Hati yang Bersyukur
Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso, Iea Hong (He Qi Utara)|
|
| ||
Ia pun berkisah awal jalinan jodohnya dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sakit diabetes, paru-paru, dan jantung ternyata sudah dideritanya sejak tahun 1997 yang lalu. Namun kala itu ia masih memiliki sejumlah tabungan sehingga ia mampu menjalani pengobatan sendiri. Pria kelahiran Tayu, Pati pada 60 tahun yang lalu ini, dahulu bekerja sebagai teknisi yang memperbaiki generator dan dinamo di kapal-kapal yang bersandar di Tanjung Priuk. Setelah bertahun-tahun menjalani pengobatan, uang tabungan hasil kerja puluhan tahun pun semakin lama semakin menipis dan akhirnya habis. Pada awal tahun 2010, kesehatan Sugiarto semakin memburuk lantaran tidak memiliki biaya berobat. Sampai-sampai tidak bisa bangkit dari tempat tidur dan hanya berbaring tak berdaya. Sekujur tubuhnya melemah seperti lumpuh. Pada saat-saat kritis itulah ia mendapat informasi dari teman untuk membuat permohonan bantuan pengobatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi.
Keterangan :
Mendengar informasi tersebut pada tanggal 29 Januari 2010, keluarganya langsung mengajukan permohonan bantuan pengobatan ke Tzu Chi. Berselang beberapa hari kemudian relawan melakukan survei ke rumah Sugiarto di Tanjung Priuk. Semenjak itu Sugiarto mendapat bantuan biaya pengobatan dari Tzu Chi. Ketika di tanya kesan-kesannya terhadap Yayasan Buddha Tzu Chi, dengan rasa syukur ia menjawab, “Saya sangat berterima kasih atas bantuan biaya pengobatan yang diberikan oleh Yayasan Tzu Chi. Teringat waktu saat saya sudah tidak bisa meneruskan biaya pengobatan keadaan saya lemah seperti lumpuh. Sehari-hari hanya tergeletak di tempat tidur. Yayasan Tzu Chi mengulurkan bantuan kepada saya, saya sangat bersyukur dan merasa terharu atas bantuan ini. Saya juga sangat berterima kasih kepada relawan yang sering datang kunjungan kasih dan memberi motivasi dan perhatian pada saya. Sehingga semangat hidup saya perlahan-lahan tumbuh kembali.” Pada hari itu Sugiarto bersama-sama beberapa Gan En Hu lainnya juga membawa celengan bambu yang mereka tabung untuk diserahkan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi dan diteruskan kepada yang membutuhkannya. Kisah Sugiarto ini adalah salah satu kisah dari ribuan kisah pasien Tzu Chi yang merasa bersyukur. Karena dengan bantuan itu mereka bisa meneruskan pengobatan dan semangat hidup mereka semakin tumbuh karena relawan Tzu Chi sering melakukan kunjungan kasih dengan memberi motivasi dan perhatian kepada mereka. | |||
Artikel Terkait
Waisak 2022: Ungkapan Ketulusan Tiga Hari Besar
20 Mei 2022Para relawan Tzu Chi Pekanbaru bersama-sama mengikuti serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Raya Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi sedunia.
Pelatihan Relawan Tzu Chi Pekanbaru: Menggalang Barisan Bodhisatwa Dunia
14 November 2017Pelatihan relawan Tzu Chi Pekanbaru diadakan selama dua hari, 4-5 November 2017. Turut hadir dalam pelatihan ini, beberapa relawan dari Jakarta yang memberikan sharing materi kepada para peserta.
Paket Lebaran: Sembako untuk Warga Desa Jagabita
27 Juni 2016Pembagian sembako di Desa Jagabita Parung Panjang Bogor, Minggu (26/6/2016) berlangsung lancar. Sekitar 1.000 warga yang mengantre, dengan tertib mengikuti arahan para relawan.








Sitemap