Insan Tzu Chi He Qi Selatan Berlatih

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

fotoPara relawan diarahkan sebelum memasuki ruang pelatihan oleh para relawan lainnya. Tujuannya adalah agar terbentuk keseragaman dan keindahan.

Waktu dapat digunakan untuk menyempurnakan pelatihan diri, sebaliknya bila tidak hati-hati justru dapat mengumpulkan karma buruk. (Master Cheng Yen)

 

Jing Ji Qing Cheng adalah lagu Li Fo (pemandian Buddha Rupang) yang mengiringi Ru Ing dan Agus Rijanto memimpin barisan para peserta pelatihan relawan abu putih di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di ITC Mangga Dua, 1 Agustus lalu. Bertema “Melakukan dengan Ikhlas dan Menerima dengan Sukacita”, dengan total 155 peserta, He Qi Selatan menggelar pelatihan dengan mendatangkan para relawan senior yang cukup memahami misi-misi Tzu Chi. Agus Rijanto kemudian mengajarkan bagaimana menghormat kepada Master Cheng Yen yang benar.

Pewarisan Cinta Kasih dan Rasa Syukur
“Selamat pagi, Shixiong-Shijie, saya mau tanya, apa sih yang diharapkan orang tua dari anaknya kelak? Tentu pasti semua orang mau anaknya sukses, sukses dalam artian materi ya?” tanya Tinnie Tiolani kepada peserta pelatihan di dalam misi pendidikan. “Namun, pendidikan yang diterapkan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, merupakan pendidikan di dalam kehidupan sehari-hari, budi pekerti dan budaya humanis,” lanjutnya lagi. Tinnie Tiolani menjelaskan bahwa moto pendidikan Tzu Chi adalah 慈 Ci (Welas Asih Tanpa Penyesalan), 悲 Bei (Belas Kasih Tanpa Mengeluh), 喜 Xi (Suka cita Tanpa kerisauan),  捨 She (Rela Memberi Tanpa Pamrih), 誠 Cheng (Ketulusan), 正 Zheng (Kebenaran),  信 Xin (Kepercayaan), dan 實 Shi (Kejujuran) karena Master Cheng Yen berkata bahwa hakikat terpenting dari pendidikan adalah pewarisan cinta kasih dan rasa syukur, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Melanjutkan pelatihan, Drg. Linda Verniati, Sp.Ort (Spesialis Orthodontist) menjelaskan salah satu dari 4 misi utama Tzu Chi, yaitu misi kesehatan. “Mengapa Master Cheng Yen memulai  misi kesehatan ?” tanyanya kepada para peserta. Tidak ada satu pun yang menjawab. “Ketika Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi, beliau ingin menghapus kemiskinan. Ada satu hal yang beliau sadari, menderita penyakit adalah sumber dari kemiskinan,” terang Linda. Tahun 1996, di Tangerang dimulailah baksos pertama yang melibatkan TIMA (Tzu Chi International Medical Association). Di tahun 2002, diresmikanlah Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih di Kompleks Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Misi Kesehatan di Indonesia yaitu meliputi donor darah, bakti sosial kesehatan: mayor, minor, mata, umum dan gigi, dan Kasus. Harapan Master Cheng Yen terhadap misi kesehatan yaitu meningkatkan mutu pengobatan, meningkatkan budaya humanis dalam bidang pengobatan, mengajak para tenaga medis dan relawan memberikan cinta kasih tanpa pamrih, serta membangun teladan medis berlandaskan cinta kasih.

Pengenalan Misi-Misi Tzu Chi
“Setiap hari, DKI Jakarta menghasilkan 27.996 m3 (sekitar 6.000 ton) sampah. Artinya, sampah yang dihasilkan dalam setahun sama dengan 185 kali volume Candi Borobudur (55.000 m3). Separuh dari sampah ini adalah non-organik, terutama kertas dan plastik,” ungkap Ameng Shixiong pada sesi pelatihan misi pelestarian lingkungan. “Dimulai dari diri sendiri, kita harus menjalankan 5 R, yaitu Re-Think, Reduce, Reuse, Repair dan Recycle. Karena dengan adanya kepedulian Anda, dia dan saya, Indonesia akan lebih baik, dunia akan lebih baik,” lanjut Ameng lagi.

foto  foto

Ket :   - Agus Rijanto memaparkan tata cara makan yang merupakan budaya kemanusiaan kepada 155                 peserta pelatihan relawan abu putih. (kiri)
            - Tinnie Tolani dengan misi pendidikan, Agus Rijanto dengan misi budaya kemanusiaan, drg. Linda                 dengan misi kesehatan, Ru Ing dengan misi amal dan Suriadi dengan galang hati galang dana,                 kelimanya menjawab pertanyaan yang diajukan dengan bijaksana. (kanan)

Misi Budaya Kemanusiaan diisi dengan pembicara yang sudah sangat fasih dan luwes dalam bidang ini. “Tzu 人 yaitu akhlak yang dapat menjadi teladan, dan Chi 文 adalah tinta emas dalam sejarah kehidupan umat manusia,” ujar Agus Rijanto. Budaya kemanusiaan Tzu Chi diwujudkan dalam bentuk Gan En 感恩  (Saling Bersyukur/Berterima kasih), Zhun Zhong 尊重  (Saling Menghormati/Menghargai), dan Ai 愛 (Saling Mengasihi) yang diterapkan dengan rasa syukur atau berterima kasih yang harus berasal dari lubuk hati yang tulus dan bukan hanya pada ucapan semata, maka hal ini akan dapat mengurangi ego dan melatih kerendahan hati, sehingga lebih dapat menghargai orang lain dan dengan sendirinya akan menampilkan kasih sayang yang sangat tulus. Cinta kasih yang tulus dapat membangkitkan cinta kasih di dalam hati setiap orang dan dapat menimbulkan resonansi atau tanggapan simpati yang dapat mempengaruhi setiap orang. Hanya dengan saling menghargai, baru dapat berpadu hati dan saling mensyukuri, dengan demikian baru kekuatan yang sangat besar dapat dibangkitkan. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap saat harus dapat bersyukur, menghargai dan kasih saying. Dengan adanya kasih sayang, semua orang akan saling menghargai dan jika dapat saling menghargai maka dengan sendirinya akan timbul rasa syukur di dalam hati.

Budaya kemanusiaan diwariskan melalui penampilan relawan Tzu Chi dan buku-buku yang dijual di Jing-Si Books & Café. Ren wen zhen shan mei juga menjadi ujung tombak dari pewarisan budaya kemanusiaan. Hendrik Ng dan Apriyanto yang mewakili media cetak dan media elektronik Tzu Chi membabarkan 10 tahun berdirinya media Tzu Chi. Tim 3 in 1 yang terdiri dari foto, video, dan tulisan, saling melengkapi dan terus berjalan dalam mencatat jejak langkah Master Cheng Yen di Indonesia.

 

foto  foto

Ket : - "Mari Shixiong-Shijie, yang berminat untuk memotret,video atau menulis, datang saja ke Jing Si Books              and Café setiap hari Jumat jam 6.30 malam. Kelasnya bervariasi," kata Wimala yang juga relawan              dokumentasi ini berpromosi. (kiri)
          - Dengan wajah penuh kebahagiaan, Eva Wiyogo memimpin gerakan isyarat tangan "Sing Fu De Lian"              (Wajah yang Bahagia) agar para peserta pelatihan pun dapat melakukan bahasa universal di Tzu Chi.              (kanan)

Wimala Sura, relawan 3 in 1 yang ikut sharing hari itu, turut membabarkan dan mengajak para relawan lainnya untuk dapat bergabung dengan tim 3 in 1 He Qi Selatan. “Mari Shixiong-Shijie, yang berminat untuk memotret, video atau menulis, tinggal datang saja ke Jing-Si Books & Café setiap hari Jumat, jam 6.30 malam. Kelasnya bervariasi. Dapat menghubungi Riani Shijie untuk informasi lebih lanjut. Mari bersama-sama mencatat jejak langkah Master Cheng Yen,” ujar Wimala.

Sing Fu de Lian berarti wajah yang berbahagia. Lagu ini menceritakan bahwa seorang anak sedang mencari kebahagiaan, lalu sang ayah mengatakan bahwa kebahagiaan tidak perlu dicari karena kebahagiaan tersebut ada di dalam cermin, yaitu diri sendiri. Sang guru juga berkata bahwa keinginan seseorang berkurang, maka kebahagiaan semakin bertambah. Eva Wiyogo, salah seorang Komite He Qi Selatan, mengajarkan gerakan isyarat tangan lagu ini kepada seluruh peserta dan mereka dengan antusias mengikuti dengan sukacita.

Pesan cinta kasih pelatihan abu putih kali ini adalah, “Dunia Tzu Chi, dengan hati penuh welas asih, melenyapkan penderitaan, menciptakan kebahagiaan, menanam kebajikan di lahan berkah, dan mewujudkan dunia yang penuh cinta kasih,” ujar Sudarmin

Tak terasa, 8 jam pelatihan berlalu dengan penuh kegembiraan. “Gan en. Banyak manfaat yang bisa kita ambil. Kita jadi tahu bahwa misi Tzu Chi benar-benar dijalani dan bertujuan menyebarkan cinta kasih kepada semua orang,” ucap salah seorang peserta pelatihan terhadap pembimbingnya sebelum pulang dan menutup hari dengan sebuah senyuman.

  
 
 

Artikel Terkait

Bantuan Penanganan Covid-19 untuk Kota Tangerang Selatan

Bantuan Penanganan Covid-19 untuk Kota Tangerang Selatan

13 April 2020

Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany menerima bantuan alat medis dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Senin, 13 April 2020. Bantuan terdiri dari 504 baju isolasi, 288 kacamata pelindung, 1.000 sarung tangan medis, 1.000 shoe cover, 500 masker N95, 3.000 alat Rapid Test, 1.200 obat paru, dan 2 unit ventilator.

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Doa yang Tulus

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Doa yang Tulus

26 April 2018

Pekan Amal Tzu Chi 2018 menyatukan para relawan untuk bersumbangsih bagi pembangunan Tzu Chi Hospital. Bentuk sumbangsihnya pun bermacam-macam bisa dana, sumbangan produk untuk dijual, serta tenaga untuk kelancaran kegiatan tersebut.


Menjawab Penantian Junaedi

Menjawab Penantian Junaedi

01 November 2018

Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan TNI mengadakan baksos kesehatan ke-124 di Lombok, Nusa Tenggara barat. Baksos yang digelar di dua lokasi tersebut akan melayani operasi minor GA, kesehatan umum dan gigi.

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -