Nelly Pandapotan (berdiri) menyampaikan keprihatinannya terhadap dampak limbah dan mengajak masyarakat memulai pengurangan sampah dari rumah.
Himpunan para Bodhisatwa Lingkungan Hidup di Komunitas He Qi Barat 2 menutup tahun 2025 dengan kegiatan rutin pelestarian lingkungan yang dilaksanakan pada Minggu, 21 Desember 2025 di Taman Blok D, Taman Aries, Jakarta Barat.
Meski merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan, penutupan tahun ini terasa lebih istimewa. Pada momen akhir tahun 2025, pelestarian lingkungan dimaknai sebagai harmoni antara alam, keluarga, dan tradisi. Kegiatan ini sekaligus menjadi penanda kegiatan pelestarian lingkungan terakhir di Taman Aries pada tahun 2025, yang bertepatan dengan peringatan Hari Ibu serta Hari Tradisi Onde dalam budaya Tionghoa.
Kegiatan ini dihadiri oleh 44 relawan yang dengan penuh sukacita memilah barang daur ulang, di bawah koordinasi Michael Steven. “Mari terus melangkah bersama menjaga lingkungan. Apa yang kita lakukan akan berdampak bagi kita sendiri. Ketika kita mencintai lingkungan, maka semuanya akan menjadi indah, aman, dan nyaman,” ajak Michael.
Prety Sagita mengajak putranya Gian Elvano Adijaya, untuk turut serta dalam kegiatan, sebagai bentuk pendidikan lingkungan sejak dini dari keluarga.
Banyak barang disumbangkan oleh warga Taman Aries dan sekitarnya, serta oleh para relawan sendiri. Sejatinya, tujuan pelestarian lingkungan tidak hanya mendaur ulang barang bekas yang sudah tidak terpakai, tetapi juga mensosialisasikan kampanye zero waste, yakni upaya menuju titik nol pembuangan akhir melalui penerapan prinsip 5R: Rethink, Repair, Reuse, Reduce, dan Recycle.
Seperti yang diungkapkan Nelly Pandapotan, relawan Tzu Chi.“Saya prihatin dengan banyaknya limbah yang merusak bumi, seandainya kesadaran tidak dari kita semua, betapa luar biasa dampak kerusakan bumi. Sebenarnya tidak sulit, dimulai saja dari rumah, mendidik keluarga untuk hemat dalam memproduksi sampah. Bila semua keluarga bisa melakukannya, itu sudah sangat berarti,” ajaknya serius.
Selain itu, pendidikan tentang lingkungan dapat dimulai dari rumah. Keluarga merupakan poros utama tempat akhlak, moral, dan kebiasaan baik ditanamkan serta dibentuk. Sejak dini, setiap anak dapat dikenalkan pada hal-hal baru yang memberi dampak positif. Hal ini tercermin dari apa yang dilakukan relawan Prety Sagita, seorang ibu muda yang kerap membawa putranya yang masih balita, Gian Elvano Adijaya, untuk turut serta dalam kegiatan pelestarian lingkungan.
“Mendidik anak, selain dari rumah dan sekolah, saya sebagai Ibu juga mengenalkan hal-hal baru yang bermanfaat. Sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih bermakna. Walaupun saya masih muda tapi usia manusia tidak bisa diprediksi. Maka saya berusaha terus bergiat di Tzu Chi di sela pekerjaan saya sebagai karyawan dan seorang Ibu”, pungkas Prety Sagita dengan binar semangat memberi arti di hari Ibu kali ini.
Fransisca Hartanto (Kanan) calon relawan baru, tampak antusias mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan.
Dari 44 relawan yang hadir, tampak beberapa calon relawan baru, di antaranya Fransisca Hartanto yang mengajak kedua orang sahabatnya. “Saya sudah lama ingin bergabung sebagai relawan, sejak terinpirasi dari tayangan DAAI TV, sayangnya tertunda karena kesibukan kerja. Tapi jodoh memang selalu tak terduga ya, saya bertemu relawan Tzu Chi yang sedang mendampingi pasien di rumah sakit. Hal itu kembali membangkitkan niat saya untuk bertekad mendaftar sebagai relawan,” ujarnya.
Ini terbukti bahwa setiap kebajikan yang dilakukan relawan, akan ada inspirasi yang ditularkan pada orang lain. Setelah pemilahan barang daur ulang, para relawan bersantap bersama dihiasi dengan sajian Onde sebagai Acara dari tradisi Tionghoa.
Para relawan bersantap bersama menikmati sajian onde yang merefleksikan filosofi kebersamaan, keharmonisan, dan harapan akan kehidupan yang manis dan bermakna.
Filosofi dari Onde adalah bulat sempurna sebagai kesatuan, kenyal lambang kekuatan dan kebersamaan, isi dan kuah manis yang disajikan, adalah harapan hidup bahagia dan manis bersama keluarga. Keluarga yang ada dalam kegiatan kali ini adalah keluarga Bodhisatwa lingkungan hidup, yang berupaya terus giat melestarikan lingkungan.
Betapa kaya akan makna yang ditorehkan oleh para relawan dalam penutupan tahun 2025 kali ini. Kegiatan tidak hanya tentang pelestarian lingkungan namun juga jejak makna lain yang ditinggalkan di akhir tahun 2025, yaitu harmoni dalam mengasihi lingkungan, mengawali pendidikan menihilkan sampah dari rumah, membekali setiap putra putri dalam memasuki gerbang kehidupan, menularkan kebaikan bagi sesama dan menutupnya dengan tradisi Tionghoa yang mengandung filosofi.
Editor: Khusnul Khotimah