Gigih Berjuang, Tak Ada Kata Menyerah

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul Khotimah, Dokumentasi He Qi Barat 1

Susanti dan Maria membawakan paket sembako untuk Fatimah.

Siang itu kondisi jalan raya di kawasan Cengkareng menuju Dadap Tangerang benar-benar tak bersahabat. Kemacetan mengular panjang saat Susanti dan Maria hendak berkunjung ke kediaman seorang penerima bantuan Tzu Chi jangka panjang atau biasa disebut Gan En Hu.  

Setelah tiga jam berjibaku dengan kemacetan, sampai juga keduanya di rumah Fatimah (45), seorang ibu rumah tangga penderita asma akut. Oleh Tzu Chi, ia dibantu biaya pengobatan yang tak di-cover oleh layanan BPJS. Pada kunjungan kasih ini, 12 April 2023, Susanti dan Maria juga membawakan Fatimah paket sembako.

Mendapati Susanti dan Maria tiba di rumahnya, Fatimah begitu gembira. “Kalau relawan datang tuh rasanya hati saya lega, saya bisa curhat,” katanya.

“Mungkin saudara saya mendengarkan curhat saya juga belum bisa membantu karena ekonominya sama. Kalau saya curhat sama relawan selalu dibantu. Dari segi makanan, dari segi obat. Sejujurnya saya malu selalu dibantu. Saya ingin gantian, tapi begini nasib saya,” tambah Fatimah.

Bantuan nebulizer dari Tzu Chi begitu berguna bagi Fatimah yang menderita asma akut.

Susanti dan Maria juga sangat senang bisa kembali mengunjungi Fatimah. “Saya sendiri kondisinya kurang fit, tapi karena pengen melihat ibu Fatimah. Terakhir saya ke sini Februari pas lagi banjir. Makanya saya ke sini itu mau lihat ibu Fatimah sekarang bagaimana,” ujar Susanti.

Kunjungan kasih relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 ke rumah Fatimah kala itu memang tak terlupakan.  Saat itu hujan lebat, dalam waktu beberapa menit saja rumah Fatimah digenangi banjir. Banjir sudah menjadi santapan rutin Fatimah dan keluarganya karena rumah sempit yang mereka tempati pemukaan lantainya lebih rendah dari jalan.

“Saya juga dengar kalau bulan lalu Ibu Fatimah sempat beli obat. Saya ingin tahu kondisi setelah mengonsumsi obat apakah sudah membaik,” sambung Susanti.

Sehari-hari Fatimah menjahit busa helm dari salah satu pabrik dan rata-rata mendapat upah 40.000 rupiah sehari.

Fatimah sendiri menderita asma sejak kecil. Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma ini semakin parah ketika Fatimah bekerja di pabrik konveksi selama bertahun-tahun.

Kini Fatimah sudah tak lagi bekerja di pabrik.  Ia mengais rejeki dengan menerima order jahitan untuk busa helm. Dalam sehari rata-rata ia bisa menjahit 100 set dan menerima upah 40 ribu rupiah. Sementara sang suami bekerja serabutan sebagai pengantar pesanan bahan makanan ke restoran dengan penghasilan tak tentu.

Penghasilan keduanya sangat pas-pasan untuk membesarkan tiga anaknya. Namun Fatimah dan sang suami berjuang sampai titik darah penghabisan agar anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan. Kabar baiknya, anak sulung mereka yang kini semester 4 di Universitas Negeri Jakarta merupakan anak yang cerdas dengan IPK 3,9.

Bersyukur Kenal dengan Tzu Chi


Kunjungan kasih para relawan ke rumah Fatimah pada Februari 2023 lalu ketika hujan turun dan dalam waktu singkat menggenangi rumah Fatimah.

Orang bijak bilang, selalu ada jalan jika kita bersungguh-sungguh. Fatimah sendiri kenal dengan Tzu Chi sewaktu ia berobat ke Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat. Tak hanya tim medis rumah sakit yang ramah, melihat kondisi Fatimah, para relawan Tzu Chi di sana yang bertugas sebagai pemerhati menyarankannya untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi.

Bantuan demi bantuan Tzu Chi yang diterima Fatimah sungguh sangat bermanfaat. Tak hanya biaya obat saja, Tzu Chi juga memberikan bantuan nebulizer, sebuah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang dihirup. Sebelum punya nebulizer, Fatima yang asmanya sering kambuh tersebut mesti cepat dilarikan ke rumah sakit.

“Setiap perut kosong dan siap makan, langsung naik (sesak). Enggak bisa hidup tanpa mesin uap. Jadi siap makanan, siap mesin,” kata Fatimah.

Tak hanya penghasilan Fatimah dan suaminya yang pas-pasan, kondisi rumah yang rutin kebanjiran membuat keluarga ini merasa nelangsa. Karena itu perhatian relawan Tzu Chi sangat berarti bagi Fatimah dan keluarganya.

Belum lama ini, Fatimah yang tercatat sebagai Gan En Hu di He Qi Barat 1 ini juga mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) dengan jumlah relatif tak sedikit. Saking senangnya, dipandang-pandangilah amplop THR itu. Dalam hati Fatima, ia tak bekerja di Tzu Chi tapi justru terima THR.

“Terharu karena merasa hidup saya selalu tertolong sama Tzu Chi. Tzu Chi luar biasa, hidupnya hanya untuk kemanusiaan, untuk menolong, untuk membantu,” ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Menyaksikan langsung bahwa kondisi kesehatan Fatimah akhir-akhir ini semakin baik, Susanti dan Maria ikut lega. Keduanya terus mendoakan agar Fatimah semakin sehat dan berharap anak-anak Fatima dapat meraih masa depan gemilang.

“Saya sangat salut ya sama Ibu Fatimah. Semangatnya, kan ada orang sakit itu manja. Nah ibu Fatimah enggak. Jadi salut banget dengan kegigihannya untuk maju terus,” pungkas Susanti.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Melestarikan Lingkungan dan Menciptakan Berkah

Melestarikan Lingkungan dan Menciptakan Berkah

24 Januari 2019

Setiap akhir tahun lunar, Tzu Chi Medan mengundang para Gan En Hu untuk berkumpul bersama. Pada Minggu 20 Januari 2019, relawan di komunitas Hu Ai Medan Utara mengundang 48 Gan En Hu (penerima bantuan) atau 110 tamu undangan (penerima bantuan beserta keluarga). Acara kumpul bersama ini dikenal dengan sebutan Pemberkahan Akhir Tahun Gan En Hu.  


Menyambut Kepulangan Gan En Hu Pematang Siantar

Menyambut Kepulangan Gan En Hu Pematang Siantar

26 Januari 2024

Minggu pagi itu para relawan sudah berkumpul di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, di Jalan Ahmad Yani, Pematang Siantar. Mereka bersiap menyambut kedatangan para penerima bantuan Tzu Chi. 

Gan En Hu yang Menginspirasi

Gan En Hu yang Menginspirasi

27 Agustus 2012 Tzu Chi Kantor Penghubung Tanjung Balai Karimun pada tanggal 5 Agustus 2012 mengadakan acara Gan En Hu Hui Niang Jia (penerima bantuan kembali ke rumah). Kali ini, relawan Tzu Chi bukan mengadakan kunjungan kasih, melainkan mengundang relawan dan penerima bantuan untuk kembali ke kantor yayasan. 
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -