Hari Tanpa Plastik di Sekolah

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng tengah membeli makan di kantin pada jam istirahat sekolah. Di lingkungan sekolah dan kantin, seluruh siswa dan guru diwajibkan untuk tidak menggunakan plastik sebagai aksi pelestarian lingkungan. Mereka membawa alat makan dan minum masing-masing.

Sejak 21 Februari 2016, Pemda DKI Jakarta telah memberlakukan kebijakan plastik berbayar di berbagai gerai pasar swalayan. Kebijakan plastik berbayar seharga Rp 200 ini disambut berbagai tanggapan, ada yang setuju, ada pula yang kurang setuju.

Salah satu yang setuju adalah Dyah Widayati Ruyoto, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Ia mengaku senang kala mendengar siaran berita mengenai kebijakan plastik berbayar. “Tapi ada yang kurang. Kurang mahal,” ucapnya diikuti tawa.

Bagi Dyah, nilai 200 rupiah dirasa masih terlalu murah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai dampak mengerikan yang timbul dari sampah plastik. “Saya rasa masih banyak masyarakat yang menganggap 200 rupiah itu tidak bernilai apa-apa. Kalau mau benar-benar membuat masyarakat berpikir dua kali untuk memakai kantong plastik, ya sekalian dimahalkan saja harganya,” tambahnya.

Namun, berapa pun harga yang diberlakukan untuk kantong plastik berbayar, Dyah mengingatkan bahwa ada hal penting lainnya yang harus disosialisasikan kepada masyarakat yaitu penerapan pelestarian lingkungan. Namun kebijakan yang diterapkan pemerintah tersebut diakuinya merupakan kebijakan yang berani sebagai langkah awal untuk membiasakan masyarakat tanpa plastik.

Gerai penjualan makanan di kantin sekolah ditempeli berbagai pemberitahuan termasuk, “Bawa Huan Bao atau Kotak Makan Masing-masing” di dindingnya.


Lim Ferie, relawan Tzu Chi yang bertugas di kantin sekolah sebisa mungkin meniadakan penggunaan plastik dalam produksi makanannya. Ia juga menunjukkan es batu yang ia buat tanpa menggunakan plastik sebagai pembungkusnya.

Kantin Bebas Sampah Plastik

Jauh sebelum pemerintah menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi produksi sampah plastik ini, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng sudah terlebih dahulu melakukan hal serupa di lingkungan sekolah. “Bukan dengan cara plastik berbayar, tapi dengan cara meniadakan penggunaan plastik (no plastics campaign) di lingkungan sekolah,” ucap Eko Rahardjo, salah guru SMA Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.

Sudah dua tahun lamanya, no plastics campaign ini dicanangkan di sekolah. Tujuannya tidak lain adalah untuk mempraktikkan aksi pelestarian lingkungan yang merupakan salah satu fokus dari misi Tzu Chi. “Salah satu tempat yang menjadi konsentrasi kami adalah lingkungan kantin sekolah,” kata Eko. Di kantin, semua siswa wajib menggunakan tempat dan alat makannya sendiri. “Namun kantin juga meminjamkan tempat makan untuk siswa yang tidak membawa,” tambahnya.

Tanggapan yang beragam mengenai no plastics campaign pun bermunculan di kalangan siswa. Beberapa tidak setuju, namun sebagian besar lainnya merasa aksi ini penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat.

Lingkungan kantin sekolah terlihat tetap bersih tanpa sampah plastik.

Seperti Vana, siswi kelas 8 SMP Cinta Kasih yang mengatakan bahwa ia sudah terbiasa untuk tidak menggunakan plastik di sekolah maupun di tempat lain. “Karena selain plastik, ada tempat yang bisa dipakai berkali-kali. Lebih hemat dan tidak merusak lingkungan,” ujarnya singkat. Risky pun demikian. Siswa kelas 12 SMK Cinta Kasih ini mengaku merasa tidak terbebani dengan peraturan sekolahnya untuk meniadakan penggunaan plastik di sekolah. “Ya saya rasa, saya sudah cukup dewasa untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan plastik untuk bisa terurai. Makanya saya ikut mendukung untuk mengurangi penggunaan plastik,” jelasnya.

Selain siswa, Lim Ferie, relawan Tzu Chi yang bertugas di kantin sekolah pun sebisa mungkin meniadakan penggunaan plastik dalam produksi makanannya. “Kami juga ingin memberikan contoh untuk anak-anak, makanya dalam memproduksi makanan kami juga meminimalisir penggunaan plastik,” ucap Lim Ferie. Ia ingin ajaran pelestarian lingkungan yang diajarkan oleh Master Cheng Yen tidak hanya menjadi sesuatu yang hanya dibicarakan, namun sudah seharusnya dipraktikkan oleh semua. “Jadi kantin selalu bersih kan, nggak ada sampah plastik,” tukasnya tersenyum.


Artikel Terkait

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -