gempa dengan magnitude 7,7 skala Richter yang mengguncang Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018 lalu.

Usai menjalani relaksasi dengan mengeluarkan semua energi negatif dan mengisinya dengan energi positif, juga rasa syukur kepada Tuhan atas kesempatan hidup yang diberikan, Sufina merasa lega. “Rasanya agak enak, beban berkurang, sudah tidak ada beban. Rasanya sudah lega, sudah semangat lagi, tidak seperti kemarin. Badan juga agak enak,” kata Sufina.


Rudy Suryana, relawan Tzu Chi yang sekaligus seorang hypnotherapist memberikan terapi kepada para ibu agar trauma mereka dapat segera hilang. 

Supandi, relawan Tzu Chi mengaku sangat tersentuh saat berinteraksi dengan warga Desa Lolu. Ia mendoakan warga diberikan kekuatan agar bisa segera pulih dari segala trauma dan kesedihan.

Saya pikir wah dalam hidup ini memang jalinan jodoh bisa ke sini, mereka rumah habis, perubahan yang sejenak gempa, yang membuat batin mereka tidak tenang. Kita hanya bisa memberikan sedikit, hanya selimut, tikar. Ya kita doakan saudara-saudara kita ini cepat pulih kembali, dan bisa hidup seperti biasanya lagi,” kata Supandi.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Gempa Palu: Cinta Kasih ini Bukan Kiasan

Gempa Palu: Cinta Kasih ini Bukan Kiasan

24 Oktober 2018

Relawan Tzu Chi memberikan selimut kepada warga di 6 posko pengungsian pada Selasa, 23 Oktober 2018. Relawan Tzu Chi juga mengajarkan para ibu-ibu di pengungsian untuk memasak dan mengolah Nasi Jing Si.


Gempa Palu: Mengapa Harus Datang Langsung ke Palu?

Gempa Palu: Mengapa Harus Datang Langsung ke Palu?

25 Oktober 2018
Para relawan Tzu Chi ini punya alasan kuat mengapa mereka merasa harus datang langsung ke Palu, Sulawesi Tengah untuk membantu para korban gempa. Apa saja yang mereka rasakan selama di sana? Simak kisah-kisah mereka berikut ini. 
Gempa Palu: Keberangkatan Tim Medis Tzu Chi ke Palu

Gempa Palu: Keberangkatan Tim Medis Tzu Chi ke Palu

02 Oktober 2018

Hari ini, Selasa, 2 Oktober 2018, tepat pukul 14.23 WITA, relawan Tzu Chi Jakarta tiba di Makassar bersama 3 orang dokter, 2 perawat, dan 2 apoteker dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia untuk berkoordinasi pemberian bantuan bagi korban gempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah.

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -